Kisah Perhiasan dari Bali yang Dibuat dengan Cinta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Perhiasan dari Bali yang Dibuat dengan Cinta

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Senin, 19 Des 2016 18:35 WIB
John Hardy, destinasi wisata belanja perhiasan di Badung, Bali (Fitraya/detikTravel)
Badung - John Hardy adalah destinasi wisata belanja perhiasan yang spesial di Bali. Perhiasan emas dan perak buatan tangan, dikerjakan dengan sepenuh cinta.

detikTravel berkunjung ke John Hardy Workshop and Showroom bersama Google dalam acara Google Search #SelaluTauYangSeru, Senin (19/12/2016). Tempatnya beralamat di Banjar Baturning Mambal, Abiansemal, Badung.

Melinda Lisnawati, Junior Sales Manager John Hardy menemani kami berkeliling kompleks. Tempatnya begitu menarik. Workshop kerajinan perhiasan ini berhiaskan sawah-sawah dan bangunan artistik dari bambu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

John Hardy adalah seniman Kanada yang pindah ke Bali 40 tahun lalu setelah jatuh cinta dengan budaya di Pulau Dewata. Dia menghimpun para seniman perak dan emas dan mulai membuat perhiasan dengan merek namanya sendiri.

"20 tahun lalu baru pindah ke sini. Luasnya 2 hektar dan kita bangun pelan-pelan jadi sebesar sekarang," kata Melinda.

John Hardy sudah 40 tahun berkreasi di Bali (Fitraya/detikTravel)John Hardy sudah 40 tahun berkreasi di Bali (Fitraya/detikTravel)
John Hardy punya ratusan karyawan mulai dari proses mencetak dan merakit perhiasan yang dirancang oleh 12 desainer lokal. Mereka mengerjakan desain untuk dirilis 2 tahun ke depan.

Produk perhiasannya mulai dari gelang sampai kalung. Modelnya dari jenis rantai, motif bambu dan totol serta motif legenda yang diangkat dari kearifan lokal Bali seperti motif naga, harimau dan elang.

"Naga itu simbol cinta, perlindungan dan kesejahteraan. Macan itu simbol kegigihan, ada juga motif elang. Cuma John Hardy yang bikin perhiasan dengan motif naga," jelasnya.

Aneka perhiasan emas dan perak (Fitraya/detikTravel)Aneka perhiasan emas dan perak (Fitraya/detikTravel)
Kami pun diajak melihat ruang workshop dimana ratusan orang membuat perhiasan. Melinda mengatakan produk John Hardy berkualitas tinggi karena sepenuhnya buatan tangan, dikerjakan sepenuh hati dan cermat dengan detil yang sangat tinggi. Cinta dan kearifan lokal menjadi spirit dalam setiap perhiasan John Hardy.

"Pengrajin kami sudah bekerja 15-20 tahun. Kami juga membangun komunitasnya di sini. Ada semangat sustainability. Misalnya untuk setiap perhiasan jenis bambu yang dibeli, artinya ada pohon bambu yang akan kami tanam," kata Melinda menjelaskan aspek ekowisata yang ada di John Hardy.

Mereka juga mendaur ulang emas dan perak bekas dari perhiasan lama atau dari sisa industri elektronik, bukan dari tambang. Logam emas dan perak itu dimurnikan dan dijadikan perhiasan.

Semua perhiasan ini murni buatan tangan (Fitraya/detikTravel)Semua perhiasan ini murni buatan tangan (Fitraya/detikTravel)
Masih soal cinta, rasa kekeluargaan juga bisa dilihat wisatawan saat makan siang. Ada meja panjang dimana pengunjung dan seniman berbaur dalam suasana penuh keakraban.

"Kami punya cerita dan perhiasan kami dibuat dari cerita yang inspiratif," jelas Melinda.

Tur kerajinan emas dan perak ini terbuka untik wisatawan dari Senin-Jumat pukul 09.00-17.00 Wita. Hingga saat ini turnya gratis namun sebaiknya bikin janji dahulu.

Untuk yang mau belanja bisa langsung ke galeri untuk melihat perhiasan jadi yang harganya jutaan rupiah ini. Harganya setimpal dengan kualitas dan filosofi pembuatannya yang memang sepenuh hati dengan ketelitian tinggi. (rdy/rdy)

Hide Ads