Menikmati Islam yang Damai di Masjid Agung Banten

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menikmati Islam yang Damai di Masjid Agung Banten

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Rabu, 04 Jan 2017 16:34 WIB
Masjid Agung Banteng (Fitraya/detikTravel)
Serang - Kota Serang, Banten, punya kota tua yang masih kalah ngetop dibanding Kota Tua Jakarta atau Kota Lama Semarang. Namun di sana wisatawan bisa menikmati nuansa Islam yang damai dan larut dalam doa.

Hanya 10 km ke arah utara dari pusat Kota Serang, kita tiba di Banten Lama. Inilah kota tua Banten yang jadi objek wisata sejarah dan religi. detikTravel mengunjungi tempat ini beberapa pekan lalu.

Banten Lama sungguh ramai dengan peziarah dan juga pedagang. Butuh perjuangan kalau mau parkir kendaraan. Banyak bus wisata parkir agak jauh, lalu peziarah jalan kaki. Tempat apakah yang dituju?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid Agung Banten adalah tempat tujuan utama mereka. Ini adalah masjid yang dibikin oleh Raja Banten pertama Sultan Maulana Hasanuddin yang memerintah tahun 1552-1570. Dia adalah putera Sunan Gunung Jati.
Kolam di depan masjid (Fitraya/detikTravel)Kolam di depan masjid (Fitraya/detikTravel)
Menara putih besar di depan masjid menjadi ciri khas Masjid Agung Banten. Banyak wisatawan yang naik ke menara setinggi 24 meter ini.

Di teras masjid ada kolam-kolam yang dahulu dipakai untuk berwudhu. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan lagi karena sudah ada keran-rekan modern di samping masjid. Selain itu, kolamnya pun sekarang sudah kotor.

Interior masjid penuh dengan tiang kayu dan sebuah lampu kristal. Namun langit-langitnya tampak biasa dan minim hiasan kaligrafi. Di bagian depan ada mimbar khutbah yang bergaya klasik, dengan tempat duduk khotib lebih tinggi dari jamaah.

Pelataran masjid sore itu penuh sekali dengan peziarah yang beristirahat. Masjid Agung Banten lebih hiruk pikuk daripada Masjid Agung Cirebon. Ini dikarenakan Masjid Agung dan makam kerajaan menjadi satu, orang yang mau ziarah dan salat tumplek blek.
Interior Masjid Agung Banten (Fitraya/detikTravel)Interior Masjid Agung Banten (Fitraya/detikTravel)
Di Cirebon, Masjid Agung Sang Ciptarasa terpisah cukup jauh jaraknya dengan pemakaman keluarga keraton di Astana Gunung Jati. Sehingga konsentrasi wisatawan pun terbagi dua

Area untuk berdoa di komplek pemakaman ini tidak terlalu besar. Sehingga, peziarah harus antre dalam rombongan sekitar 100 orang. Pintu pemakaman dibuka setiap sekitar 30 menit. Satu rombongan keluar, maka ada satu rombongan yang masuk. Layaknya menonton bioskop saja, tapi yang ini adalah berdoa bergantian.

Masjid Agung Banten tidak lepas dari kisah legenda asal muasal 2 tumpuk memolo atau ornamen di puncak atapnya. Dalam buku sejarah Babad Tanah Cirebon disebutkan awalnya 7 santri Sunan Gunung Jati melawan orang jahat yang menaruh racun di Masjid Agung Cirebon dengan cara diberi suara adzan.
Para peziarah berdoa dan beristirahat (Fitraya/detikTravel)Para peziarah berdoa dan beristirahat (Fitraya/detikTravel)
Adzan itu menyebabkan memolo Masjid Agung Cirebon meledak dan terbang ke Masjid Agung Banten, sementara orang jahat itu kalah. Itulah legenda kenapa Masjid Agung Banten punya 2 tumpuk memolo. Legenda ini juga menandai tradisi adzan 7 orang di Masjid Agung Cirebon.

Waktu paling asyik menikmati Masjid Agung Banten adalah sore hari. Duduklah yang nyaman di teras masjid menghadap menara. Lihatlah umat Islam yang larut dalam doa dan berziarah. Damai betul rasanya. Semua yang datang ke sini rasanya cuma ingin berkomunikasi dengan Illahi.

Sudah ratusan tahun aktivitasnya begini, dan entah sampai berapa ratus tahun lagi tradisi kegiatan ini terjaga. Tidak ada yang ribet dengan gadget atau marah-marah karena broadcast hoax. Di sini semua berdoa dan berdoa... (fay/fay)

Hide Ads