Di Kabupaten Siak, pernah berdiri Kesultanan Siak Sri Indrapura yang kental dengan budaya Melayu Islam. Di masa kejayaan kerajaan ini, ternyata mereka pernah menjalin kontak dengan China.
Sultan Syarif Kasim II yang saat itu berkuasa mengizinkan warga etnis China untuk datang ke Siak dan menjalin hubungan perdagangan dengan warga setempat. Mereka bahkan diperbolehkan membangun sebuah kelenteng yang ternyata masih bertahan sampai sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelenteng Hock Siu Kiong yang sudah berusia 119 tahun (Wahyu/detikTravel) |
detikTravel berkunjung ke Kelenteng Hock Siu Kiong pekan lalu dalam rangka acara Famtrip Pesonna Hotel Pekanbaru. Saat detikTravel berkunjung, jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Meski sudah masuk sore hari, tetapi matahari masih bersinar sangat terik.
Rombongan kami pun masuk ke dalam halaman kelenteng. Dari kejauhan terlihat beberapa pekerja sedang beres-beres dan berbersih. Rupanya sedang ada pekerjaan berupa pembersihan area kelenteng, pengecatan ulang, serta perbaikan kecil di sana-sini dan juga pemasangan lampion.
"Lagi beres-beres mas, sebentar lagi imlek," ujar salah seorang pekerja.
Angka di patung macan menunjuk tahun pembuatan kelenteng, yaitu 1898 (Wahyu/detikTravel) |
Kelenteng Hock Siu Kiong ini dibangun pada tahun 1898. Itu tertera dari ukiran tahun yang terdapat di 2 patung macan penjaga kelenteng. Bau dupa cukup menyeruak di kelenteng. Bekas hio yang terbakar pun masih bisa dilihat oleh traveler.
Di dalam kelenteng, patung dewa-dewi berjajar rapi. Tak lupa lilin berwarna merah dinyalakan. Di bagian dinding kanan dan kiri kelenteng dihiasi dengan lukisan naga dan burung phoenix. Sementara di bagian dinding luar kelenteng, ada lukisan tentang legenda The Eight Immortals yang sangat tersohor dalam mitologi China.
Lukisan The Eight Immortals di luar kelenteng (Wahyu/detikTravel) |
Kembali ke dalam kelenteng, semua bangunan kelenteng ini masih asli sama seperti saat pertama kali dibangun pada tahun 1889. Kusen-kusen kayu, ukiran-ukiran, hingga meja altar persembahan masih sama seperti 128 tahun silam.
"Kelenteng ini masih asli, dari sejak pertama kali dibangun. Bangunan aslinya yang kayu, yang dinding ini bangunan baru. Belum pernah rusak, hanya sedikit saja," tutur seorang penjaga yang tidak menyebutkan namanya.
Bangunan kelenteng masih asli seperti pertama kali dibangun pada 1898 (Wahyu/detikTravel) |
Menurut penjaga, kelenteng ini akan selalu ramai dikunjungi oleh warga keturunan Tionghoa di Siak yang ingin bersembahyang. Apalagi saat Imlek, keramaian dan kemeriahannya bisa sampai membuat kelenteng penuh. Pada tanggal 15 setelah Imlek, alias Cap Go Meh kelenteng ini juga akan penuh.
Traveler yang Libur Imlek ini berada di sekitar Siak bisa mampir sebentar untuk melihat-lihat keramaian yang ada di sana. Alamat kelenteng ini ada di Jalan Sultan Syarif Kasim, Kampung Dalam, Siak, Riau.
Di sekitar kelenteng, juga ada Chinatown alias Pecinan yang mencolok dengan warna merahnya yang khas. Warga sekitar pun menyebut bangunan ini sebagai Bangunan Merah Siak. Sungguh sebuah akulturasi budaya dan potret toleransi yang patut ditiru di daerah lain di Indonesia. (wsw/wsw)












































Kelenteng Hock Siu Kiong yang sudah berusia 119 tahun (Wahyu/detikTravel)
Angka di patung macan menunjuk tahun pembuatan kelenteng, yaitu 1898 (Wahyu/detikTravel)
Lukisan The Eight Immortals di luar kelenteng (Wahyu/detikTravel)
Bangunan kelenteng masih asli seperti pertama kali dibangun pada 1898 (Wahyu/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Denda 50 Kerbau Menanti Pandji Pragiwaksono usai Candaan Adat Toraja
Warga Baduy Dalam Ditolak RS karena KTP, Potret Buruk Layanan Kesehatan Masyarakat Adat