Alam terkadang menyimpan misteri, seperti di Tapaktuan, Aceh Selatan. Di sebuah batu karang yang menghadap lautan lepas, ada sebuah bentuk tapak kaki raksasa. Kota ini terletak sekitar 440 kilometer dari ibukota provinsi Aceh.
Legenda lokal menyebutkan kalau itulah tapak kaki Tuan Tapa, tokoh dalam cerita legenda Aceh Selatan. Legenda Tapak Tuan menjadi cerita rakyat turun temurun dan dipercaya masyarakat di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suatu hari, ada dua naga dari negeri China menemukan seorang bayi terapung di tengah laut. Mereka kemudian menyelamatkan bayi itu dan merawatnya hingga tumbuh dewasa.
Beberapa tahun kemudian, kedua orangtua bayi yang menjadi Raja dan permaisuri di Kerajaan Asralanoka mengetahui keberadaan putri mereka. Raja meminta kembali buah hatinya pada kedua naga. Permintaan itu ditolak. Tanpa pikir panjang, raja membawa lari putrinya naik ke dalam kapal.
Kemnudian kedua naga marah dan mengejar raja hingga terjadi pertempuran di tengah laut. Hal itu menyebabkan persemedian Tuan Tapa terusik. Tuan Tapa lalu keluar dari gunung tempat ia bertapa dan melangkah ke sebuah gunung.
Saat berdiri di puncak gunung, Tuan Tapa hendak melontarkan tubuh ke arena pertempuran. Konon jejak kaki saat dia berdiri itulah yang membekas dan masih dapat dilihat traveler kini.
Singkat cerita, pertarungan itu dimenangkan oleh Tuan Tapa. Sang putri pun kembali ke pelukan raja dan permaisuri. Tapi keduanya tidak kembali lagi ke kerajaan dan memilih menetap di Aceh.
Tak lama berselang setelah kejadian itu, Syech Tuan Tapa menghilang di sebuah lokasi. Oleh masyarakat Tapaktuan, lokasi tersebut diyakini sebagai makam Tuan Tapa. Letaknya di depan Masjid Tuo di Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan. Hingga kini, makam tersebut masih ramai dikunjungi.
Keberadaan tapak yang terletak di kaki Gunung Lampu, Tapaktuan, ini menjadi daya tarik wisatawan. Sayang, proses renovasi yang mungkin tujuannya untuk melestarikan, justru membuatnya tidak alami lagi. Meski kini tapak tidak lagi alami, tapi lokasi tersebut masih memikat hati pengunjung.
Untuk berkunjung ke sana memang tidak mudah. Pengunjung harus melewati batu karang beragam ukuran. Namun jangan takut tersasar, di sana sudah ada petunjuk berupa garis putih yang dicat di setiap batu. Tinggal mengikuti arah tersebut, tapak raksasa berukuran 6x2,5 meter siap mengejutkan mata.
Selain tapak raksasa, tak jauh dari sana juga terdapat batu di tengah laut yang diyakini sebagai kopiah Tuan Tapa yang kini sudah menjadi batu. Kopiah itu terlepas saat pertarungan terjadi. Tongkat yang sudah menjadi batu pun ada di sana.
Berjarak lima kilometer dari lokasi tapak, ada karang berbentuk hati di Desa Batu Itam dan sisik naga di Desa Batu Merah. Menurut cerita, bekas potongan tubuh naga jantan yang kalah bertarung. Ada juga karang berbentuk layar kapal di Pantai Batu Berlayar, Desa Damar Tutong, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, yang terletak sekitar 20 kilometer dari tapak kaki raksasa. Konon karang itu sisa kapal raja dan permaisuri Kerajaan Asralanoka yang hancur ketika pertempuran.
Menarik sekali ya kisah Tuan Tapa. Percaya tidak percaya, traveler pun masih bisa melihat jejaknya. Apa kamu tertarik untuk berkunjung ke Tapaktuan dan melihat jejaknya langsung? (rdy/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol