Unik atau Seram? Aneka Artefak Mistis Suku Nias

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Keajaiban Indonesia Barat

Unik atau Seram? Aneka Artefak Mistis Suku Nias

Bona - detikTravel
Kamis, 23 Mar 2017 19:40 WIB
Unik atau Seram? Aneka Artefak Mistis Suku Nias
Foto: Afif Farhan
Nias - Bicara keajaiban Indonesia barat tidak hanya alamnya, tapi juga budayanya. Nias punya ertefak-artefak mistis yang unik untuk diketahui traveler.

Nias identik dengan budaya lompat batunya. Tapi ternyata, kekayaan budaya Nias bukan hanya lompat batu saja. Tapi juga artefak-artefak peninggalan leluhur yang digunakan pada jaman dahulu.

Bukan sembarangan artefak, benda-benda pusaka ini diyakini menyimpan kekuatan mistis. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (23/3/2017) ini dia beberapa artefaknya:

1. Oroba Buaya

Foto: Afif Farhan
Pada zaman dulu, beberapa prajurit di Nias bagian selatan memiliki peralatan tempur yang sakti. Salah satunya adalah Oroba Buaya alias baju perang dari kulit buaya.

Baju perang ini bentuknya mirip jaket tanpa lengan dan kancing yang tinggal dikenakan begitu saja di badan tanpa harus diikat. Konon, baju perang ini memberikan kesaktian dan perlindungan bagi pemakainya.

Oroba buaya di Museum Pusaka Nias ternyata merupakan hibah dari Horst Krank. Dia adalah orang Jerman yang pernah membantu penyebaran misi Protestan di Nias. Dia membawa pulang oroba buaya ke Jerman dan mengembalikannya ke Museum Pusaka pada tahun 2007 silam.

2. Pedang Tologu

Foto: Afif Farhan
Di desa-desa di kawasan Teluk Dalam, Nias Selatan punya senjata tradisional yang tiada dua. Senjata itu adalah pedang tologu, suatu pedang yang punya bola rotan yang disebut rago di bagian sarung pedangnya.

Beberapa rago ternyata ada yang terbuat dari taring-taring babi. Konon, di dalam rago itu terdapat sumber kekuatan gaib yang tak terlihat dan bisa memberikan kemenangan bertanding para pemakainya dari serangan musuh. Serta, memberikan kekebalan magis. Rasanya, tak ada pedang atau senjata tradisional di Indonesia yang mirip pedang tologu.

Pedang Tologu di Museum Pusaka Nias berasal dari Desa Bawodobara di kawasan Teluk Dalam. Pedang Tologu masih ada sampai sekarang namun tidak digunakan lagi untuk berperang. Tapi, pedangnya hanya digunakan untuk festival pariwisata dan perayaan adat, serta dijadikan suvenir untuk turis.

3. Hasi Nifolasara

Foto: Afif Farhan
Hasi Nifolasara adalah peti jenazah dengan bentuk yang unik dari Desa Bawamatuluo, Nias Selatan. Peti jenazah ini berbentuk seperti perahu dan ujungnya berbentuk kepala naga. Peti jenazah ini dulunya khusus dipakai untuk para bangsawan.

Peti ini dibagi ke dalam 2 macam tergantung dari gender yang mau memakainya. Pada peti jenazah bagi bangsawan pria, kepala naganya memiliki jambang dan kumis. Sedangkan untuk peti jenazah bagi bangwasan wanita, tidak memiliki hal tersebut. Peti hanya berupa kepala naga saja.

Pada zaman dulu, peti jenazah ini tidak dikuburkan semuanya ke dalam tanah. Bagian atasnya berada di permukaan tanah untuk menandakan kalau di tempat tersebut ada makam bangsawan. Kalau sekarang, peti jenazahnya dikuburkan dan dibangun peti jenazah dari semen sebagai replika untuk menandakannya.

4. Patung Siraha Holo

Foto: Afif Farhan
Nah ini dia artefak yang selalu bikin wisatawan penasaran. Inilah Patung Siraha Horo. Pada zaman dulu, patung ini digunakan sebagai pembersih dosa bagi para pemburu kepala manusia di Nias bagian selatan.

Para pemburu kepala manusia harus membersihkan diri dengan berdoa pada patungnya setelah melakukan perburuan. Hal itu dilakukan agar anggota keluarganya tidak ada yang kena malapetaka. Pembersihan diri juga dilakukan dengan patung Siraha Horo sebelum melakukan perburuan. Para pemburu kepala manusia diharuskan meminta perlindungan, keselamatan, dan keberhasilan.

Konon, para pemburu kepala manusia berdoa sambil menggosokan patungnya ke seluruh badan. Patung Siraha Horo sendiri berwarna hitam dan punya pahatan kelamin pria di bagian bawahnya.
Halaman 2 dari 5
Pada zaman dulu, beberapa prajurit di Nias bagian selatan memiliki peralatan tempur yang sakti. Salah satunya adalah Oroba Buaya alias baju perang dari kulit buaya.

Baju perang ini bentuknya mirip jaket tanpa lengan dan kancing yang tinggal dikenakan begitu saja di badan tanpa harus diikat. Konon, baju perang ini memberikan kesaktian dan perlindungan bagi pemakainya.

Oroba buaya di Museum Pusaka Nias ternyata merupakan hibah dari Horst Krank. Dia adalah orang Jerman yang pernah membantu penyebaran misi Protestan di Nias. Dia membawa pulang oroba buaya ke Jerman dan mengembalikannya ke Museum Pusaka pada tahun 2007 silam.

Di desa-desa di kawasan Teluk Dalam, Nias Selatan punya senjata tradisional yang tiada dua. Senjata itu adalah pedang tologu, suatu pedang yang punya bola rotan yang disebut rago di bagian sarung pedangnya.

Beberapa rago ternyata ada yang terbuat dari taring-taring babi. Konon, di dalam rago itu terdapat sumber kekuatan gaib yang tak terlihat dan bisa memberikan kemenangan bertanding para pemakainya dari serangan musuh. Serta, memberikan kekebalan magis. Rasanya, tak ada pedang atau senjata tradisional di Indonesia yang mirip pedang tologu.

Pedang Tologu di Museum Pusaka Nias berasal dari Desa Bawodobara di kawasan Teluk Dalam. Pedang Tologu masih ada sampai sekarang namun tidak digunakan lagi untuk berperang. Tapi, pedangnya hanya digunakan untuk festival pariwisata dan perayaan adat, serta dijadikan suvenir untuk turis.

Hasi Nifolasara adalah peti jenazah dengan bentuk yang unik dari Desa Bawamatuluo, Nias Selatan. Peti jenazah ini berbentuk seperti perahu dan ujungnya berbentuk kepala naga. Peti jenazah ini dulunya khusus dipakai untuk para bangsawan.

Peti ini dibagi ke dalam 2 macam tergantung dari gender yang mau memakainya. Pada peti jenazah bagi bangsawan pria, kepala naganya memiliki jambang dan kumis. Sedangkan untuk peti jenazah bagi bangwasan wanita, tidak memiliki hal tersebut. Peti hanya berupa kepala naga saja.

Pada zaman dulu, peti jenazah ini tidak dikuburkan semuanya ke dalam tanah. Bagian atasnya berada di permukaan tanah untuk menandakan kalau di tempat tersebut ada makam bangsawan. Kalau sekarang, peti jenazahnya dikuburkan dan dibangun peti jenazah dari semen sebagai replika untuk menandakannya.

Nah ini dia artefak yang selalu bikin wisatawan penasaran. Inilah Patung Siraha Horo. Pada zaman dulu, patung ini digunakan sebagai pembersih dosa bagi para pemburu kepala manusia di Nias bagian selatan.

Para pemburu kepala manusia harus membersihkan diri dengan berdoa pada patungnya setelah melakukan perburuan. Hal itu dilakukan agar anggota keluarganya tidak ada yang kena malapetaka. Pembersihan diri juga dilakukan dengan patung Siraha Horo sebelum melakukan perburuan. Para pemburu kepala manusia diharuskan meminta perlindungan, keselamatan, dan keberhasilan.

Konon, para pemburu kepala manusia berdoa sambil menggosokan patungnya ke seluruh badan. Patung Siraha Horo sendiri berwarna hitam dan punya pahatan kelamin pria di bagian bawahnya.

(rdy/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Keajaiban Indonesia Barat
Keajaiban Indonesia Barat
18 Konten
Negeri kita Indonesia penuh dengan keajaiban. Di sebelah baratnya, begitu banyak destinasi yang di luar imajinasi. Kapan kamu menjelajah ke sana.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads