Harusnya, Dari Merauke Sampai Sabang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tapal Batas

Harusnya, Dari Merauke Sampai Sabang

Afif Farhan - detikTravel
Rabu, 10 Mei 2017 16:55 WIB
Suasana di Merauke (Afif/detikTravel)
Merauke - Siapa yang tidak tahu lagu ciptaan R Suharjo 'Dari Sabang Sampai Merauke'? Tapi sepertinya, harusnya dari Merauke sampai Sabang.

detikTravel menemui Kepala Bidang Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Merauke, Kansius Paulus di kantornya, Rabu (10/5/2017). Dirinya adalah orang asli Merauke yang berasal dari Distrik Kimaam.

Kansius menjelaskan banyak hal tentang Merauke. Termasuk soal lagu ciptaan R Suharjo 'Dari Sabang Sampai Merauke'. Dia bilang begini...

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harusnya dari Merauke sampai Sabang. Matahari terbit duluan di sini," katanya sambil tersenyum.

Kansius saat ditemui detikTravel (Afif/detikTravel)Kansius saat ditemui detikTravel (Afif/detikTravel)

Perkataannya menghentak pikiran saya. Iya ya, bukankah Merauke yang lebih dulu tersinari matahari di kala pagi dibanding wilayah lain di Indonesia. Melihat saya tampak berpikir keras, Kansius pun makin tersenyum lebar.

"Sudah tidak apa-apa, mau bagaimana lagi karena lagunya sudah seperti itu. Kita terima saja, tidak ada masalah," ujarnya.

Kansius menjelaskan, Merauke punya 20 distrik dan 161 kampung. Mata pencaharian utama penduduknya adalah sebagai nelayan, berburu dan berkebun.

Suku asli Merauke adalah suku Marind. Mendiami wilayah pesisir, suku ini punya keunikan dengan pakaian khasnya untuk pria. Namanya Mabu yang terbuat dari tempurung kelapa dan menutupi alat vital.

"Sekarang Merauke sudah lumayan maju. Banyak pendatang juga di sini dan kami hidup bersama-sama. Listrik-listrik sudah ada, komunikasi pakai Telkomsel itu bisa telepon ke daerah dan pendidikan sampai tingkat universitas, Universitas Musamus," papar Kansius.

Suasana di Merauke (Afif/detikTravel)Suasana di Merauke (Afif/detikTravel)

Bicara soal budaya, suku Marind punya beberapa upacara adat yang sudah dibalut festival. Salah satunya adalah Festival Dambu, yang punya tujuan untuk mendatangkan rezeki.

Untuk pariwisata, Distrik Sota sebagai wilayah perbatasan dengan Papua Nugini dan Taman Nasional Wasur masih jadi primadona. Namun jangan lupakan pantai-pantai di Merauke seperti Pantai Lampu Satu dan Pantai Wendu untuk bersantai.

Pantai Lampu Satu (Achmad Rouzni Noor II/detikTravel)Pantai Lampu Satu (Achmad Rouzni Noor II/detikTravel)

"Masalah di Merauke cuma satu, air yang sulit didapat saat musim kemarau. Sebab, sumber air hanya dari Rawa Biru suatu danau," terangnya.

Kansius menegaskan, Merauke sungguh menarik untuk dikunjungi. Potensi alam dan wisatanya sudah ada, fasilitas penunjang seperti akomodasi dan transportasi pun memadai. Hanya saja, pemerintah diharapkan bisa memberi perhatian lebih untuk garda terdepan di Indonesia timur ini.

"Kamu lihat di Merauke, semua orang dari berbagai macam daerah ada dan kita hidup dengan damai. Kalau mau lihat Bhineka Tunggal Ika, maka datang sini ke Merauke. Jangan tahu Merauke dari lagu saja," pungkasnya. (rdy/rdy)

Hide Ads