Seperti layaknya bandara internasional di Indonesia, sentuhan tradisional selalu menghiasi sejumlah sudut bangunan. Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali juga diberikan sentuhan tradisional di sejumlah sudut.
Namun ada yang berbeda dengan Bandara yang akrab disebut pelancong sebagai Bandara Ngurah Rai itu. Sebuah menara jam di dalam terminal keberangkatan internasional berdiri dengan menyimpan cerita keunikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menara jam itu untuk central point di mana orang-orang akan mengingatnya dan sebagai titik bertemu atau berkumpul," kata Co GM Commercial Angkasa Pura I Rahadian D Yogisworo kepada detikTravel.
Menara jam ini keren (David/detikTravel) |
Tetapi oleh seniman Nyoman Nuarta, Bale Kulkul dimodifikasi melalui pendekatan imajinasi post-modernist. Arti pembuatan menara jam berdesain Bale Kulkul ini juga untuk menggambarkan tradisionalisme dan modernisme Pulau Dewata yang berorientasi kekinian.
Tinggi menara ini sekira 5 meter dan berada di gerbang keluar kawasan Duty Free. Lebar dan panjang menara yang didominasi warna cokelat gelap ini sekira 5 x 5 meter, dan menyembunyikan Emergency Exit di bawah menara.
Kesan gothic khas Bali terasa ketika memandang menara jam tersebut karena terbuat dari tembaga yang diolah menggunakan keahlian artistik dan estetik dari Nyoman. Proses oksidasi tampak dari warna gelap kecokelatan menara tersebut, sehingga kesan spiritual muncul dalam benak pelancong yang melintas atau mengamati menara tersebut.
Menara jam ini dibuat Nyoman Nuarta (David/detikTravel) |
Menara ini dibuat oleh Nyoman selama satu bulan melalui proses percepatan oksidasi. Pesan yang ingin disampaikan Nyoman dalam menara ini adalah menghargai sejarah dan asal-usul sebagai bangsa yang besar di tengah modernisasi dan globalisasi yang terus terjadi.
"Karya Nyoman Nuarta ini memberikan nilai tersendiri atas keberadaan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, sebagai gerbang Indonesia ke dunia yang dibangun di Bali," kata Kepala Humas Angkasa Pura I Arie Hasanurrohim terpisah.
Bagi sejumlah turis yang akan meninggalkan Bali, menara jam tersebut sebagai bentuk arsitektur khas Bali yang terakhir untuk mereka lihat dan amati. Seperti yang disampaikan oleh pelancong asal Prancis, Jean.
"Menara ini sangat unik dan berbeda dengan menara sejenis di luar. Terasa sisi artistik dari arsitekturnya, saya sempat ambil swafoto bersama keluarga saya dengan latar belakang menara jam itu, sebagai pesan 'Sampai Jumpa Lagi Bali' di media sosial saya," ujar Jean. (vid/wsw)












































Menara jam ini keren (David/detikTravel)
Menara jam ini dibuat Nyoman Nuarta (David/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina