Ada sepotong kisah menarik tentang kopi yang begitu digemari Ratu Juliana dari Belanda. Konon sang Ratu hanya mau minum kopi yang berasal dari Pulau Bacan.
Selain rempah-rempah, Pulau Bacan di Halmahera Selatan pada zaman dahulu dikenal sebagai penghasil tembakau, kakao, hingga kopi. Kekayaan alam Pulau Bacan mengundang berbagai bangsa penjelajah dari Eropa datang ke sana.
Mulai dari Portugis hingga Belanda, semua datang ke Pulau Bacan jauh sebelum Indonesia merdeka. Mereka menjalin hubungan dagang berbagai komoditas, dari rempah-rempah hingga kopi.
Sampai-sampai, berdiri Batjan Algemene Maastchappij (BAM), maskapai perdagangan hasil kerja sama antara Kesultanan Bacan dengan Belanda. BAM sampai punya hak untuk mengeluarkan mata uang sendiri, yang beberapa contohnya sekarang disimpan di negeri Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu pernah ada cerita, Ratu Juliana setiap mau minum kopi ditanya dulu: 'Apakah ini kopi dari Bacan?'. Kalau dijawab iya, baru Beliau mau minum," ujar Ikhsan, pemandu yang menemani detikTravel berkeliling Pulau Bacan pertengahan Agustus lalu.
Namun sayang, selepas Belanda angkat kaki dari Tanah Air, industri kopi di Pulau Bacan menurun drastis, tergantikan dengan komoditas yang lain. Namun kini usaha-usaha untuk membangkitkan kopi di Bacan sudah mulai tampak kembali
"Kita akan kembangkan kopi Robusta Juliana. Wisata kopi untuk mengenang kopi favoritnya Ratu Belanda," ujar M Nur Kamarullah, Kepala Dinas Pariwisata Halmahera Selatan ditemui di tempat terpisah.
Namun Nur tidak merinci kapan jenis wisata ini akan bisa dinikmati oleh traveler. Bukan tidak mungkin jika industri kopi berkembang lagi di Pulau Bacan bisa menggerakkan roda ekonomi dan pariwisata Pulau Bacan. (wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum