Walau belum sepopuler Ngaben, tradisi Tiwah dapat ditemukan di kawasan Nasional Tanjung Puting dan Kalimantan Tengah yang kental dengan Suku Dayak.
Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (2/11/2017), tradisi Tiwah adalah prosesi mengantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka. Nantinya, mayat ini akan dibakar seperti Ngaben yang ada di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kepercayaan Kaharingan Suku Dayak, seseorang yang telah mati harus diantarkan lebih dulu menuju Bukit Malian. Dari sana, sang arwah akan menanti untuk pergi ke Ranying Hattala Langit sampai keluarga yang masih hidup melakukan tradisi Tiwah.
Di dalam prosesi ini, pembakaran tak hanya dilakukan kepada sang ketua adat saja, tapi juga jenazah lain yang telah dikubur.
Jadi, sejumlah jenazah yang telah dikubur akan digali lagi. Sejumlah jenazah baik yang masih baru atau yang telah jadi tulang pun akan dibakar bersamaan dengan sang ketua adat.
Tradisi ini pun sekaligus dilakukan untuk memutuskan status janda untuk istri yang ditinggalkan. Setelah tradisi ini dilakukan, sang janda diperbolehkan untuk kembali menikah atau tidak menikah. Sesuai dengan keputusan pribadi.
Hanya seperti Ngaben, tradisi Tiwah ini tidak apat disaksikan setiap waktu. Semuanya kembali lagi, tergantung ada yang meninggal atau tidak.
Selain itu, dibutuhkan uang dan waktu yang tidak sedikit untuk meyelenggarakan tradisi Tiwah. Umumhya, Tiwah dilakukan nonstop selama beberapa hari hingga satu bulan. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit