Berdasarkan catatan sejarah yang ada, desa-desa di kawasan Danau Lindu sudah mulai terbentuk sejak abad ke-17. Saat itu pemerintah kolonial Belanda menguasai beberapa wilayah di Sulawesi Tengah termasuk wilayah yang kini masuk dalam kawasan Kecamatan Lindu ini.
Pada 1900-an, desa-desa di wilayah itu kemudian ditata kembali. Sehingga terbentuk menjadi empat desa dan kini kemudian lima desa. Kawasan ini merupakan permukiman dalam wilayah Taman Nasional Lore Lindu yang menyimpan keragaman flora dan fauna khas Sulawesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kemudian diterima di Pogombo Ada atau balai pertemuan adat dengan prosesi awal menginjak dulang sebagai tanda penerimaan tamu atas adat setempat. Setelah itu barulah kita dipandu mengitari Danau Lindu dengan perahu penyeberangan di dermaga rakyat setempat.
Danau seluas lebih dari 3.000 hektare ini terletak 1.000 meter di atas permukaan laut. Danau tektonik ini menjadi beranda lima desa di wilayah itu. Danau lindu menyimpan potensi sumber protein, berupa ikan mujai, nila dan ikan lokal lainnya. Hutan-hutan di sekitarnya menyimpan keragaman flora dan fauna endemik pula.
Sebelum mulai berkeliling mengitari danau, baiknya kita tanyakan dulu apa makna penyambutan adat tadi pada sesepuh adat To Lindu, Samuel Tolei.
![]() |
"Adat tadi namanya Potandui. Itu gunanya memberikan keselamatan bagi yang pertama kali datang ke Lindu. Adat ini bisa dilakukan kepada siapa saja. Utamanya orang yang baru pertama kali datang ke lindu," kata Samuel.
Sekarang mari kita menikmati indahnya panorama Danau Lindu. Mesin kapal penyeberangan sudah dinyalakan. Bila tak kebagian tempat duduk, berdiri sambil berpegangan pada rangka atap kapal jadi pilihan. Coba lihat, sesekali perahu bermotor nelayan tanpa cadik melintas memotong haluan atau bersisian.
![]() |
Salah satu tempat yang menarik dikunjungi adalah Makam Maradindo, leluhur Suku lindu yang panjangnya tujuh meteran. Konon, tinggi leluhur To Lindu 7 meteran. Ia dimakamkan di sisi danau bagian selatan di dalam peti kayu bulat. Ia dipercayai menjaga anak keturunannya yang bermukim di kawasan ini.
Suatu waktu, bila anda sempat berkunjung ke sini, cobalah pula kuliner khasnya. Ada ikan mujair bakar rica-rica khas Lindu. Jadi kita bisa menikmati pesona negeri di rimba di belantara ini juga menyicipi kuliner khasnya bila punya waktu panjang.
Sebaiknya berkunjung ke sini di saat akhir pekan dengan berangkat pada Sabtu pagi lalu kembali pada Minggu sore. Dari Palu, kawasan ini berjarak sekira 100 kilometer. Traveler dapat menggunakan mobil penumpang umum atau sewa lalu turun di Sadaunta. Kemudian dilanjutkan ke Danau Lindu dengan menumpang sepeda motor ojek.
(rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum