Cerita Mitos dan Ritual di Batu Tapak Putri Ciamis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Mitos dan Ritual di Batu Tapak Putri Ciamis

Dadang Hermansyah - detikTravel
Rabu, 22 Agu 2018 21:15 WIB
Batu Tapak Putri di Ciamis (Dadang Hermansyah/detikTravel)
Ciamis - Terdapat batu besar di Ciamis yang menyimpan mitos. Konon, siapa yang bisa melakukan ritual, segala keinginannya akan terkabul. Ritual apa ya?

Di Kabupaten Ciamis, ada sebuah batu besar yang ada sepasang telapak kaki bernama batu tapak putri terbalik. Mitosnya, di batu ini siapa saja yang melakukan ritual di batu ini keinginannya dapat tercapai. Percaya atau tidak itu tergantung keyakinan masing-masing.

Sebuah daerah yang memiliki peninggalan zaman dulu biasanya sarat dengan mitos. Seperti di batu tapak putri terbalik ini, yang letaknya di Gunung Putri, Dusun Cipaku Girang, Desa/Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di lokasi ini, setiap malam tertentu kerap dikunjungi oleh beberapa peziarah dari berbagai daerah, seperti Bandung, Jakarta, Bekasi bahkan hingga Medan. Padahal keberadaan batu ini cukup tersembunyi, namun kabar itu muncul dari mulut ke mulut.

(Dadang Hermansyah/detikTravel)(Dadang Hermansyah/detikTravel) Foto: undefined


Juru Kunci Gunung Adri (76) menjelaskan menurut kisah yang berkembang, telapak kaki itu merupakan patilasan dari Nyi Putri Marahmah Galih. Yakni seorang putri kerajaan, namun ada kaitannya dengan Kerajaan Galuh atau Kerajaan Pajajaran masih perlu penelusuran lebih dalam.

Pada batu ini ada ritual tertentu agar keinginan yang dimaksud terkabul. Asalkan kaki seseorang itu bisa pas di telapak kaki pada batu itu. Juga harus memutar sesuai letak tapak kaki. Namun tidak lupa tetap berdoa dan kepada sang pencipta.

"Jadi menurut kisah saat Nyi Putri menapakan kaki kanannya, kemudian ia memutar dan menapak lagi dengan menggunakan kaki kiri. Sehingga telapak kaki yang ada letaknya tidak searah melainkan berlawanan arah," ucap Adri kepada detikTravel, Senin (20/8/2018).

(Dadang Hermansyah/detikTravel)(Dadang Hermansyah/detikTravel) Foto: undefined


Kata Adri, peziarah yang datang dari luar daerah, biasanya pada malam Senin dan malam Jumat. Namun, pada hari-hari biasa juga bisa melaksanakannya. Terbukti atau tidaknya sesuai keyakinan seseorang.

"Kalau cocok, ritualnya berdoa kepada yang maha kuasa, tujuan akan tercapai. Sampai sekarang masih banyak yang datang untuk ziarah ke batu itu," jelas juru kunci yang pensiunan polisi hutan di Gunung Sawal ini.


(sym/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads