Tradisi Ziarah Makam di Lombok Tengah yang Terus Lestari

Lombok Tengah - Masyarakat Lombok Tengah punya tradisi ziarah makam yang dilangsungkan 2 kali dalam setahun. Tradisi ini masih terjaga dan terawat sampai sekarang.

Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) Memang memiliki sejuta keunikan di berbagai sektor. Baik itu sektor wisata, kuliner, lebih-lebih pada budayanya. Tak heran jika warisannya masih terjaga dan terawat oleh anak cucu hingga sekarang.

Salah satunya adalah tradisi ziarah makam yang kelestariannya masih kental di Kelambi, Praya Barat Daya, Lombok Tengah. Uniknya, Tradisi Ziarah Makam ini hanya bisa dilakukan pada hari Kamis saja tidak boleh pada hari-hari lain. Makam ini diketahui sebagai makam kuno yang bersejarah.

Menurut warga setempat, makam kuno ini merupakan tempat persinggahan para Wali Allah hingga selendang salah seorang wali tertinggal di makam tersebut. Kini, makam tersebut diberi nama oleh warga adalah Makam Keleang. Keleang adalah sebutan suku Sasak yang bahasa Indonesianya adalah Selendang.

(Faruk/detikTravel)

"Tradisi ini hanya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu awal musim kemarau dan awal musim hujan. Tidak boleh di hari lain, hanya bisa di hari Kamis," ulas salah seorang warga, Amaq Mulasim pada detikTravel, Kamis (13/09/2019) kemarin.

Dalam setiap kali dilakukan Ziarah, biasanya warga setempat melakukannya secara berjamaah. Tentu persediaan makanan lengkap menjadi kewajiban untuk dibawa sebagai perlengkapan jamuan sebelum dilakukan Dzikir dan Do'a bersama.

Prosesi ziarah makam sangatlah teratur, Laki-laki dan Perempuan mengambil bagiannya masing-masing untuk mempersiapkan segala sesuatu.

(Faruk/detikTravel)

Usai berdoa dan berdzikir, warga kemudian secara bergantian melakukan prosesi cuci muka (Beseraup) dengan menggunakan air yang dibawa sendiri oleh para penziarah dan dilakukan di sekitar makam.

Mencuci muka di makam ini dipercaya sebagai salah satu cara memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaannya pun tertib, didahulukan kepada penziarah laki-laki. Setelah itu, barulah peziarah perempuan. (wsw/wsw)