Dulu Angker, Kini Jadi Agrowisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dulu Angker, Kini Jadi Agrowisata

Arbi Anugrah - detikTravel
Sabtu, 17 Nov 2018 18:15 WIB
Agrowisata Desa Langgongsari (Arbi Anugrah/detikTravel)
Banyumas - Agrowisata Bulak Barokah di Banyumas dulunya adalah tanah yang angker. Tapi kini, sudah mejadi tempat wisata dan sumber perekonomian.

Cuaca cerah pagi ini ditambah sejuknya suasana pedesaan dengan rimbunnya pepohonan. Aroma khas gula kelapa yang tengah dimasak oleh para petani gula menambah damai suasana di Agrowisata Bulak Barokah di Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Banyumas.

Tanah milik desa yang dahulunya terbengkalai dan dikenal angker oleh warga sekitar, kini berangsur-angsur menggeliat, perekonomian masyarakat di Desa Langgongsari mulai meningkat. Semua capaian itu tidak lepas dari kepemimpinan Kepala Desa Langgongsari, Rasim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di saat desa-desa lain memanfaatkan dana desa untuk pembangunan infrastruktur, Rasim malah membangun Agrowisata sebagai pusat perekonomian masyarakat desa untuk memperkuat BUMDes. Selain itu sebagai sarana edukasi tentang pertanian, perikanan dan peternakan, perdagangan yang dipusatkan dalam satu tempat seluas sekitar 4 hektare yang mulai dirintis sejak 2015 lalu. Seluruh potensi itu meliputi pengolahan gula kelapa, tahu, tempe, pembuatan tapioka, peternakan, perikanan, budidaya jamur.

Dulu Angker, Kini Jadi AgrowisataFoto: (Arbi Anugrah/detikTravel)


"Seluruh potensi yang ada di Desa ada disini. Jadi seluruh potensi itu kita kemas disini biar lebih mudah, tujuannya kita untuk menawarkan potensi Desa Langongsari apa yang ada itu mudah, tidak perlu keliling, cukup disini satu tempat," kata Rasim saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (17/11/2018).

Tak disangka, upaya dirinya selama ini mulai membuahkan hasil. Banyak masyarakat dari berbagai daerah seperti Banyumas, Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara yang mulai berdatangan untuk mengunjungi Agrowisata Bulak Barokah untuk berwisata dan belajar bagaimana cara pengolahan tanaman, perikanan dan peternakan di Agrowisata tersebut. Mereka di antaranya rata-rata merupakan anak-anak sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga mahasiswa yang melakukan penelitian.

"Berwisata di sini, edukasi yang didapatkan. Pengaruhnya anak-anak sekolah tahu orang membuat gula kelapa, anak-anak bisa tahu cara pembuatan tempe, cara pembuatan tahu, cara pembuatan gula tebu, cara pembuatan tapioka. Bahkan bisa belajar budidaya jamur, bisa belajar sambung tanaman supaya cepat berbuah," jelas Rasim yang dahulunya merupakan seorang pedagang keliling sebelum memutuskan ikut pencalonan Kades.

Hingga saat ini, dana yang telah dikeluarkan untuk membuat sarana Agrowisata sebagai tempat edukasi yang semua dipusatkan dalam satu lokasi telah mencapai Rp 1,8 miliar. Semua dia gunakan untuk membangun berbagai bidang usaha mulai dari pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, hingga sentra pengolahan gula kelapa.

Dulu Angker, Kini Jadi AgrowisataFoto: (Arbi Anugrah/detikTravel)

"Dana Desa hampir 90 persen kita masukkan ke sini, sekarang sudah mencapai sekitar Rp1,8 miliar dari tahun 2015 hingga 2018. 2015 kita beli bibit durian bawor, terus tahun berikutnya kita buat tempat pengolahan gula kelapa, berikutnya pembuatan kandang sapi, kambing," ucapnya.

Selain itu, dianggaran dana desa 2018 dirinya telah mengeluarkan dana sekitar Rp 30 juta guna pengadaan 900 bibit kelapa genjah yang juga ditanam dalam satu lokasi. Harapannya ke depan masyarakat Desa Langgongsari dan wilayah desa sekitar dapat meniru pola penanaman menggunakan bibit kelapa genjah untuk mengurangi angka kecelakaan kerja para petani gula kelapa yang sangat tinggi di Kabupaten Banyumas.

"Harapan ke depan ada tanah desa yang kurang termanfaatkan dan kurang produktif ini kita akan budidaya kelapa genjah. Sekarang sudah mulai penanaman dalam satu tempat. Dana Desa 2018 kita ambil sekitar Rp 30 juta untuk pembelian bibit dan pekerjaan sebanyak 900 pohon. Ini sudah mulai ditanam ditahun 2018, kira kira 3-4 tahun lagi kita mudah-mudahan mulai produksi. Harapan saya nanti masyarakat meniru menanam kelapa genjah sehingga disamping produksinya cepat juga mengurangi resiko kecelakaan," ucapnya.

Dia mengatakan dalam satu tahun ini saja di Desa Langgongsari sudah banyak petani gula kelapa yang terjatuh dari pohon kelapa, dua di antaranya meninggal dunia. Dengan menanam pohon kelapa genjah yang bibitnya didapatkan dari masyarakat sekitar itu lalu dikembangkan oleh pihak desa, diharapkan ke depannya dapat mengganti pohon kelapa yang tinggi menjadi pohon kelapa yang rendah.

"Harapan saya 15 tahun tanaman kelapa tinggi sudah berkurang. Kalau bukan kita yang mengawali siapa lagi, petani disuruh uji coba ya susah, wong mereka hidupnya ya pas pasan. Nah kita Desa yang uji coba, kita penelitian," jelasnya.

Awal inisiatif untuk membangun dan mengembangkan potensi desa itu bukan tanpa halangan. Rasim juga mendatangi pihak-pihak pemegang kebijakan di daerahnya untuk menyampaikan niatnya membangun desa. Setelah dua tahun, jerih payahnya itu berhasil. Desa Langgongsari mendapatkan akses air bersih melalui kerja sama dengan Perhutani dan Dinas Cipta Karya. Program Pipanisasi dari sumber air di Gununglurah sepanjang 13 km juga mengatasi langkanya air bersih yang peyediaannya dikelola BUMDes Tirta Nala.

Dalam pemikiranya jika desa tanpa usaha maka desa itu tidak akan mandiri selamanya dan akan terus mengandalkan kucuran dana dari pemerintah. Maka dari itu, dirinya terus berupaya untuk mengajak masyarakat menyamakan pemikiran dan belajar bersama.

Di Agrowisata Bulak Barokah, selain para pengunjung bisa melihat berbagai macam jenis tanaman pertanian seperti tanaman durian bawor, pohon petai, tebu, salak, serta sayur-mayur. Ditempat tersebut juga terdapat kelinci, sapi, kerbau, ayam kalkun, kambing dan domba. Belum cukup, ada pula belasan ribu ikan lele, nila, patin, dan melem yang dipelihara di sana.

Berbagai potensi tersebut semua dimanfaatkan, seperti halnya kotoran ternak yang ada di Agrowisata Bulak Barokah digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman-tanaman. Selain itu, kotoran sapi juga digunakan sebagai biogas untuk kebutuhan memasak para pengurus Agrowisata. Bahkan disetiap empat pohon durian yang ditanam terdapat satu sumur resapan yang bertujuan agar air tidak langsung mengalir menuju sungai hingga menyebabkan kesulitan saat musim kemarau.

"Karena setiap tahun pemungkiman semakin bertambah, sehingga dikala hujan, air langsung masuk ke sungai karena pembangunan, sehingga kita buat dengan dana desa sumur resapan, tiap 4 pohon durian satu sumur resapan sedalam 2,5 meter dengan diameter 1 meter, tujuannya dikala hujan air masuk sumur resapan dan tidak masuk ke sungai," ungkapnya.

Dari semua penerapan dan inovasi yang Rasim kembangkan, mengantarkan dirinya mendapatkan penghargaan dari Otoritas Jasa Keuangan dibidang Inovasi Inklusi Keuangan BUMDes tahun 2018. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

Wari, salah satu pengurus Agrowisata Bulak BarokahWari, salah satu pengurus Agrowisata Bulak Barokah Foto: (Arbi Anugrah/detikTravel)

Wari, salah satu pengurus Agrowisata Bulak Barokah mengatakan jika dengan adanya Agrowisata tersebut sangat membantu perekonomian masyarakat sekitar. Dia bercerita bagaimana lokasi yang saat ini dimanfaatkan sebagai lokasi Agrowisata sebelumnya merupakan penggilingan batu dan terkenal dengan tempat yang angker.

Saat ini banyak anak-anak sekolah yang belajar, mengenal jenis tanaman dan binatang serta mahasiswa yang melakukan penelitian. Dia pun menilai jika sosok Kades Langgongsari, Rasim merupakan sosok seorang pemimpin yang mau bekerja keras, bahkan mau turun langsung mengurus tanaman, ternak yang ada di Agrowisata.

"Adanya Agrowisata ini sangat terbantu, warga bisa ada yang bekerja, penderes (petani gula kelapa) yang tidak punya tungku bisa masak disini. Tadinya disini tanahnya gersang karena merupakan pabrik batu, tapi sekarang menjadi hijau setelah diimanfaatkan untuk Agrowosata," jelasnya.

Hal serupa diungkapkan Suriah (50) salah satu warga yang memasak air nira kelapa di lokasi Agrowisata Bulak Barokah. Dia mengatakan jika pihak desa memfasilitasi warga Desa untuk dapat memasak gula kelapa di area Agrowisata yang memiliki puluhan tungku memasak.

Selain lebih bersih, gula kristal atau gula semut dari nira kelapa ini juga dapat langsung dijual oleh para pengunjung dengan harga yang tinggi dibandingkan jika dirinya harus menjual kepada patra pengepul.

"Di sini wajan sama tungku sudah disediakan, kita yang ounya air nira bisa dimasak disini gratis tidak dipungut biaya untuk membuat gula kristal. ya sangat terbantu dengan diberikan fasilitas ini, jadi enak. Kalau dirumah kotor, dan ketika ada pengunjung tidak malu, apalagi kalau ada orang yang ingin tahu cara pengolahan gula. Kalau ada pengunjung harganya Rp 20 per kilogram, berbeda kalau jual ke pengepul yang bisa ngutang dulu kalau butuh uang hanya dihargai Rp 15 ribu per kilogram," tuturnya.

Pengolahan gulaPengolahan gula Foto: (Arbi Anugrah/detikTravel)
(bnl/aff)

Hide Ads