Batu pada umumnya berbentuk bulat oval atau bahkan tidak beraturan. Namun di Desa Lemahabang, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan ada banyak batu yang berbentuk persegi lima hingga persegi enam yang rata-rata berdiameter 70 cm-80 cm. Sedangkan untuk panjangnya bervariatif hingga beberapa meter.
Situs kuno Watu Bahan ini tampak tertata rapi dan membentuk tebing. Awal mula ditemukannya balok-balok batu raksasa tersebut dari bencana alam tanah longsor di perbukitan setempat sekitar tahun 2016 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari longsor ini, membersihkan tanah-tanah yang menutupi tumpukan balok-balok batu. Oleh warga setempat kemudian dibersihkan. Ternyata tidak di satu titik saja namun hampir seluruh perbukitan wilayah setempat berupa tumpukan batu balok persegi.
"Setelah dibersihkan warga, di tahun 2017 pihak pemerintah kabupaten mendatangkan seorang arkeolog guna melakukan penelitian batu-batu tersebut," tambah Kartono.
![]() |
Dari hasil penelitian diketahui bahwa bebatuan alam tersebut terbentuk karena luapan magma yang keluar lewat kaki Gunung Rogojembangan, melewati pori-pori bumi disertai zat kapur yang memisahkan magma satu dengan magma yang lain dan terjadi pendinginan cepat. Sehingga terbentuk batu seperti saat ini.
"Kata arkeolog pada kami dan tim kabupaten, ini terjadi karena proses alam sewaktu Gunung Petungkriyono (Rogojembangan) masih aktif, usianya diperkirakan dua juta tahun yang lalu," jelasnya.
Namun demikian, banyak warga yang mendapatkan cerita leluhur turun temurun, Watu Bahan tersebut ada untuk pembangunan candi yang gagal dilakukan di suatu tempat.
"Namanya Watu Bahan. Bahasa Indonesianya batu yang akan dijadikan bahan pembuatan sesuatu. Ceritanya untuk candi. Candi mana kita tidak tahu," kata Setiaji, pemuda setempat saat ditemui detikTravel di lokasi wisata Watu Bahan.
![]() |
"Sejak dibuka dua tahun lalu, kalau Minggu banyak didatangi warga. Beberapa kali para ilmuwan juga datang untuk melakukan penelitian soal batu-batu sini," jelas Setiaji.
Apalagi cerita-cerita leluhur yang menceritakan ada sebuah peradaban yang hilang sejak zaman batu dengan bukti adanya bebatuan yang dalam kondisi bentuknya rapi seperti balok.
"Ya namanya cerita leluhur turun temurun seperti itu. Banyak batu besar berbentuk segi lima, seperti batu yang akan digunakan untuk membangun candi atau rumah zaman dahulu," tambah Setiaji yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Lemahabang.
Mengenai adanya peninggalan sejarah berupa kota, pihaknya mengaku belum tahu secara pasti. Namun kemungkinan ada peradaban karena beberapa situs sejarah ada di sekitar lokasi Watu Bahan. Seperti punden berundak dan petilasan.
"Kami meyakini ada cerita di balik Watu Bahan karena banyak batu-batu yang ada muncul dari tebing ataupun permukaan tanah sangat presisi seperti dipahat oleh manusia," tambahnya.
![]() |
BACA JUGA: Main ke Pekalongan, Nikmati Segarnya Limun Resep Lima Generasi
Pengunjung harus menaiki bukit. Sesampainya di atas, traveler akan dibuat kagum dengan banyaknya batu-batu persegi yang berukuran besar seakan-akan ke luar dari dalam bukit.
Dalam pengamatan detikTravel di lokasi, batu persegi tersebut tertumpuk beraturan, ke luar dari perut perbukitan setempat. Bukit sendiri masih ditumbuhi pohon-pohon, seperti pohon raksasa yang menjulang tinggi. Ada pula sebuah air terjun.
"Namanya Air Terjun Abadi. Dikatakan abadi karena musim kering pun air terjun tetap ada, mengucur dari sumbernya," jelas Setiaji. (krn/krn)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau