Barong yang menjadi ciri khas Bali memang menarik perhatian mata turis yang liburan di Bali. Mulai dari warga negara Amerika Serikat hingga Belanda pun pernah belajar membuat barong di salah satu sentra produksi barong di Sukawati, Gianyar, Bali.
Salah satu pengrajin barong asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Sukawati, Made Puji menuturkan kerajinan barong mulai ramai dibuat di desanya sejak 1970-an. Dari barong itu dia juga punya murid mancanegara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Aditya Mardiastuti/detikTravel) |
Made merupakan salah satu pengrajin barong yang masih eksis di desanya. Masa mudanya juga aktif menjuarai lomba-lomba di tingkat kota/kabupaten. Sehingga tak jarang, dirinya menjadi rujukan yang ditunjuk pemda setempat.
Dia juga pernah mengikuti sanggar seni dan menjadi penabuh gamelan Bali. Dia mengaku kegiatannya itu turut mempromosikan usahanya.
"Dulu 1987 saya pernah ke Belanda bawa Calon Arang, ada tamu lihat terus ke sini. Saya juga dulu pernah keliling Eropa bawa kesenian diajak Pustaka Budaya, waktu itu nabuh aja. Sambil keliling nyambi bikin kerajinan," terangnya.
Untuk mengerjakan pesanan barong maupun produksi topengnya, Made biasa mengajak tetangga desa maupun saudaranya untuk membantu. Kini dia memiliki sekitar 20 pegawai untuk mengejakan setiap pesanan.
"Kalau semua ada 20 orang, kalau untuk nyelesein biasa 6 orang. Dibayarnya tenaga harian," terangnya.
(Aditya Mardiastuti/detikTravel) |
Dalam setahun, Made biasa menerima pesanan tiga barong berukuran besar. Harga barong itupun bervariasi tergantung kemampuan pemesan.
"Kalau barong yang ini (sedang dibuat) dijual Rp 250 juta. Diselesaikan tiga bulan untuk kepentingan pura," jelasnya.
Made tak hanya membuat barong, dia juga membuat topeng-topeng maupun pernak-pernik tarian Bali. Barang buatannya itupun juga sudah dipasok ke sejumlah toko suvenir di Bali.
"Orang lokal juga banyak yang ke sini. Tamu biasanya dari artshop, Joger juga masuk. Biasanya kalau setor topeng minimal 2 dus, kalau miniatur-miniatur jumlahnya sampai ratusan," terang Made.
(Aditya Mardiastuti/detikTravel) |
Made mengaku bisa mendapat ratusan juta tiap bulannya. Namun, menurutnya menekuni bisnis ini juga harus ikhlas.
"Tiap bulan bisa dapat minimal Rp 500 juta belum bersih. Rezeki itu ada aja, asal kita jujur kerja pasti ada, " ucapnya.
(sym/fay)












































(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Turis Asing di Kertajati Turun, Dedi Mulyadi: Penerbangannya Kan Nggak Ada
Temuan Kemenhut Soal Kerusakan Hutan Sumatera, Bukan Cuma Faktor Cuaca