Banyuwangi, kabupaten paling timur di Pulau Jawa ini memiliki warga desa yang ramah dan pasti membuat kita betah berlama-lama di sana. Adem, tenteram suasananya hingga pemandangan hamparan rumput hijau berhias bunga akan semakin memanjakan mata.
Hal itu detikcom rasa saat bertandang ke rumah Mbok Ning (72). Dengan senang hati ia menyambut kehadiran kami dan langsung mempersilakan masuk ke rumah untuk melihat isi dapur dan bagian belakang rumah, bernama Tingkle.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut sejarah, masyarakat desa adat Kemiren berasal dari orang-orang yang mengasingkan diri dari Kerajaan Majapahit karena mulai runtuh sekitar tahun 1478 M. Selain menuju ke ujung timur Pulau Jawa, orang-orang Majapahit juga mengungsi ke Gunung Bromo (Suku Tengger) dan Pulau Bali.
Kelompok masyarakat yang mengasingkan diri ini kemudian mendirikan Kerajaan Blambangan di Banyuwangi yang bercorak Hindu-Buddha seperti halnya kerajaan Majapahit. Berkuasa selama 200 tahun, akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1743 M.
![]() |
Desa wisata Kemiren secara administratif masuk di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan secara historis geneologis-sosiologis masih memperlihatkan tata kehidupan sosio-kultural yang mempunyai kekuatan nilai tradisional Osing. Efeknya pada saat kepemimpinan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman, Desa Kemiren ditetapkan menjadi kawasan wisata Desa Adat Osing dan menjadi tempat wisata di Banyuwangi.
Dalam lingkup lebih luas, Osing merupakan salah satu bagian sub-etnis Jawa. Dalam peta wilayah kebudayaan Jawa, Osing merupakan bagian wilayah Sabrang Wetan yang berkembang di daerah ujung timur Pulau Jawa.
Keberadaan komunitas Osing berkaitan erat dengan sejarah Blambangan (Scholte, 1927). Menurut Leckerkerker (1923:1031), orang-orang Osing adalah masyarakat sisa keturunan kerajaan Hindu Blambangan yang berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali), bila dilihat dari adat-istiadat, budaya maupun bahasanya (Stoppelaar, 1927). (msl/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!