Bagi warga Sulawesi Selatan, songkok recca tak hanya sebagai identitas adat, tapi juga sebagai identitas agama Islam yang telah ada di Sulsel sejak abad ke 16. Setiap bulan puasa, songkok ini pun tetap diminati dan masih menjadi favorit warga untuk digunakan saat salat.
Di Masjid Almarkaz Al-Islami Maros, Sulawesi Selatan, hampir setiap kios pakaian muslim menjajakkan songkok recca dengan berbagai jenis ukuran serta model. Meski harganya terbilang lebih mahal dari songkok lainnya, tapi peci ini laris manis terjual saat bulan ramadan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Memang ada beberapa motif baru. Ini untuk menarik anak-anak muda. Karena kalau yang model lama itu, biasanya dipakai sama orang tua. Dengan banyak pilihan begini, makin banyak yang suka dan banyak yang beli juga, terutama anak muda," lanjutnya.
Songkok yang aslinya berasal dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini, terbuat dari serat pelepah daun lontar dengan cara dipukul-pukul yang dalam bahasa Bugis artinya direcca-recca.
![]() |
"Kami di sini dipasok langsung dari Bone. Kalau yang kita jual ini masih kualitas sedang. Harganya memang bervariasi, tergantung kualitasnya saja. Di sini harga paling murah Rp 70 ribu paling mahal Rp 130 ribuan. Ada harganya yang sampai jutaan," sebutnya.
Jika di hari-hari biasa, pedagang mengaku hanya bisa menjual songkok recca itu 2 sampai 3 helai, selama ramadhan ini mereka mampu menjual songkok itu hingga 20 helai dalam sehari. Kalau untuk semua jenis peci malah bisa sampai 100 helai. Apa lagi, songkok recca ini juga sangat trend di kalangan anak milenial.
![]() |
Menurut sejarah, songkok ini muncul di masa terjadinya perang antara Bone dengan Tator tahun 1683. Pasukan Bone pada waktu itu menggunakan songkok recca sebagai tanda untuk membedakan dengan pasukan Tator.
Pada zaman pemerintahan Andi Mappanyukki, songkok recca dibuat dengan pinggiran emas yang menunjukkan strata si pemakainya. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan