Rowo Bayu berada di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi menjadi viral lantaran dihubungkan dengan cerita horor 'KKN di Desa Penari'. Meskipun penulis cerita mengatakan hanya memakai foto Rowo Bayu sebagai ilustrasi, namun netizen terlanjur percaya tempat ini adalah setting cerita horor itu.
Telaga ini bersembunyi di balik rimbunnya hutan di kaki Gunung Raung di sisi Kabupaten Banyuwangi. Masyarakat setempat lebih sering menyebutnya Rowo Bayu. Rowo dalam bahasa Indonesia adalah Rawa, sementara Bayu berarti angin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tempat ini dipercaya sebagai tempat favorit Prabu Tawang Alun memerintah Kerajaan Blambangan untuk berapa dan meditasi. Lokasi meditasi sang Raja berada di pojok kanan sebelah utara dari telaga. Lokasi itu kini dibangun seperti candi, menutupi sebuah batu yang tercetak bekas kaki sang Prabu Tawang Alun selama meditasi.
"Di sini ada cetakan kaki saat meditasi Prabu Tawang Alun, Raja Blambangan kala itu. Ini dipercaya masyarakat tempat yang sakral," ujar Mbah Saji, juru kunci Rowo Bayu kepada detikcom, Jumat (30/8/2019).
Telaga ini memang sangat rimbun dan menyejukkan. Apalagi ditambah dengan gemericik air dari tiga mata air di sekitar lokasi bangunan meditasi. Yaitu Sumber Kamulyan, Sumber Rahayu dan Sumber Panguripan.
Mata air ini belum pernah berhenti mengalir meski musim kemarau panjang sekalipun. Keberadaannya sangat dihormati dan disakralkan.
![]() |
"Air ini dipercaya sebagai sumber dari segala sumber. Tidak untuk mandi atau BAB. Tapi untuk kegiatan ritual dan spiritual," tambah Mbah Saji.
Mbah Saji mengakui banyak kejadian mistis terkadang muncul di Rowo Bayu. Namun dia menganggap itu biasa. Wewangian muncul pada bulan-bulan dan hari-hari tertentu.
Cerita lain, kata Mbah Saji, lokasi ini juga sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda dan menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Banyuwangi. Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) terinspirasi dari perang terakhir warga Blambangan dengan penjajah atau perang 'Puputan Bayu'.
Pangeran Jagapati melakukan perang habis-habiskan melawan penjajah Belanda. Sebanyak 65 ribu rakyat Blambangan habis dan hanya tersisa 5.000 jiwa saja. Hal itu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771.
"Perang di sekitar Songgon sini. Warga yang selamat dan melarikan diri di sini. Sampai saat ini setiap perayaan hari jadi selalu dipusatkan di sini. Biasa menjelang Hari jadi Banyuwangi. Kami menghargai kesakralan tempat ini. Sebagai cikal bakal Kota Banyuwangi," pungkasnya.
![]() |
(fay/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!