"Dalam budayanya, masyarakat Fakfak sangat toleran. Itu tercermin dari filosofi satu tungku tiga batu," kata Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto membuka percakapan dengan detikcom, Jumat (6/9/2019).
BACA JUGA: Tahukah Kamu Arti Nama Papua?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Arti filosofi ini adalah masyarakat Fakfak sangat toleran terhadap perbedaan. Dalam satu keluarga besar, biasanya anggota keluarga berbeda agama, tetapi mereka tidak pernah konflik. Sejak zaman dahulu, masyarakat Fakfak terbuka dengan masyarakat baru yang datang dari luar," paparnya.
![]() |
Buktinya, pada abad ke-17 pedagang Muslim dari Bugis, Makassar, Ternate, Tidore sudah datang di Fakfak, mereka berdagang serta berdakwah. Bahkan pada abad ke-18, pedagang Tionghoa dan pedagang Arab juga datang ke wilayah ini.
"Masyarakat Fakfak sangat menghormati dan menghargai orang lain. Berbagai persoalan akan diselesaikan secara adat melalui mekanisme musyawarah adat," kata Hari.
Masjid Patimburak di Kampung Patimburak, Distrik Kokas, juga mencerminkan filosofi satu tungku tiga batu. Masjid ini dibangun pada tahun 1800-an secara gotong royong antara keluarga Muslim dibantu oleh keluarga Katolik dan keluarga Kristen Protestan.
![]() |
Menurut Hari, filosofi satu tungku tiga batu merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Fakfak. Filosofi ini perlu digali kembali dan kalau perlu diajarkan di sekolah-sekolah.
"Filosofi Satu Tungku Tiga batu dapat digunakan sebagai bentuk pendidikan literasi digital guna menangkal berkembangnya hoaks," tutupnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol