Di tengah maraknya kedai kopi kekinian di Jakarta, tak sedikit yang hadir dengan visi misi berbeda seperti kesetaraan dan kemanusiaan. Hari Sabtu (14/9/2019), detikcom pun mengunjungi tiga yang menarik lewat acara Special City Tour Barista Inklusif yang diselenggarakan oleh komunitas Koko Jali.
Bagi traveler yang belum tahu, Koko Jali merupakan komunitas yang rutin menyelenggarakan tur bertema toleransi. Diungkapkan oleh founder Koko Jali, Max Andrew Ohandi, tur ini dilakukan untuk menjembatani perbedaan yang ada di antara teman-teman difabel dan para peserta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun ketiga kedai kopi tersebut adalah Join X Jeera Coffee House, Sunyi House of Coffee and Hope serta Koptul (Kopi Tuli). Ketiganya memiliki keunikan masing-masing yang membedakannya dari kedai kopi biasa. Berikut cerita dari ketiga kedai kopi tersebut:
1. Join X Jeera Coffee House
Foto: Johanes Randy
|
Dijelaskan oleh barista sekaligus mantan napi, Ahmad Nur, bawah kedai kopi itu merupakan inisiatif dari pihak Kemenkumham yang ditujukan untuk pembinaan para napi selepas penjara.
"Dibangun 2 tahun lalu sama Kemenkumham Yasonna untuk teman-teman eks narapidana yang baru bebas untuk mereka belajar mandiri, melatih mental," ujar Nur yang masih napi aktif.
Walau baru akan bebas total tahun 2020 mendatang, nyatanya Nur diberi kesempatan untuk bekerja sebagai barista di kedai kopi tersebut. Salah satu tujuan utama adalah untuk melepaskan stigma narapidana itu.
"Mudah-mudahan dengan adanya ini stigma bisa kita tepis. Produknya adalah manusianya," ujar Nur.
Adapun Join X Jeera Coffee House memiliki menu unggulan seperti Paradise dan lainnya. Buka setiap hari kerja.
Sunyi House of Coffee
Foto: Johanes Randy
|
yang terletak di bilangan Fatmawati.
Diinisiasi oleh seorang social enterpreneur, Mario Gultom (25), ia melihat sulitnya kesempatan bagi teman-teman difabel di dunia kerja dan masyarakat. Padahal, teman-teman difabel juga memiliki keahlian yang tak beda dengan manusia normal.
"Dibangun baru banget 2019, tapi konsepnya dah dari 2016. Di mana waktu saya meyakinkan diri kalau bidang saya di bidang kesetaraan. Jadi kita di sini tidak memandang perbedaan sama sekali. Untuk yang autism dll merchandise mereka saya pajang. Kalau saya gak bisa kasih pekerjaan, saya bisa kasih jembatan," ujar Mario.
Dalam perkembangannya, respon masyarat Indonesia akan Sunyi House of Coffee and Hope cukup baik. Walau begitu, ada sejumlah tantangan yang kerap dihadapi Mario.
"Itu bahasa isyarat saya masih belum lancar. Masih agak susah komunikasi, itu jadi challenge buat kita. Saya punya karyawan satu tangan dan kita harus bikim metode baru agar teman kita bisa berkomunikasi," ujar Mario.
Saat ini Mario mempekerjakan, 10 orang difabel yang terdiri dari empat teman tuli, satu tuna daksa dan dua juru parkir tuli. Sunyi House of Coffee and Hope buka setiap hari dan libur di hari Senin.
3. Koptul (Kopi Tuli)
Foto: Johanes Randy
|
"Saya mau ngelamar, gak ada respon juga. Ini jawaban dari kekecewaan kami," ujar Erwin.
Dijelaskan oleh Erwin, ia belajar barista selama tiga bulan di BSD. Dengan keterbatasannya, ia tetap dapat melayani pelanggan pecinta kopi dengan bahasa isyarat. Kedainya pun sudah buka dua cabang, di Jakarta dan Depok.
Menariknya, pengunjung pun akan dilayani oleh para barista dengan bahasa isyarat seperti di Kopi Sunyi. Malah traveler juga bisa belajar bahasa isyarat untuk berinteraksi dengan teman-teman difabel.
Pada akhirnya, keterbatasan itu hanyalah ilusi yang menanti untuk dirobohkan. Teman-teman difabel di ketiga kedai kopi di atas pun telah membuktikannya.
Halaman 3 dari 4
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum