Masjid tersebut bernama Al Ukhuwah. Letaknya di pusat kota kembang di Jalan Wastukencana, secara spesifik berlokasi persis di seberang Balai Kota Bandung.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada tahun 1895 diadakan rapat di Kweekschool yang intinya mereka membutuhkan gedung sendiri. Nah di tahun 1897, mereka mendapatkan lahan di sebelah utaranya Balai Kota. Selama menunggu proses pembangunan, mereka masih di Kweekschool itu," ucap Ariono Wahyu, anggota komunitas Aleut yang bergerak di bidang penelusuran sejarah Bandung, saat ditemui detikcom di markasnya, Jalan Pasirjaya, Kota Bandung, Rabu (18/9/2019).
Pada bulan Januari 1901 mulailah proses pembangunan Loji St. Jan. Proses pembangunan yang proyeknya dipimpin Van Haastert ini tak memakan waktu lama karena sudah rampung pada 20 Juli 1901. Ada 7 orang pengurus awal Loji St. Jan saat itu. Mereka adalah F.J.H. Soesman Ged, Jhr. L.W van Suchtelen Voorz, G. Vergusson Secr, S.J. Fischer Thes, W.F Modderman, C.S Gomm, dan J.F.A.M Koning.
Gedung itu pun sempat direnovasi agar lebih besar. Hal itu tidak lepas dari bertambahnya keanggotaan Freemason Bandung. Pada eranya, perkumpulan ini bisa berbaur dengan masyarakat setempat.
Kegiatannya lebih cenderung kepada aktivitas sosial dan pendidikan. Bahkan, Loji St. Jan memiliki ruang perpustakaan dengan koleksi buku terlengkap di Bandung. Konon, dari perpustakaan inilah Presiden RI pertama Soekarno mendapatkan buku-buku yang dijadikan referensi dalam pembuatan pleidoi 'Indonesia Menggugat' selama ditahan di Banceuy.
"Perkumpulan ini lebih banyak terlibat di kegiatan yang sifatnya sosial seperti bidang pendidikan. Mereka juga membuat taman kanak-kanak Frobelschool yang gedungnya dekat Loji, kalau sekarang ada di seberang Museum Bandung di Balai Kota," ucap Ariono.
(Halaman selanjutnya: Kenapa Sempat Disebut 'Gedung Setan'?)
Asal Mula Sebutan 'Gedung Setan'
Loji Saint Jan. (Foto: Dony Indra Ramdhan/detikcom)
|
Ariono mengaku tak sepakat dengan kata 'Gedung Setan'. Dia menilai kemungkinan Loji itu disebut 'Gedung Setan' pada dahulu kala lebih disebabkan pelafalan "Saint Jan" yang mirip dengan pengucapan "setan".
![]() |
"Pendapat kami bukan gedung setan, itu bisa disebut markas perkumpulan. Mungkin karena sifatnya rahasia dan lebih sedikit orang lokalnya yang bisa masuk. Sama ada juga rumor ada prosesi penarikan arwah seperti yang ditulis Us Tiarsa padahal nggak tahu apa emang bisa? Itu dianggap perilaku musyrik, pemuja setan gitu, ya dianggapnya gedung setan, padahal itu Loji Freemason. Sama karena kita menduga-duga sebenarnya nggak tahu kegiatan apa yang dilakukan," tutur dia.
Baca juga: Menelusuri Jejak Freemason di Bandung |
Di dalam buku Okultisme di Bandoeng Doloe juga diceritakan masa-masa kehancuran Loji itu. Hal itu bermula dari kedatangan Jepang ke Indonesia. Kelompok Freemasonry tak luput dari buruan para penjajah Jepang termasuk merampas kekayaan dan Loji tersebut. Sebagian dari anggota kelompok ada yang ditahan adapula yang menghadapi kematian.
Ketika penjajahan Jepang berakhir, kondisinya tak sama lagi. Anggota Freemasonry yang ditahan harus kembali membangun dari awal. Di tahun 1962 pascakemerdekaan, Soekarno membuat Keputusan Presiden nomor 264 yang melarang adanya kegiatan Freemasonry di Indonesia.
Bahkan setahun sebelum Kepres itu disahkan, Soekarno sudah memerintahkan agar Loji St. Jan dihancurkan. Setelah itu, Loji beralih fungsi menjadi gedung Graha Pancasila. Dikisahkan, ada seorang muslim yang lantas membeli bangunan itu sehingga kini dijadikan Masjid Al Ukhuwah yang berarti 'persahabatan'.
"Setelah Loji dijadikan gedung Pancasila. Salah satu kegiatannya ya pramuka," kata Ariono.
![]() |
Ariono mengungkapkan kemungkinan besar saat ini sudah tidak ada lagi jejak Loji di masjid tersebut. Komunitas Aleut pun yang biasanya menyusuri jejak sejarah di Bandung belum berencana untuk menelusuri ke sana karena kemungkinan besar jejaknya sudah tidak ada.
"Kalau mau ke sana, bisa dibilang sudah terlambat. Di masjid sudah nggak ada jejaknya. Kalau dulu waktu masih gedung Pancasila sih kemungkinan masih ada jejaknya," ucapnya.
(Halaman selanjutnya: Melongok Masjid Al Ukhuwah saat ini)
Kondisi Masjid Terkini
Masjid Al Ukhuwah di Bandung. (Foto: Dony Indra Ramdhan/detikcom)
|
Sementara itu di bagian dalam, masjid itu tampak megah dengan ornamen lampu berukuran besar. Lantainya pun menggunakan lantai berbahan kayu licin. Uniknya, di bagian dalam tak terlihat adanya tiang penyangga.
Ketua harian DKM Masjid Al Ukhuwah M Sidiq Hasan menuturkan, masjid ini mulai dibangun pada tahun 1998. Masjid dengan luas lahan 4.000 meter persegi dengan luas bangunan masjid 1.373 meter persegi ini diarsiteki oleh seseorang bernama Ir Keulman.
"Awal dibangun itu tidak tahu arah kiblatnya ke mana," kata Sidiq kepada detikcom.
![]() |
Sidiq sendiri tak tahu persis soal cikal bakal masjid tersebut semasa masih menjadi bangunan Loji St. Jan. Sepengetahuannya, sebelum menjadi masjid bangunan ini merupakan Graha Pancasila.
"Tidak pernah tahu soal Loji, hanya tahu soal Graha Pancasila yang dulunya jadi pusat kegiatan pramuka di Jawa Barat," kata dia.
![]() |
Kini, bangunan yang dulunya disebut 'Gedung Setan' itu sudah berganti. Kegiatan keagamaan islam kerap dilakukan di masjid tersebut. Kegiatan diisi baik dari aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Bandung maupun masyarakat umum lewat pengajian-pengajian.
"Selain itu ada kajian setiap sabtu pertama, salat subuh berjamaah. Untuk pengurus, ada juga pelatihan yang dilakukan bidang-bidang terkait. Untuk kegiatan yang diadakan, semaraknya justru di bulan Ramadan, seperti bazzar, khitanan massal dan peringatan hari besar islam," tuturnya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!