Ekspresi warga itu dituangkan dalam sebuah ritual bertajuk 'Ngalokat Cai Nyalamatkeun Solokan' yang digelar di sebuah mata air yang terletak di Dusun Kancah, Kampung Panyairan, Desa Cihideung, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat pada Minggu (6/9/2019).
Pukul 08.00 WIB, ratusan warga menggelar upacara irung-irung atau membersihkan mata air. Di sela kegiatan itu, seekor domba jantan disembelih untuk dimasak dan disantap warga di bale desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mata air tersebut disebut demikian, karena keluar dari dua lubang yang menyerupai hidung. Filosofi lainnya, dua lubang itu melambangkan lelaki dan perempuan pertanda kesuburan.
Suka cita berubah menjadi agak mistis ketika helaran sasapian digelar. Beberapa pemuda tampak memainkan kuda lumping dan 'barongsai' sapi dengan liar, mereka seperti kerasukan.
![]() |
BACA JUGA: Kisah Gedung Setan di Bandung, Sekarang Jadi Masjid Cantik
Satu persatu pemuda itu bergoyang mengikuti alunan tarawangsa. Mata mereka melotot, mulut mereka menggeram lalu terbanting-banting hingga akhirnya tercebur masuk kolam.
Tampak beberapa sesepuh memberikan makanan sesajen yang berada di atas cecempet. Atraksi sasapian masih berlangsung meski mereka berada di dalam kolam.
Masyarakat adat setempat meyakini, jika sesajen itu berfungsi untuk mengundang makhluk halus untuk merasuki pelaku upacara. Namun, ada juga beberapa warga yang menonton, ikut terbawa suasana.
![]() |
Air memang vital bagi kehidupan masyarakat di Cihideung, di masa lampau warga yang mayoritas bekerja sebagai petani menyejajarkan dirinya dengan alam.
"Tradisi ini merupakan puncak kesadaran terhadap lingkungan alam, upacara ini dilakukan agar air tak dikuasai oleh pengusaha," ujar budayawan Cihideung, Mas Nanu Muda di lokasi
Air di Dusun Kancah yang dijadikan tempat ritual, hingga saat ini mengairi tiga RW. Dulu, aliran air yang dipercaya berasal dari Gunung Tangkuban Perahu ini juga mengairi hingga wilayah Gegerkalong di Kota Bandung.
"Airnya memang tidak bagus untuk dikonsumsi, karena mengandung belerang. Tapi air ini bagus untuk tanaman, saat kemarau juga airnya tidak kering," ucap Mas Nanu atau yang akrab disapa Abah Nanu itu.
Saat ini, mata air irung itu berada di tengah kawasan wisata yang tengah dibangun. "Sekarang air ada di wilayah Lembang Park and Zoo, kita berharap masyarakat tidak dihalangi untuk mendapatkan air tersebut," katanya.
![]() |
"Dengan adanya Ngalokat ini, kita jadi tahu bahwa air ini ada untuk kebutuhan pertanian masyarakat dan tidak untuk dikuasai pengusaha," lanjut Mas Nanu.
Ritual ini dipungkas dengan panggung seni dan lomba tumpeng yang diikuti 70 perwakilan warga desa. "Tuhan melalui alam yang memberi warga kehidupan, kami ingin mengajak warga bersyukur dan menguatkan tali silaturahmi," ujarnya.
BACA JUGA: Mitos Harta Karun Benteng Eksekusi Belanda di Bandung Barat
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!