Kisah Manusia Rantai di Sawahlunto

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Manusia Rantai di Sawahlunto

Afif Farhan - detikTravel
Jumat, 08 Nov 2019 15:30 WIB
Monumen Manusia Rantai di Sawahlunto (Faela Shafa/detikcom)
Sawahlunto - Sawahlunto merupakan salah satu destinasi di Sumatera Barat. Ada bekas tambang, panorama hijau yang indah, sampai kisah manusia rantai!

Sumatera Barat memiliki destinasi wisata yang tak pernah habis. Selain Ngarai Sianok, Lembah Harau, atau Cubadak, cobalah melipir ke Sawahlunto.

Sawahlunto berada di bagian utara Kota Padang. Jaraknya 82 km, bisa ditempuh naik mobil sekitar 2 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Bangga! Sawahlunto Ditetapkan Jadi Situs Warisan Dunia UNESCO

Sawahlunto punya keunikan sendiri dibanding wilayah lain di Sumatera Barat. Inilah kota tambang pertama di Indonesia!

Kisah Manusia Rantai di SawahluntoSawahlunto yang indah (gedeleo/d'traveler)


sejarahnya tak lepas dari kedatangan penjajah Belanda ke Indonesia di bawah Cornelis de Houtman tahun 1596. Kala itu, Belanda yang datang dengan maksud mencari rempah-rempah menyadari akan kekayaan lain Indonesia yang begitu luar biasa. Ya, kekayaan itu adalah batu-bara dan hasil bumi lainnya.

Tahun 1858 di bawah peneliti geologi Belanda Ir C De Groot van Embden, keberadaan batu-bara di aliran Batang Ombilin (Kini Sawahlunto - red) mulai terendus.

Tahun 1862, De Groot yang kala itu menjabat sebagai kepala pertambangan mengajak serta ahli geologi Willem Hendrik De Greve (akrab di sapa De Greve) untuk meneliti kandungan mineral dari Buitenzorg (Bogor) hingga Bangka dan Ombilin.

Sisa-sisa tambang di SwahluntoSisa-sisa tambang di Swahlunto (Antara Foto/Iggoy el Fitra)


Barulah pada 26 Mei 1867 di bawah Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Pieter Mijer, menunjuk langsung De Greve untuk melakukan penelitian batu-bara lebih jauh di Ombilin.

Dari tangannya, De Greve menuliskan sebuah buku bersama WA Henny di tahun 1871 tentang hasil penelitiannya. Sejak saat itu De Greve juga membuka cerita lahirnya Ombilin sebagai Kota Tambang pertama di Indonesia.

Namun, ada sejarah kelam dalam perkembangan tambang di Sawahlunto. Sejarah itu bernama Manusia Rantai.

Gambaran manusia rantaiGambaran manusia rantai (Faela Shafa/detikcom)


Siapa itu Manusia Rantai?

Manusia Rantai adalah sebutan untuk rakyat pribumi yang menjadi budak-budak Belanda dan dipekerjakan sebagai penambang. Tugas mereka, mengangkat barang-barang tambang dari dalam lubang di kedalaman belasan meter.

Kaki mereka pun dirantai, sehingga tidak bisa kabur. Oleh sebab itulah, disebut Manusia Rantai.

Manusia Rantai bekerja siang malam tanpa henti. Jika melawan, pecutan dan ragam siksaan lain akan didapat. Karena terlalu keras, tak sedikit dari manusia rantai yang akhirnya jatuh sakit.

Inilah rantai yang mengikat para kaki pribumi yang dijadikan budakInilah rantai yang mengikat para kaki pribumi yang dijadikan budak (Afif Farhan/detikcom)


Alih-alih dilarikan ke rumah sakit atau posko kesehatan terdekat, mereka malah ditaruh begitu saja di dalam lubang tambang!

Lubang tambang tersebut kini disebut sebagai Lubang Mbah Soero. Dibuka sejak tahun 2008, inilah lokasi pertambangan di Sawahlunto sejak zaman penjajahan Belanda.

Kabarnya saat lubang ini dipoles sebagai destinasi wisata, masih ditemukan sisa-sisa tulang-belulang yang diyakini bagian jenazah dari Manusia Rantai.

Kisah Manusia Rantai di Sawahlunto Lubang Mbah Soero (Faela Shafa/detikcom)


Kisah Manusia Rantai dan beberapa foto-foto dokumentasinya, bisa dilihat di Museum Goedang Ransoem, Sawahlunto. Sebuah sejarah yang kelam.




(aff/aff)

Hide Ads