Tradisi Mandikan Benda Pusaka, Filosofinya Bersihkan Diri

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Mandikan Benda Pusaka, Filosofinya Bersihkan Diri

Dadang Hermansyah - detikTravel
Rabu, 13 Nov 2019 18:05 WIB
Foto: (Dadang Hermansyah /detikcom)
Jakarta - Pada bulan Rabiul Awal atau Maulud di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat terdapat tradisi Jamasan Pusaka di Museum Galuh Pakuan Ciamis. Seperti apa tradisinya?

Jamasan Pusaka merupakan sebuah ritual membersihkan benda pusaka peninggalan jaman dulu dan dianggap memiliki nilai sejarah. Benda seperti keris, pedang, tombak ini tersimpan di museum yang terletak di Pendopo Selagangga Jalan KH Ahmad Dahlan Ciamis.

Tradisi yang dilaksanakan Rabu (13/11/2019) ini dihadiri keluarga keturunan Kerjaan Galuh dan Keadipatian Galuh, kabuyutan serta warga mengikuti prosesi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prosesi diawali mengeluarkan benda pusaka peninggalan kerjaan galuh dan keadipatian galuh dari museum. Benda pusaka tersebut sebelumnya telah dibawa ke situs makam Jambansari (RAA Koeseomadiningrat) yang merupakan Bupati Galuh.

Tradisi Mandikan Benda Pusaka, Filosofinya Bersihkan DiriFoto: (Dadang Hermansyah /detikcom)


Kemudian para petugas Jamasan melakukan tugasnya membersihkan benda pusaka tersebut. Air yang digunakan untuk membersihkan menggunakan 7 mata air, antara lain Jambansari, Karangkamulyan, Imbanagara, Cimaragas, Nagaratengah, Cineam dan Tasikmalaya. Juga ditaburi tujuh jenis bunga.

Benda pusaka tersebut dimasukan ke dalam air dalam wadah kayu. Lalu digosok menggunakan jeruk nipis, kemudian dikeringkan menggunakan lap kering lalu diberi minyak wangi dan dimasukan kembali ke serangkanya.

Tradisi ini tujuannya untuk menjaga kondisi benda pusaka yang sudah berumur ratusan tahun itu, agar tidak rusak dimakan usia.

Tradisi Mandikan Benda Pusaka, Filosofinya Bersihkan DiriFoto: (Dadang Hermansyah /detikcom)


"Jamasan ini tujuannya untuk merumat (merawat), menjaga benda pusaka bersejarah ini supaya tidak rusak dan hilang dimakan zaman," ujar Ketua Yayasan RAA Koesoemadiningrat R Hanif Radinal.

Inti tradisi ini untuk melestarikan peninggalan zaman dulu. Benda pusaka ini dianggap menyimpan sejarah dan kebanggaan warga tatar galuh. "Jadi anak cucu kita nanti masih bisa mengetahui sejarah kerajaan galuh," ucap Hanif.




Hanif menuturkan, kegiatan ini bukan hanya tradisi seremonial. Namun memiliki filosifi membersihkan diri yakni dengan berdoa dan mendekatkan diri dengan sang pencipta, sekaligus memperingati Maulid Nabi.

"Benda pusaka ini berasal dari para keturunan yang sengaja disimpan di sini, kegiatan ini juga sekaligus untuk mempererat tali silaturahmi antar keturunan Kerjaan galuh dan masyarakat, semua hadir disini," ujarnya.




(bnl/bnl)

Hide Ads