Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di Bantul

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di Bantul

Pradito Rida Pertana - detikTravel
Sabtu, 07 Des 2019 21:26 WIB
Foto: Kampung Anggur di Bantul (Pradito Rida Pertana/detikcom)
Bantul - Inilah kisah perjuangan seorang mantan guru mendirikan Kampung Anggur di Bantul. Meski sempat dicibir, faktanya kini banyak masyarakat yang menikmati hasilnya.

Berawal dari menanam buah anggur sebagai peneduh halaman rumah, Rio Aditya (34) membuat sebagian besar warga Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul tergerak menanam buah anggur juga.

Bahkan, saat ini Dusun tersebut terkenal dengan sebutan kampung anggur Plumbungan, Bantul. Warga Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul itu menjelaskan, bahwa ia mulai menanam anggur pada tahun 2010.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tepatnya saat ia berpindah rumah ke Dusun Plumbungan. Hal itu ia lakukan karena ingin menciptakan kesan teduh di halaman rumahnya.

Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Saat itu ia menanam varietas anggur lokal bernama Isabela. Namun, warga sekitar menilai apa yang dilakukan Rio tidak akan berhasil dan hanya membuang-buang waktu saja.

"Begitu menanam itu saya malah diketawain orang-orang," katanya saat ditemui detikcom di kediamannya, Jumat (6/12/2019) sore.

Cibiran tersebut tidak membuat Rio patah semangat untuk menanam anggur di halaman rumahnya. Bahkan, ia mulai mempelajari bagaimana cara menanam anggur agar berbuah dengan sempurna.

"Setelah diketawain itu saya berusaha dan ingin membuktikan saja kalau anggur yang saya tanam ini bisa berbuah. Setelah 4 tahun belajar mengenai menanam anggur itu saya tahu kuncinya dan akhirnya bisa berbuah dengan sempurna," ucapnya.

Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Tidak berhenti di situ saja, Rio pun mengembangkan varietas tanaman anggurnya dengan mencoba menanam anggur Ninel yang berasal dari Negara Ukraina pada tahun 2014. Menurutnya, ia memilih varietas itu karena anggur Ninel tidak mengenal musim dan rasanya lebih manis dibanding anggur lokal.

"Selain itu perawatan anggur Ninel ini tidak serumit anggur lokal, karena anggur Ninel ini anggur hibrida. Nhah, setelah berbuah itu warga mulai tertarik menanam anggur di rumahnya, khususnya yang ngetawain saya dulu itu," ucapnya.


Merespon hal tersebut, Rio lantas mengajari warga Dusun Plumbungan terkait cara menanam, merawat hingga memanen anggur. Seiring berjalannya waktu, warga mulai menanam anggur di depan rumahnya masing-masing.

"Warga sini mulai menanam anggur itu tahun 2017, dan saat ini sekitar 80 persen warga memiliki tanaman anggur di depan rumahnya," kata Rio.

Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom


Benar saja, ketika detikcom menyusuri Dusun tersebut, hampir setiap rumah memiliki tanaman anggur di depan rumahnya. Tampak pula beberapa anggur mulai berwarna hijau dan keunguan.

Rio menyebut, ia sangat senang dengan ketertarikan warga untuk menanam anggur di pekarangan rumahnya masing-masing. Mengingat dengan keberadaan anggur tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Karena kan bisa dikonsumsi sendiri, terus juga dijual untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Apalagi sekarang banyak orang-orang yang ke sini untuk membeli anggur, jadi tidak usah susah-susah mencari pembeli," katanya.

Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom


Rio mengaku, saat akhir pekan banyak rombongan yang terdiri dari 30 hingga 100 orang mengunjungi kampung anggur. Rombongan itu datang untuk menikmati kampung anggur sembari membeli anggur dengan cara memetik langsung.

Kendati demikian, Rio enggan menyebut kampung anggur Plumbungan sebagai tempat wisata. Hal itu karena lokasi kampung anggur belum tertata layaknya tempat wisata kebanyakan.

"Kalau tempat wisata belum bisa ya, ini beda, karena kan masih di perkampungan dan kadang-kadang warga juga ada yang tidak nyaman kalau kedatangan banyak orang di rumahnya," imbuhnya.

"Dan dalam seminggu juga tidak menentu orang yang datang, tapi kalau hari Sabtu dan Minggu itu kadang ada 1-2 rombongan yang datang untuk lihat-lihat sambil beli anggur dengan memetik langsung," imbuhnya.

Kisah Perjuangan Mantan Guru Dirikan Kampung Anggur di BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom


Rio menyebut, untuk harga anggur sendiri ia mematok Rp 100 ribu per kilogram. Sedangkan untuk harga bibit anggur sambungan, ia patok dengan harga Rp 125 ribu.

Dia mengaku hasil dari penjualan anggur miliknya cukup menggiurkan. Karena itu ia saat ini fokus menekuni pembudidayaan anggur, bahkan ia keluar dari profesinya sebagai seorang Guru di Sekolah swasta.

"Sehari-hari dulu saya seorang guru, terus nanam anggur buat sampingan, nhah tahun 2016 itu saya sempat resign tapi tahun 2017 kerja lagi di Sekolah swasta, dan baru 3 minggu ini saya resign lagi. Karena saya menilai tidak bisa melakukannya berbarengan dan butuh salah satu yang dikorbankan," ucapnya.


(wsw/wsw)

Hide Ads