Serang - Setahun berlalu ketika
tsunami melanda
Banten pada 22 Desember 2018. Bayang-bayang tsunami masih terasa sampai sekarang, khususnya di sektor pariwisata
Pantai Anyer yang nasibnya kembang kempis.
Bencana ini akibat aktivitas
Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda. Kawasan pesisir Anyer di Serang, Carita sampai ke Tanjung Lesung di Pandeglang jadi kawasan yang terdampak bencana.
Hal di atas diceritakan Yayan Juhendar, Food and Beverage Manager Hotel Marbella Anyer kepada detikcom belum lama ini. Pesanan di hotelnya rontok di akhir tahun lalu karena tsunami. Perlu beberapa bulan bagi hotel mendapatkan pengunjung datang kembali ke
Anyer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia ingat, pesanan ke hotel tadinya penuh hanya menyisakan 10 kamar. Itu pun diisi untuk doa bersama akibat tsunami di Selat Sunda bersama karyawan.
Geliat wisatawan baru terasa pada Juni dan setelah Lebaran 2019. Namun, pukulan untuk wisata ke Anyer kembali datang begitu ada gempa 7,4 Magnitudo di daerah Sumur atau selatan pesisir Banten pada 2 Agustus.
Yayan Juhendar, Food and Beverage Manager Hotel Marbella Anyer (Foto: Bahtiar Rivai/detikcom) |
"Lebaran, (wisatawan) mulai merangkak, ada gempa lagi, drop lagi. Ada pesanan grup besar di atas 500 orang langsung cancel," kata Yayan saat berbincang di Serang, Sabtu (20/12/2019).
Wisatawan baru kembali datang ke Anyer sebulan setelahnya pada September. Itu pun hanya terjadi di akhir pekan. Di hari-hari biasa, hotelnya mengandalkan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Halaman selanjutnya, perhotelan beri diskon:
Tugu selamat datang di wisata Anyer, Kabupaten Serang (Foto: Bahtiar Rivai/detikcom) |
Baru sejak November dan Desember bulan ini tingkat hunian hotel katanya sampai 70 persen khususnya di akhir pekan. Ada potongan harga untuk wisatawan agar mendongkrak pariwisata di Anyer.
"(Sekarang) weekend sudah sampai 70 persen, tapi harga khusus," katanya.
Di tempat lain, Stephanie Ginta Syahputri, Seles Marketing Manager Aston Anyer menuturkan, okupansi hotelnya hanya 30 persen pada bulan Februari. Pengunjung mulai normal pada April dan Mei 2019.
Tapi, begitu terjadi gempa di pesisir Sumur, pengunjung kembali ketakutan untuk berwisata ke Anyer atau Cinangka.
"Semua sudah bagus, tapi ada gempa lagi. Ini ada 2 trauma," tutur Stephanie.
Stephanie Ginta Syahputri, Seles Marketing Manager Aston Anyer (Foto: Bahtiar Rivai/detikcom) |
Tingkat keterisian pengunjung ke Aston kembali normal pada bulan November. Di hari-hari biasa, kunjungan bisa sampai 40-50 persen dan 100 persen pada akhir pekan meski dari hitungan pendapatan belum normal dibanding sebelum ada bencana.
"Secara revenue belum, secara okupansi normal. Hari-hari biasa ada grup, skalanya masih kecil dulu 100-200 orang sekarang 20-30 orang," paparnya.
Salah satu wisatawan yang diwawancarai, Eza menyampaikan bahwa ia memilih wisata ke Anyer meski masih merasa was-was. Kenangan tsunami memang masih terasa khususnya bagi wisatawan seperti dirinya.
"Karena pengen liburan aja, walaupun was-was ada, pengunjung pantai juga masih sepi di hari-hari biasa," ujarnya yang mengaku warga Lebak.
Simak Video "Video: Warga Serang Disebut Hilang 3 Hari Lalu Ditemukan di Pohon Beringin, Ini Faktanya"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol