Curug yang berlokasi Kampung Tabrig Desa Gekbrong Kecamatan Gekbrong dinamai Cigoong lantaran warga sering terdennya suara goong (salah satu alat musik) pada malam-malam tertentu.
Jarak lokasi curug goong dari jalan raya Sukabumi tepatnya dari kantor Desa Gekbrong hanya 3 kilometer dan memakan waktu 15 menit. Kondisi jalan dari jalur utama hingga Kampung Tabrig sudah berupa jalan beton dan aspal, namun ada beberapa bagian jalan yang mulai rusak dan berbatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama perjalanan, pemandangan kebun dan amparan rumput serta Gunung Gede Pangrango tampak begitu dekat. Bagaimana tidak, curug itu tepat berada di kaki gunung Gede.
Curug Cigoong sebenarnya tak begitu jauh dari kampung Tabrig, hanya sekitar 500 meter. Namun jalan setapak curug itu membuat waktu cukup lama, yakni 30 menit.
Setelah melewati jalan setapak, tebing curam dengan kemiringan lebih 45 derajat yang menjadi akses satu utama menuju curug menyambut untuk dilewati. Tumbuhan rambat menjadi pegangan mereka yang bernyali agar bisa turun nikmati curug itu. Tak jarang, wisatawan terpeleset apalagi saat musim hujan.
![]() |
Tapi tetap harus berhati-hati mencari pegangan untuk turun, sebab terdapat juga tanaman berduri yang begitu menyakitkan saat menusuk kulit.
"Memang tidak ada jalan lain, hanya ini. Jalan ini juga dibuat oleh anak-anak yang memang nekad datang ke curug hingga akhirnya jadi jalur ke curug. Ada satu jalur lagi lewat sungainya, tapi cukup jauh," ujar Uden Suherlan (36) salah seorang warga sekaligus pemandu.
Baca juga: Sepenggal Warisan Daendels yang Terlupakan |
Setelah sekian lama berjalan dan menantang maut melalui jalur terjal, pemandangan indah dari Curug Cigoong itu membuat rasa lelah hilang seketika. Kondisi alam yang masih perawan, membuat lingkungan di sekitarnya begitu alami.
Dinginnya angin disertai embun yang ditimbulkan dari jatuhan air terjun langsung menyentuh begitu datang. Airnya pun begitu sejuk.
![]() |
Terdapat satu air terjun utama setinggi 50 meter dan ada juga air terjun kecil di sampingnya. Wisatawan bisa berjalan ke tengah kolam di bawah air terjun, sebab kedalamannya hanya sekitar 1,5 meter.
"Di sini masih asli alamnya, belum banyak dirusak oleh wisatawan jahil. makanya masih indah dan segar. Baru banyak didatangi wisatawan juga dua ke belakang, meski sejak 1977 warga juga sering datang ke sini," kata dia.
Pesona alam yang indah membuat pengunjung kini bisa mencapai puluhan orang pertama hari. Pada akhir pekan jumlah wisatawan yang datang, bisa mencapai 300-500 orang. "Yang datang masih didominasi warga Cianjur dan Sukabumi, karena kan dekat perbatasan Sukabumi. Tapi ada juga yang dari luar kota," jelasnya.
![]() |
Wisatawan pun tak perlu merogoh kocek dalam-dalam sebab tak ada biaya retribusi untuk datang ke curug yang berada di kawasan Taman nasional Gunung Gede Pangrango ini.
"Belum berani ambil retribusi atau dikelola, sebab ada di kawasan Taman nasional. jadi warga hanya ambil untuk dari yang ngasih parkir atau yang jajan. Tapi ke depan kami berharap bisa dikelola dan kami tata bisa lebih aman dan nyaman, terutama untuk jalur ke air terjunnya, rencananya akan dialihkan ke jalur yang aman. Kalau yang sekarang kan masih terjal dan membahayakan jika tidak hati-hati," kata dia.
Angga Riyadi (24) salah seorang wisatawan dari Bogor mengaku takjub dengan keindahan alam Curug Goong. Meski tersembunyi di balik padatnya industri, curug terebut tetap alami dan udaranya begitu segar.
"Saya tahu dari teman kalau di gekbrong ada curug, makanya datang ke sini. memang indah, alamnya masih terjaga. tapi sayang untuk sampai ke sini sangat susah, jalannya ekstrem. Saya berharap ke depan bisa dikelola dan ditata, sebab potensinya bagus. Apalagi lokasinya dekat dengan perkotaan," kata dia.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum