Tak Ada Patung Anjing, tapi Warga Tetap Menyebutnya Candi Asu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tak Ada Patung Anjing, tapi Warga Tetap Menyebutnya Candi Asu

Eko Susanto - detikTravel
Minggu, 05 Jan 2020 19:01 WIB
Foto: Candi Asu di Magelang (Eko Susanto/detikcom)
Magelang - Ada candi yang unik di Magelang, Jawa Tengah. Meski tidak ada patung anjing di dalamnya, tetapi warga tetap memberi nama candi ini sebagai Candi Asu -- Candi Anjing.

Destinasi wisata di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bukan hanya Candi Borobudur saja. Masih ada bangunan candi lainnya yang perlu dikunjungi.

Salah satu bangunan candi yang perlu di kunjungi wisatawan yakni Candi Asu. Candi Asu berada di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Untuk sampai di lokasi tersebut sangat mudah sekali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pengunjung yang datang dari arah Kota Magelang menuju arah perempatan Blabak, Mungkid, demikian halnya pengunjung dari arah Jogjakarta. Setelah sampai Perempatan Blabak menuju arah Sawangan atau Objek Wisata Ketep Pass.

Nantinya setelah sampai di kawasan Tlatar Sawangan, belok kiri menyusuri jalan menuju Desa Sengi. Setelah melewati jembatan gantung, akan menemukan bangunan Candi Asu persisnya di kiri jalan. Bangunan candi ini dari jalan tersebut terlihat karena dipagari keliling. Untuk masuk di lokasi ini gratis.

Tidak Ada Patung Anjing, Tapi Warga Tetap Menyebutnya Candi Asu Foto: Eko Susanto/detikcom

Pengunjung yang datang di lokasi ini pasti bertanya-tanya, kenapa namanya Candi Asu? Dalam Bahasa Indonesia, asu yakni anjing. Walau namanya Candi Asu, di kompleks candi ini pengunjung tidak akan menemukan relief maupun pahatan berupa anjing. Tapi warga masyarakat setempat dari dulu memberi nama Candi Asu.

Adapun Candi Asu ini ukurannya 8,70 m x 8,70 m dan luas totalnya 15 m x 17 m. Ketinggian candi 6,5 meter dan rilief baik di sisi kanan, kiri dan belakang berupa bunga teratai.

Kemudian berdasarkan datang yang ada di Candi Asu yakni tahun berdirinya Candi Asu dapat diketahui dari Prasasti Sri Manggala II, Kurambitan I dan Kurambitan II berangka tahun 880 M yaitu abad ke IX. Pada masa itu kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

Tidak Ada Patung Anjing, Tapi Warga Tetap Menyebutnya Candi Asu Foto: Eko Susanto/detikcom

Selain itu, Candi Asu merupakan candi yang digunakan untuk peribadatan agama Hindu dibuktikan dengan keberadaan arca Nandi atau lembu. Nandi merupakan yang biasa dinaiki Dewa Siwa.

"Candi ini dari namanya unik. Cerita yang kami dengar dulunya banyak anjing di sini. Kami sering lewat sini, kadang pintu tutup, tadi pas lewat pintu buka terus ke sini," kata Riswanto (20), yang datang bersama kembarannya warga Krogowanan, Sawangan, Kabupaten Magelang, Sabtu (4/1/2020).

"Tahu pintu dibuka, terus ke sini, foto-foto untuk story whatsapp dan facebook. Dari dulu, bangunan candi ini tetap terjaga. Lokasinya bersih, mudah dijangkau, suasana asri, nggak panas dan gratis," tuturnya.

Sementara itu, Juru Pelihara Candi Sengi, Jumat (51), mengatakan, di sekitar sini terdapat Candi Pendem, Candi Asu dan Candi Lumbung yang merupakan satu kompleks. Untuk Candi Pendem dengan Candi Asu berjarak sekitar 300 meter, sedangkan Candi Lumbung berada di sebelum jembatan gantung yang masuk wilayah Kecamatan Sawangan.

Tidak Ada Patung Anjing, Tapi Warga Tetap Menyebutnya Candi Asu Foto: Eko Susanto/detikcom

Untuk Candi Asu ini ada dua versi, dulunya di dinding sebelah utara ada arca nandi atau sapi yang aus, kecil, kemudian warga mengiranya asu. Kemudian disebut Candi Asu. Sedangkan versi lain menyebutkan merupakan tempat untuk aswa (tempat untuk istirahat atau ngaso).

"Arca nandi atau sapi karena aus, kecil dikatakan asu. Tapi ada menyebut tempat untuk ngaso. Jadi zaman dulu, musim panen sesaji pertama di Candi Lumbung, Candi Pendem dan terakhir Candi Asu untuk ngaso," kata Jumat.

Dulunya Arca Nandi yang kecil dan aus, kemudian oleh warga masyarakat setempat dikiranya anjing atau asu. Untuk arca Nandi tersebut sekarang tidak ada. Adapun dulunya Arca Nandi berada bagian dinding utara.

"Candi Asu ini mulai dikelola penuh sejak tahun 1976," katanya yang sudah 28 tahun menjadi juru pelihara di kawasan Candi Sengi tersebut.

Tidak Ada Patung Anjing, Tapi Warga Tetap Menyebutnya Candi Asu Foto: Eko Susanto/detikcom


Dalam keseharian membersihkan dan menjaga Candi Lumbung, Candi Pendem dan Candi Asu, katanya, ada tiga orang juru pelihara. Kemudian, untuk hari Sabtu dan Minggu bergiliran masuknya merawat ketiganya.

"Kalau saya sebenarnya tugas utama di Candi Pendem, tapi karena saya yang dituakan di sini. Untuk Sabtu dan Minggu bergiliran, terlebih sekarang memasuki musim penghujan intensitas lebih membersihkan lumut," tuturnya seraya menyebut alat membersihkan berupa sapu lidi dan sikat nilon.


Adapun untuk wisatawan, kata dia, dari wisatawan nusantara, warga masyarakat sekitar hingga turis mancanegara. Untuk turis mancanegara biasa datang bersama guide maupun datang sendiri.

"Wisatawan nggak terlalu ramai. Kalau musim libur ramai, sebulan paling banyak sampai 200 pengunjung," pungkasnya.


(wsw/wsw)

Hide Ads