Masjid yang Jadi Saksi Pemecahan Dua Kesultanan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Masjid yang Jadi Saksi Pemecahan Dua Kesultanan

Sudirman Wamad - detikTravel
Sabtu, 11 Jan 2020 08:45 WIB
Foto: (Sudirman Wamad/detikTravel)
Cirebon - Sebuah masjid di Cirebon juga menyimpan daya tarik luar biasa dalam hal sejarah. Masjid kuno ini dibangun sejak abad ke-12 dan jadi saksi pecahnya kesultanan Cirebon.

Masjid Kuno Gamel yang berada di Desa Gamel, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, salah satu masjid tertua. Masjid keramat itu dibangun pada abad 12 awal.

Tampak luar bangunan masjid didominasi warna hijau dan putih. Terdapat tiga pintu berukiran batik mega mendung di bangunan utama masjid. Luas bangunan utamanya sekitar sembilan kali sembilan meter persegi. Di dalamnya terdapat empat tiang besar di tengah. Kemudian sejumlah tiang mengelilingi bangunan utama masjid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, di salah satu kayu penghubung antar tiang terdapat tulisan rikasara, tulisan asli Cirebon. Selain itu ada juga tulisan arab. Masyarakat sekitar meyakini masjid Gamel dibangun pada 1111 masehi.

"Kalau masyarakat meyakini 1111 masehi. Tapi, kalau dalam catat yang saya baca bahwa masjid ini dibangun pada 1110 masehi, zamannya Sulaiman Baghdadi atau Syekh Zainal Kabir atau abad 12 awal," kata Arida selaku budayawan Gamel Cirebon saat berbincang dengan detik di Masjid Kuno Gamel atau Masjid Nurul Karomah.



Masjid Kuno Cirebon dari Abad ke-12Foto: (Sudirman Wamad/detikTravel)

Syekh Zainal Kabir memiliki banyak nama di antaranya Syekh Semuningaran, Syekh Sanghyang Semar, Syekh Nurjati pertama dan lainnya. Arida menceritakan Sykeh Zainal Kabir tinggal tak jauh dari lokasi masjid. Tempat tinggalnya di Awringhin Rungkad yang kini menjadi situs bersejarah bernama Ki Buyut Asup, lokasinya berada di Desa Sarabau, tetangga Desa Gamel. Lokasinya sekitar 200 meter dari masjid.

Kemudian, Arida menjelaskan Sykeh Zainal Kabir mendapat dukungan dari kerajaan Sunda saat itu untuk membangun masjid. Syekh Zainal Kabir juga mendapat kayu jati purba yang ukurannya besar untuk dijadikan sebagai bangunan masjid.

"Bangunan masjid itu awalnya cuma dua kali empat meter persegi, sekitar segitu. Kemudian zamannya Ki Buyut Asup, atau Syekh Asyufi dipugar leih besar ada 16 saka atau tiang," kata Arida budayawan yang juga menjabat sebagai BPD Desa Gamel itu.


Arida mengatakan awalnya Masjid Kuno Gamel bernama Masjid Sirbudhirahsa. Sekitar tahun 1980an, nama Sirbudhirahsa menjadi perdebatan. "Ada ulama-ulama yang menilai bahwa namanya tidak berbau-bau Arab, sehingga digantilah Nurul Karomah," katanya.

Pada era tersebut, Masjid Kuno Gamel tak hanya berganti nama. Arida menyebut ada alah satu Al Quran yang terpaksa dikubur. Alasannya tidak jauh berbeda dengan pergantian nama masjid. "Ya ada Al Quran tulis tangan. Dianggapnya bukan mushaf Usmani. Jadi dikubur."

Arida mengatakan Masjid Kuno Gamel sudah beberapa kali dipugar. Salah satu pemugaran masjid yang paling fenomenal adalah saat zaman Prabawa III, pemecahan Kesultanan Kanoman dengan Kasepuhan serta dinonaktifkannya peran sultan oleh pihak Belanda.

Sat itu Belanda mendesak sultan menyerahkan kekuasaannya. Namun, lanjut Arida, Sultan Kanoman tak langsung tunduk dengan perintah Belanda. Sultan Kanoman saat itu langsung meminta pihak Gamel untuk tetap berada di bawah kekuasaan kesultanan. Pigak Gamel pun menyetujui. Alhasil, Sultan Kanoman masih menjabat dan berkuasa. Sebagai hadiah, sultan langsung mengumpulkan masyarakat dan membesarkan atas Masjid Kuno Gamel.

"Saat itu Sultan Kanoman masih menjabat. Tulisan yang di kayu masjid itu namanya huruf rikasara, yang dimusnahkan dan diganti huruf caraka. Ada juga huruf Arabnya," kata Arida.

Masjid yang Jadi Saksi Pemecahan Dua KesultananFoto: (Sudirman Wamad/detikTravel)

Lebih lanjut, Arida mengatakan tulisan rikasara yang ada di Masjid Kuno Gamel itu menceritakan tentang perbaikan atas masjid yang dilakukan sultan. Arid menyebutkan tulisan rikasara yang ada di kayu masjid itu yakni Mar Adhi Ngawas, Angmung Ngewalen, yang artinya turun langsung raja untuk mengawasi, hanya mengawasi.

"Terus ada catatan tahunnya 5261 atau 1625 saka," kata Arida.

Selain tulisan tersebut, ada juga tulian rikasara lainnya yang berjumlah tiga baris. Arida menyebutkan tiga baris rikasara itu yakni Bengiye Hadhi Menepis Nata Lawan, Rugaba Bahana Sinagasa Kuwasan Hulihi.

"Maknya itu pada malam harinya sultan memberikan penjelaan detil cara membuat atap masjid. Sebagai ucapan terima kasih akan rasa sykur atas dikembalikannya singgasanan dan kekuasaan," papar Arida.

Masjid Kuno Gamel nampak seperti pada umumnya. Siapa sangka, masjid yang dekat dengan pasar batik tradisional Cirebon itu menjadi saksi sejarah tentang pecahnya dua kesultanan di Cirebon.





(bnl/bnl)

Hide Ads