Pengalaman Ekstrem Mendaki Gunung Tertinggi di Sulawesi Tenggara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pengalaman Ekstrem Mendaki Gunung Tertinggi di Sulawesi Tenggara

Marnii Amiru - detikTravel
Jumat, 26 Jun 2020 15:56 WIB
Pendakian Gunung Mekongga
Foto: Mendaki Gunung Tertinggi di Sultra (Marni Amiru/d'Traveler)
Kendari -

Awal tahun ini ada cerita perjalanan yang sangat ekstrem, seru dan mengagumkan. Inilah pengalaman mendaki Gunung Mekongga yang tertinggi di Sulawesi Tenggara.

Perjalanan awal tahun ini dimulai dari pendakian bersama Anggota Luar Biasa, Anggota penuh dan Angota Muda Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Halu Oleo (MAHACALA UHO) berjumlah 13 orang di pegunungan mekongga Kolaka Utara. Rencana Operasi Pusat (ROP) pendakian dimulai tanggal 29 Desember 2019 sampai tanggal 6 Januari 2020.

Gunung Mekongga adalah gunung tertinggi di Sulawesi Tenggara dengan ketinggian 2620 mdpl. Gunung ini terletak diantara perbatasan kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. Puncak gunung Mekongga adalah batu-batuan karst.

Jalur pendakian Gunung Mekongga dirintis oleh para senior kami di MAHACALA UHO pada tahun 1995 dan masih bisa digunakan sampai sekarang. Namun ada jalur lain yang dinamakan jalur HBI.



Hari pertama perjalanan dimulai dari sekretariat Mahacala Uho kampus lama Kemaraya dan tiba di base camp atau titik awal pendakian jam 9 malam. Perjalanan ditempuh kurang lebih 7 jam. Base camp terletak di desa Tinukari, kecamatan Wawo Kolaka Utara.

Sekarang Base Camp itu dikenal juga dengan nama PALEM (Pelestari Alam Lingkungan Mekongga) yang merupakan Bumdes setempat. Di PALEM menyediakan jasa arum jeram dengan biaya Rp 180.000 per orang dan minimal 6 orang untuk satu kali ngarung.

Pendakian bersama tim Mahacala dimulai pada tanggal 30 Desember 2019 (hari kedua) dan melewati jalur baru pendakian dengan satu kali penyeberangan sungai yang dulunya harus empat kali penyeberangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendakian Gunung MekonggaPendakian Gunung Mekongga Foto: Marni Amiru/d'Traveler



Pendakian di Gunung Mekongga terdapat 8 pos yang masing-masing pos memiliki jarak yang lumayan jauh untuk ditempuh. Sedangkan ala Mahacala hanya terdapat 3 camp sampai puncak.

Camp pertama di pos 2 yang masih merupakan perkebunan terakhir warga di desa Tinukari dan pemilik kebun biasa disapa dengan pak Basir. Keesokan harinya perjalanan menuju puncak dilanjutkan start pukul 09:00 dan tiba dan sampai ditempat nge camp kedua pukul 17:30.

Tepatnya di tugu NKRI atau biasa disebut tugu Sulawesi yang berada di antara pos 3 dan pos 4. Semua anggota tim mulai mendirikan tenda dan sebagian ada yang ganti pakaian hangat, karena selama di perjalanan kehujanan.

Perjalanan ke tugu NKRI ini kita sudah banyak menjumpai pacet (sejenis lintah) yang bisa kapan saja menempel di anggota tubuh dan mengisap darah. Yang aneh dari hewan satu ini ketika kenyang dan membesar karena darah yang dihisap maka akan langsung meletus/mati.

Hari mulai pagi dan anggota siap-siap untuk melanjutkan perjalanan setelah sarapan dan makan pagi. Oh iya, makan berat hanya dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan malam sedangkan makan siang hanya minum the, kopi ditambah biscuit dan snack lainnya supaya tidak menghambat perjalanan hehehe.

Perjalanan hari ketiga (1 Januari 2020) dilanjutkan dan berhenti nge-camp di pos 6 atau biasa dikenal dengan danau coca cola karna air di danaunya berwarna cokelat. Tapi, kali ini danau tersebut tidak berair, hanya tidak jauh dari situ ada sumber air yang bias digunakan untuk keperluan masak, minum dan lain-lain.

Sampai di pos ini kondisi semua anggota pendakian baik-baik saja dan logistik yang kami bawa masih bisa digunakan sampai hari terakhir nanti. Cuaca di pos 6 sudah mulai dingin dan berkabut.

Perjalanan hari ketiga hujan terus dan meski menggunakan ponco/ raincoat pakaian tetap saja basah. Jalur pendakian di Gunung Mekongga ini mulai dari pos 2 sampai pos 6 sebagian tertutupi oleh pakis kawat dan berduri sehingga sangat menghambat perjalanan.

Perjalanan hari keempat (2 Januari 2020) dimulai dari pos 6 sampai di camp 3 Mahacala (antara pos 7 dan pos 8). Pos 7 terletak sebelum camp 3 Mahacala dan biasa dikenal dengan sebutan Batu Meriam.

Perjalanan menuju camp 3 kami bertemu dengan anggota pencinta alam lain yang telah turun dari puncak dan berjumlah 7 orang, dua perempuan dan 5 laki-laki. Mereka ada pendaki gabugan dari berbagai KPA.

ADVERTISEMENT
Pendakian Gunung MekonggaPendakian Gunung Mekongga Foto: Marni Amiru/d'Traveler



Hari keempat hujan terus hingga ada salah satu anggota dari tim kami yang menggigil berlebihan dan terpaksa harus gantian pakaian kering diperjalanan. Tiba di camp 3 Mahacala pukul 18:00 lewat dalam posisi basah kuyup, hujan deras dan kedinginan dan langsung mendirikan tenda di situ. Jarak puncak dengan camp 3 bisa ditempuh selama 2 jam.

Hari kelima (3 Januari 2020) Pagi 09:30 perjalanan menuju puncak dilanjutkan hanya dengan membawa air minum seperlunya dan logistik makan siang. Ternyata kurang lebih 200 meter dari camp terakhir adalah tempat pembaringan terakhir saudara Toto yang meninggal pada tahun 2017 lalu karena hipotermia dan tidak ada satupun dari kami yang tahu.

Sebelum melewati plakat tersebut kami semua wajib mengirim al-fatihah kepada almarhum. Dan kurang lebih 200 meter dari pembaringan terakhir saudara Toto adalah tempat pembaringan terakhir saudara Edi yang meninggal dengan kasus yang sama. Kedua almarhum dulunya adalah satu tim mendaki. Hal yang sama dilakukan juga buat saudara Edi.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju puncak mekongga dan tepat pukul 12:00 semua tim tiba di puncak Mekongga 2620 mdpl. Kurang lebih 15 menit foto-foto semua harus turun lagi karena cuaca sangat tidak bersahabat saat itu. Mulai berkabut tebal dan hujan mulai turun.

Kami makan siang di pos 8 tepat di kaki gunung dengan ketinggian 2500 mdpl (kurang lebih). Setelah makan siang semuanya turun dari puncak menuju camp 3 dan kembali packing semua perlengkapan.

Setelah siap, perjalanan dilanjutkan menuju pos 6 lagi an tiba pukul 18:00 lewat. Ngecamp sekali lagi di danau coca cola dan kondisi danaunya sudah berair. Malam pertama setelah turun dari puncak. Kondisi fisik dan mental masih stabil hanya ada sebagian yang mengeluh sakit dan langsung menggunakan obat-obatan sesuai keluhan.

Perjalanan hari keenam (4 Januari 2020) adalah mulai turun ke basecamp. Karena terlambat packing pagi dan nyaman dengan matahari pagi, sebagian menjemur pakaian basah dulu dan mulai meninggalkan pos 6 sekitar pukul 12 siang.

Targetnya harus sampai di pos 2 (kebun Pak Basir) hanya karna terlambar start jadinya nge camp diantara pos 3 dan dan 2 (tepatnya di bawah pos 3). Perjalanan hari keenam tidak hujan sampai di tempat nge camp. Karena kondisi sebagian teman-teman mulai sakit-sakitan di bagian kaki sangat menghambat perjalanan dan nge camp jam 9 malam.

Perjalanan hari ketujuh (5 Jauari 2020) dilanjutkan pagi hari pukul 08:00 pagi. Target perjalanan hari ketujuh harus sampai di base camp PALEM. Tiba di pos 2 jam 10 dan sempat istirahat di kebun pak Basir beberapa waktu kemudian lanjut perjalanan ke sungai penyeberangan dan makan siang di situ.

Setelah makan siang, perjalanan dimulai sekitar jam 3 lewat dan tiba di perkampungan jam 6 pas. Sebagian anggota ada yang membeli durian untuk dimakan di base camp. Alhamdulillah, tim tiba di basecamp dengan selamat dan diakhiri dengan berdoa yang dipimpin langsung oleh PO (Pimpinan Operasi). Anggota tim pendakian bersama Mahacala UHO 2020:

1. Ka Sula (ML 16197 Wanabaya Moramo)

2. Ka Arman (ML 17201 Lentera Wawonggota)

3. Ka Dian (ML 17203 Lentera Wawongota) / Komandan Kesehatan

4. Ka Yodie (ML 18207 Tirta Gempa)

5. Ka Alam (ML 18208 Tirta Gempa)

6. Ka Chaky (ML 18209 Tirta Gempa)

7. Wahyu (ML 19213 Alap Danau) / Pimpinan Operasi

8. Marni (ML 20233 Calamus Peropa)

9. Indra (ML 22245 Lembah Phyton Reticulatus) / Komandan Transportasi

10. Ruslan (MH 23251 Rawana Sulawesi)

11. Aswat (MH 23255 Rawana Sulawesi)

12. Das (MH 23256 Rawana Sulawesi) / Komandan Logistik

13. Rahmat (AMM 25010 Gemuruh Belantara)

Itulah nama-nama anggota dan nama rimba dari berbagai angkatan di Mahacala UHO. Hari kedelapan (6 Januari 2020) adalah hari terakhir. Perjalanan dimulai dari secretariat PALEM menuju Kendari tapi sebelum pulang di Kendari semua anggota sepakat berkunjung di rumah senior Mahacala di Lasusua (ibu kota Kolaka Utara) selama 1 jam perjalanan.

Dari Lasusua ba'da sholat dzuhur perjalanan dilanjutkan ke Kendari (secretariat Mahacala UHO) dan sempat singgah makan malam bersama semua anggota. Tiba jam 21:30, berdoa dan sebagian kembali dirumah/kos masing-masing.

Okay, ceritanya sampai di situ dulu yaa semoga bermanfaat dan bisa memberi informasi kepada pendaki-pendaki selanjutnya di Gunung Mekongga. Ingat, jangan lupa olahraga sebelum mendaki karena jalur pendakiannya it's very extreme guys.

---

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Marnii Amiru dan sudah tayang di d'Travelers Stories.




(wsw/wsw)

Hide Ads