Selain menawarkan destinasi wisata beragam, Desa Wisata Cibuntu pun memiliki homestay yang nyaman, bahkan pernah mendapat penghargaan se-ASEAN.
Desa Cibuntu yang berlokasi di kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan ini dinobatkan sebagai desa wisata terbaik setelah Bali pada tahun 2017. Di tahun sebelumya, pada 2016, salah satu homestaynya pun mendapatkan penghargaan.
Detik Travel yang tergabung dalam Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) berkesempatan untuk mengunjungi Desa Wisata Cibuntu dalam event Press Tour & Seminar Series Cirebon, Kuningan dan Bandung. Kami pun mengunjungi homestay yang menjadi standar ke 5 se-ASEAN tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Homestay tadi yang kita kunjungi pemiliknya Bu Narjo, Pak Narjo, dia mendapatkan predikat saat itu menjadi homestay standar ASEAN yang kelima. itu salah satunya bentuk prestasi yang didapatkan masyarakat Cibuntu dan kita tidak pernah punya target untuk lomba dan lain-lain," kata bagian pemasaran Desa Wisata Cibuntu, Syukur Mulyana.
![]() |
Menurut Mulyana, kemungkinan keikutsertaan salah satu homestay Cibuntu dalam kompetisi merupakan hasil kajian dari dinas atau kementerian terkait. Sehingga homestay milik pak Narjo terbukti berhasil mendapatkan penghargaan.
"Sebagai bentuk apresiasi penghargaan, Bapak Kepala Desa kepada warganya. Pak Kepala Desa itu yang menerima award dari penghargaan tadi kan harus berangkat ke Singapura, itu tidak kepala desa dan jajaran, tapi pemilik homestaynya yang mereka punya prestasi. Itu salah satu bentuk apresiasi kepada masyarakatnya," tambah Mulyana.
Homestay ini sudah ada sejak Cibuntu dibentuk sebagai desa wisata, yaitu pada tahun 2012. Awalnya, sangat sulit meyakinkan masyarakat untuk menjadikan rumahnya sebagai penginapan untuk wisatawan.
"Sebenarnya homestay Pak Narjo termasuk punya sejarah, dimana saat Desa Wisata Cibuntu awal-awal dibentuk, kita saat itu kesulitan bagaimana meyakinkan masyarakat untuk rumahnya dijadikan penginapan. Termasuk Pak Narjo ini yang mengawali, pemula, itu sejak 2012," kata Mulyana.
Homestay milik pak Narjo yang awalnya hanya memiliki 3 kamar, kini semakin berkembang. Ada penambahan kamar di lantai atas sebanyak 5 kamar. Salah satu kamarnya diisi oleh pemilik rumah.
![]() |
"Ditingkat, karena kriteria salah satu tadi standar ASEAN juga, setiap homestay itu minimal harus ada 5 kamar," tambahnya.
Kriteria selanjutnya, homestay harus terjaga kebersihannya, memiliki ruang parkir, dan yang harus melayani adalah tuan rumah. Sehingga terjalin interaksi antara pengunjung dan pemilik rumah
"Konsepnya bagaimana si tamu ketika menginap atau berkunjung menjadi bagian dari keluarga yang punya rumah tersebut," tutur Mulyana.
"Contohnya mungkin dari request makan mau masak sendiri ya silakan begitu. Tapi kalau mau makan pesan bisa juga," tambah Mulyana.
![]() |
Untuk harga penginapan satu malam, per orang akan dikenakan Rp 200.000, belum termasuk makan. Jumlah homestay yang ada di Desa Wisata Cibuntu pun semakin bertambah, awalnya hanya 5, kini berjumlah 80 buah.
"Sekarang kurang lebih sudah 80 homestay. Jumlah kamarnya kurang lebih 110 kamar," kata Mulyana.
Rata-rata homestay memiliki dua kamar. Homestay milik pak Narjo lah yang paling memiliki jumlah kamar paling banyak.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan