Pengelola Desa Bahasa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memasang bola besar bertuliskan 'Universal' mirip di Singapura. Warganet pun memberikan komentar beragam atas hal tersebut, ternyata inilah fakta sesungguhnya.
Desa Bahasa yang berada di dusun Parakan, desa Ngargogondo, tepatnya berada sejauh 3 kilometer dari candi Borobudur. Adapun Desa Bahasa Borobudur sebenarnya merupakan lembaga pendidikan bahasa Inggris yang didirikan mantan pengasong di candi Borobudur, Hani Sutrisno.
Seiring berkembangnya, kampus Desa Bahasa Borobudur yang semula berada di rumah pribadi Hani, kemudian membangun kampus 2. Kampus 2 ini dilengkapi dengan Taman Kelinci Borobudur, ada juga Homestay Halal. Selain itu, ada puluhan titik spot selfie.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, saat awal pandemi ini membangun kampus 3. Untuk di kampus 3 ini, di depan ada bola besar yang dilengkapi dengan peta seluruh wilayah Indonesia, dengan tulisan 'Universal'. Tulisan ini jika dilihat dari depan, kemudian di belakangnya ada tulisan 'Desa Bahasa Borobudur'. Bola besar ini terbuat dari besi.
Bola besar ini memiliki diameter 4 meter, dengan tinggi sekitar 4,5 meter. Ini merupakan salah satu lokasi spot selfie bagi pengunjung yang berwisata di Desa Bahasa Borobudur yang berada 3 km dari Candi Borobudur.
"Wisata kelinci desa Borobudur itu kurang lebih 3 km dari candi Borobudur," kata Hani saat ditemui di kampus 2 Desa Bahasa Borobudur, Kamis (10/9/2020).
Sebagai putera asli Borobudur, kata Hani, tidak ingin sebagai penonton dengan adanya bangunan megah, candi Borobudur. Untuk itu, pihaknya membangun dengan konsep natural.
"Kami sebagai warga asli kelahiran di sini, istilah di Borobudur sebagai tanah kelahiranku kami tidak ingin hanya sebagai penonton. Kami mencoba bertahun-tahun, bagaimana membangun dengan konsep natural. Yang materialnya menggunakan batu andesit, batu kali, batu bata merah, bambu dan kayu," ujar pria kelahiran 4 Agustus 1974, ini.
![]() |
Alumni IKIP PGRI Wates Kulon Progo itu menambahkan, untuk bangunan kampus 3 untuk mengaplikasikan agar memiliki open mindset atau pola pikir. Pihaknya mengetahui jika keberadaan Borobudur harus dijaga.
"Kami tahu Borobudur harus dijaga, kami setuju dengan para netizen, tapi kalau mereka melihatnya hanya satu titik itu yang bikin kadang-kadang harus dibetulkan artinya harus disampaikan juga ke kita. Mereka nggak salah, netizen juga nggak salah, mereka kebanyakan yang komentar belum pernah datang ke Wisata Kelinci Desa Bahasa. Kalau mereka belum datang ke sini, hanya satu ikon yang dikomentari wajar, apalagi mereka melihatnya di sekitar Borobudur artinya hanya diameter 1 km. Nah ini sudah 3 km lebih," tutur Hani.
Hani menuturkan, setahun sekali mengajak SDM atau mentor-mentor bahasa Inggris yang ada untuk berkunjung ke Singapura, Malaysia atau China. Hal ini agar para SDM Desa Bahasa Borobudur memiliki wawasan yang luas.
"Kampus 1 untuk area KBM, kampus 2 ini areanya harus natural. Kampus 2 ada taman kelinci, ada hobbit, ada terapi ikan. Ada homestay syariah yang bangunannya kayak megah, tapi kayak batu bata merah ada semi kayunya juga. Bahkan tempat tidurnya kalau ini bukan springbed, tapi pring bed. Tempat tidurnya dari bambu. Kampus 3 itu untuk mengaplikasikan bagaimana open mindset, pola pikir, teman-teman dari SDM kita 'yuk kita jangan lokal nest' ketika kita berbicara berpikir. 'Kamu kesan apa ketika ke Singapura', Singapura itu disiplin, kebersihan, disiplin kebersihan nggak ada tandingannya," ujarnya.
Perihal tulisan Universal, katanya, jika tidak diperbolehkan nantinya akan diganti dengan tulisan Indonesia. Pihaknya berharap para netizen yang memberikan komentar agar berkunjung di Desa Bahasa Borobudur agar mengetahui objektivitas maupun spot selfie yang ada.
![]() |
"Semoga teman-teman netizen kalau memang tidak ingin tahu objektivitasnya nggak usah datang ke Desa Bahasa, tapi kan rugi. Bola universal ini, salah satu untuk menjawab teman-teman kami kampus 3 ini sebagai mindset pola pikir internasional. Wawasan internasional," kata Hani.
"Mini golf, terus area Jepang, terus area China. Jadi ada beberapa negara yang sementara ada, Jepang, China, Singapura," katanya.
Menyinggung perihal adanya hujatan dan komentar dari netizen, kata Hani, meyakini 99,9 persen memanfaatkan. Kemudian, ia meyakini netizen tersebut belum pernah berkunjung di Desa Bahasa Borobudur.
"Dengan adanya hujatan dan komentar dari netizen itu bagi saya 99,9 persen, bagi saya, saya maafkan. Artinya, bagi saya maklum. Saya yakin 99,9 persen, mereka belum berkunjung ke Desa Bahasa Borobudur. Belum melihat tentang wisata kelinci kampus 2. Saya yakin ketika datang ke sini 180 derajat akan berbalik. Khusus netizen yang followernya, retweet ada di atas 8000 silakan komunikasi dengan kami, Desa Bahasa Borobudur. Kami fasilitasi untuk nginap di sini, gratis, akomodasi, makan. Tak kasih keliling pakai VW kodok," pungkasnya.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia