Cerita ABG Suku Dayak yang Termotivasi Ayah dan Belajar dari YouTube

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tapal Batas

Cerita ABG Suku Dayak yang Termotivasi Ayah dan Belajar dari YouTube

Syanti Mustika - detikTravel
Jumat, 18 Des 2020 13:03 WIB
Sape merupakan alat musik tradisional Suku Dayak Kalimantan. Alat musik yang terbuat dari kayu ini dimainkan dengan cara dipetik.
Foto: Rengga Sancaya
Sambas -

Semua orang harus punya mimpi, termasuk anak-anak Suku Dayak yang berada di perbatasan. Mereka ada yang ingin jadi seniman dan memperkenalkan budayanya.

Namanya Gregorius Gero, pemuda yang sekarang sedang duduk di bangku 3 SMA. Tangannya begitu lihai memainkan sape, alat musik tradisional Suku Dayak. Lantunan melodi yang dia petikan begitu enak didengar, menemani siang yang cukup panas saat itu.

"Aku telah belajar memainkan sape di 2 tahun terakhir ini. Belajar sendiri," ungkap Gero saat ditanyai kapan pertama kali dia belajar sape.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gero pun bercerita bahwa dia tidak hanya bisa memainkan sape saja. Dia juga handal dalam memetik gitar, bermain orgen dan bernyanyi.

"Aku juga bisa bermain gitar, orgen, dan bernyanyi," katanya.

ADVERTISEMENT

Sape merupakan alat musik tradisional Suku Dayak Kalimantan. Alat musik yang terbuat dari kayu ini dimainkan dengan cara dipetik.Gero yang memainkan sape Foto: Rengga Sancaya

Ketertarikan Gero tentang dunia seni ternyata dipengaruhi oleh sang ayah. Karena sering melihat ayahnya beraktifitas di bidang seni dan budaya, Gero pun tertarik dan mulai mempelajari."Mula tertarik itu karena melihat bapak. Jadi mulailah pelan-pelan belajar.

Tidak ada yang memaksa, memang ingin sendiri belajar," ungkap Gero.Banyak hal yang bisa dilakukan oleh Gero. Tak hanya memainkan alat musik, dia juga bisa mengukir dan membuat aneka cendera mata khas Dayak.

"Aku juga bisa mengukir. Ini sarung mandau dan perisai mini aku yang ukir. Aku belajar ngukir semenjak kelas 2 SMP. Selain itu, aku membuat gelang, mainan kunci dan patung mini juga," lanjutnya.

Sape merupakan alat musik tradisional Suku Dayak Kalimantan. Alat musik yang terbuat dari kayu ini dimainkan dengan cara dipetik.. Foto: Rengga Sancaya

Selanjutnya: Harapan Anak Suku Dayak

Di balik usaha kerasnya belajar tentang seni dan budaya Dayak, Gero juga punya cita-cita dan harapan. Dia ingin menjadi seniman Dayak dan memperkenalkan budayanya kepada dunia luar.

"Aku ingin jadi seniman. Dan suatu hari nanti ingin memperkenalkan budaya dan tradisi Dayak pada dunia luar. Aku ingin berkembang lagi dan dilihat oleh orang banyak, dikenal dan pemasaran produk Dayak menjadi lebih luas lagi,"

"Aku berharap anak-anak muda juga berpikiran seperti aku. Mengembangkan budaya yang kita punya dan mempertahankannya. Kita perlihatkan kepada orang-orang jarak, kondisi ekonomi tidak menjadi halangan," kata Gero.

anak dayak membuat sapeGelang karya Ali Foto: (Syanti/detikcom)

Keinginan untuk terus berkembang juga diceritakan oleh Alijaan. Pemuda berusia 18 tahun ini sedang fokus dalam usahanya membuat gelang dari rotan.

"Ini gelang khas dari suku Dayak yang terbuat dari rotan, dari tumbuhan alam yang banyak dan mudah ditemukan di sini," ungkap Ali membuka cerita.

Ali mengungkapkan bahwa dia telah membuat gelang semenjak tahun 2019. Dan dia belajar secara online, melihat video dari Youtube.

"Aku belajar dari YouTube di tahun 2019. Setelah menonton video, langsung mencobanya. Hasil pertama memang tidak bagus, namun terus ku coba sampai akhirnya bagus dan halus. Dan dalam 1 jam aku bisa membuat 1 gelang," lanjutnya.

Asapun motivasi Ali untuk belajar membuat gelang adalah karena tidak mampu membeli gelang. Namun sekarang dia produksi gelang sendiri dan menjualnya.

"Jadi dulu aku banyak melihat orang-orang posting gelang ini di media sosial. Waktu itu memang lagi ngetren memakai gelang. Aku pun ingin punya dan ternyata mahal. Mahal karena ongkos kirimnya. Jadi aku cari tutorialnya di YouTube dan antusias belajar membuatnya,"

"Sekarang saya sudah bisa membuat gelang dan cincin juga. Kemudian gelang ini saya jual di Sambas. Kebetulan saya sekolah di Sambas. Satu gelang paling mahal Rp 30 ribu dan cincin Rp 5 ribu," ujarnya.

anak dayak membuat sapeProses pembuatan gelang dari rotan Foto: (Syanti/detikcom)

Ali pun mengaku kalau pendapatannya terganggu karena pandemi Corona.

"Dulu sebelum pandemi aku bisa mendapat Rp 500 ribu perbulannya. Namun sekarang tidak sampai, bahkan tidak terjual juga," katanya.

Sebagai generasi muda suku Dayak, Ali juga punya harapan dan rencananya di masa depan.

"Semoga anak-anak muda seumuran saya banyak melakukan kegiatan kreatifitas seperti ini. Selain menyalurkan bakat, juga mengembangkan budaya yang kita punya. Bahkan jika bagus, kreatifitas kita bisa mendatangkan uang saku,"

"Ke depannya aku ingin bisa membuat selain gelang dan cincin. Ingin belajar lagi mungkin membuat tas atau benda-benda lainnya yang bisa dari rotan," tutupnya.


---


Ikuti terus jelajah Tapal Batas detikcom bersama BRI di tapalbatas.detik.com!




(sym/ddn)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Jelajah Aruk, Batas RI-Malaysia
Jelajah Aruk, Batas RI-Malaysia
25 Konten
Aruk merupakan perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan. Yuk simak wisata dan budayanya.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads