Semua orang harus punya mimpi, termasuk anak-anak Suku Dayak yang berada di perbatasan. Mereka ada yang ingin jadi seniman dan memperkenalkan budayanya.
Namanya Gregorius Gero, pemuda yang sekarang sedang duduk di bangku 3 SMA. Tangannya begitu lihai memainkan sape, alat musik tradisional Suku Dayak. Lantunan melodi yang dia petikan begitu enak didengar, menemani siang yang cukup panas saat itu.
"Aku telah belajar memainkan sape di 2 tahun terakhir ini. Belajar sendiri," ungkap Gero saat ditanyai kapan pertama kali dia belajar sape.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gero pun bercerita bahwa dia tidak hanya bisa memainkan sape saja. Dia juga handal dalam memetik gitar, bermain orgen dan bernyanyi.
"Aku juga bisa bermain gitar, orgen, dan bernyanyi," katanya.
![]() |
Ketertarikan Gero tentang dunia seni ternyata dipengaruhi oleh sang ayah. Karena sering melihat ayahnya beraktifitas di bidang seni dan budaya, Gero pun tertarik dan mulai mempelajari."Mula tertarik itu karena melihat bapak. Jadi mulailah pelan-pelan belajar.
Tidak ada yang memaksa, memang ingin sendiri belajar," ungkap Gero.Banyak hal yang bisa dilakukan oleh Gero. Tak hanya memainkan alat musik, dia juga bisa mengukir dan membuat aneka cendera mata khas Dayak.
"Aku juga bisa mengukir. Ini sarung mandau dan perisai mini aku yang ukir. Aku belajar ngukir semenjak kelas 2 SMP. Selain itu, aku membuat gelang, mainan kunci dan patung mini juga," lanjutnya.
![]() |
Selanjutnya: Harapan Anak Suku Dayak
Di balik usaha kerasnya belajar tentang seni dan budaya Dayak, Gero juga punya cita-cita dan harapan. Dia ingin menjadi seniman Dayak dan memperkenalkan budayanya kepada dunia luar.
"Aku ingin jadi seniman. Dan suatu hari nanti ingin memperkenalkan budaya dan tradisi Dayak pada dunia luar. Aku ingin berkembang lagi dan dilihat oleh orang banyak, dikenal dan pemasaran produk Dayak menjadi lebih luas lagi,"
"Aku berharap anak-anak muda juga berpikiran seperti aku. Mengembangkan budaya yang kita punya dan mempertahankannya. Kita perlihatkan kepada orang-orang jarak, kondisi ekonomi tidak menjadi halangan," kata Gero.
Keinginan untuk terus berkembang juga diceritakan oleh Alijaan. Pemuda berusia 18 tahun ini sedang fokus dalam usahanya membuat gelang dari rotan.
"Ini gelang khas dari suku Dayak yang terbuat dari rotan, dari tumbuhan alam yang banyak dan mudah ditemukan di sini," ungkap Ali membuka cerita.
Ali mengungkapkan bahwa dia telah membuat gelang semenjak tahun 2019. Dan dia belajar secara online, melihat video dari Youtube.
"Aku belajar dari YouTube di tahun 2019. Setelah menonton video, langsung mencobanya. Hasil pertama memang tidak bagus, namun terus ku coba sampai akhirnya bagus dan halus. Dan dalam 1 jam aku bisa membuat 1 gelang," lanjutnya.
Asapun motivasi Ali untuk belajar membuat gelang adalah karena tidak mampu membeli gelang. Namun sekarang dia produksi gelang sendiri dan menjualnya.
"Jadi dulu aku banyak melihat orang-orang posting gelang ini di media sosial. Waktu itu memang lagi ngetren memakai gelang. Aku pun ingin punya dan ternyata mahal. Mahal karena ongkos kirimnya. Jadi aku cari tutorialnya di YouTube dan antusias belajar membuatnya,"
"Sekarang saya sudah bisa membuat gelang dan cincin juga. Kemudian gelang ini saya jual di Sambas. Kebetulan saya sekolah di Sambas. Satu gelang paling mahal Rp 30 ribu dan cincin Rp 5 ribu," ujarnya.
Ali pun mengaku kalau pendapatannya terganggu karena pandemi Corona.
"Dulu sebelum pandemi aku bisa mendapat Rp 500 ribu perbulannya. Namun sekarang tidak sampai, bahkan tidak terjual juga," katanya.
Sebagai generasi muda suku Dayak, Ali juga punya harapan dan rencananya di masa depan.
"Semoga anak-anak muda seumuran saya banyak melakukan kegiatan kreatifitas seperti ini. Selain menyalurkan bakat, juga mengembangkan budaya yang kita punya. Bahkan jika bagus, kreatifitas kita bisa mendatangkan uang saku,"
"Ke depannya aku ingin bisa membuat selain gelang dan cincin. Ingin belajar lagi mungkin membuat tas atau benda-benda lainnya yang bisa dari rotan," tutupnya.
---
Ikuti terus jelajah Tapal Batas detikcom bersama BRI di tapalbatas.detik.com!
(sym/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol