DOMESTIC DESTINATIONS
Pengalaman Liburan ke Kerinci saat Pandemi COVID-19

Pengalaman liburan ke Kerinci saat pandemi COVID-19 sungguh berkesan. Selain bertemu keluarga, bisa juga menikmati wisata di sana.
Tahun 2021 telah datang tapi penularan virus Corona tampaknya belum akan berakhir. Meskipun begitu, momen tahun baru kali ini banyak dimanfaatkan warga yang merantau untuk pulang kampung.
Momentum ini diambil setelah menunda mudik saat Lebaran tujuh bulan yang lalu. Siapa saja yang pernah lahir di suatu daerah, kemudian merantau, pasti pernah merasakan suatu kerinduan yang amat dalam pada kampung halaman, dan itu hanya bisa diatasi dengan cara mudik.
Masyarakat yang pulang ke kampung halaman rela mengantri, bermacet-macetan, menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk bertemu sanak saudara, dan bernostalgia dengan masa lalu.
Pada musim libur tahun baru kali ini, banyak warga Kerinci yang merantau memilih pulang, termasuk saya. Di sepanjang jalan lalu lintas padat merayap.
Travel jenis eksekutif yang biasanya saya tumpangi juga habis sehari sebelum pulang. Dengan terpaksa saya mencari travel kecil sejenis mobil pribadi agar tetap bisa pulang ke kampung halaman.
Kami berangkat menuju kampung halaman pukul 20.00 WIB dari Kota Jambi. Di dalam mobil sudah ada warga asli Kerinci yang pulang dari Bali, Jakarta, Medan, dan tentunya dari Kota Jambi sendiri.
Sepanjang jalan saya berbincang dengan seorang bapak yang baru pulang dari Bali. Ada satu kata yang terucap dari mulut bapak tersebut yang membuat saya bangga. "Sebagus dan seindah-seindahnya wisata di Bali, tentu lebih bagus berlibur di kampung sendiri," kata dia.
![]() |
Sekitar 8 jam melakukan perjalanan, kami tiba di perbatasan Kerinci- Merangin. Diguyur hujan lebat pagi itu, serasa cuaca semakin dingin, harum semerbak alam hijau, pepohonan kulit manis, kopi, dan cabe di pinggir-pinggir jalan.
Sebuah kawasan tampak dibangun proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Alam yang dulunya hijau, kini tampak terkikis karena dibangun tenaga listrik dengan kapasitas 350 megawatt (MW).
Listrik ini dialirkan ke Kerinci, Jambi, dan Sumatera agar warga tidak mengalami krisis listrik di masa yang akan datang.
Hari pertama setibanya di Kerinci, kami memilih untuk di rumah saja, menghabiskan waktu bersama keluarga, sowan dengan keluarga besar dan tetangga.
Di hari kedua, tanpa berfikir panjang, kami jalan-jalan bersama keluarga. Berlibur di Kerinci kali ini sarasa berbeda.
Selain karena objek wisata ditutup, kami juga kesulitan untuk mencari tempat untuk sekedar makan bersama keluarga, dan terhindar dari kerumunan. Di pinggir Danau Kerinci, kami menemukan tempat makan yang asyik.
Bangunannya berdiri tepat atas danau di Desa Pidung. Bangunan yang didirikan dari papan dan kayu ini menyajikan makanan khas Kerinci, berupa ikan dan gulai bakar dari budidaya Danau Kerinci, dan dendeng batokok Kerinci.
Setelah makan, kami dihidangkan jeruk Gerga. Jeruk yang berukuran besar dengan rasa yang sangat manis sedikit asam ini sangat unik dan lebih terasa nano-nano dibanding jeruk-jeruk lainnya.
Selain itu, kami juga memesan kopi Arabika khas Kerinci yang memiliki rasa spicy dan kokoa. Kopi Arabika Kerinci juga dilengkapi dengan citra rasa kulit manis, aroma rempah-rempah, sedikit kental dibanding kopi lainnya yang membuat kami tak ingin beranjak dari tempat itu.
Selanjutnya: Penampakan terkini Danau Kerinci