Perjalanan wisata ke Sulawesi Utara serasa tidak akan lengkap jika tidak menyempatkan diri melihat fauna khas yang ada di daerah ini. Yuk, berkenalan dengan tarsius.
Dari sekian banyak satwa liar yang ada, tarsius (Tarcius spectrum) adalah salah satu yang paling menarik perhatian. Tarsius bisa dilihat di Taman Nasional Tangkoko yang berada di Kota Bitung, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Manado.
Tarsius atau oleh masyarakat setempat disebut tangkasi adalah mamalia terkecil di dunia dan endemik Sulawesi Utara. Tarsius adalah monyet kecil seukuran tikus yang berekor panjang. Tarsius merupakan binatang malam atau nokturnal dan besarnya tidak lebih dari kepalan tangan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matanya bulat besar dan bersinar jika disorot oleh lampu senter. Mata tarsius yang besar, besarnya melebihi besar volume otaknya. Kepalanya bisa diputar 180 derajat.
Telinganya terus bergerak-gerak menangkap suara yang ada di sekitarnya. Pendengaran tarsius lebih peka dibandingkan penglihatannya. Tarsius bisa melompat lincah dari satu dahan ke dahan lain untuk menangkap serangga yang menjadi makanannya.
Tarsius memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan alam. Tarsius memakan serangga yang menjadi musuh petani.
Di Taman Nasional Tangkoko terdapat 47 hewan endemik yang dilindungi diantaranya monyet hitam yakni (Macaca nigra), babirusa (Babbyrousa babyrussa), anoa gunung (Bubalus quarlesi), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii), burung rangkong Sulawesi (Rhyticeros cassidix), maleo (Macrocephalon maleo), kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) dan kuskus beruang Sulawesi (Ailurops ursinus).
Hutan Sulawesi Utara dapat digambarkan sebagai hutan tropis malar hijau (tropical ever green forest).
Sulawesi Utara merupakan bagian penting dari garis Wallacea. Garis Wallacea merupakan garis khayal dari ilmuwan Inggris, Alfred Russel Wallace, tentang penyebaran fauna di Kepulauan Indonesia. Garis ini seolah membatasi penyebaran satwa Indonesia bagian barat dan timur.
***
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum