Menjelang Tahun Baru Imlek, rupang-rupang yang berada di Kelenteng Hok An Kiong Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibersihkan. Salah satu keistimewaan di kelenteng ini memiliki tempat abu diklaim terbesar se-Asia Tenggara.
Berdasarkan pantauan, detikcom para pengurus Kelenteng Hok An Kiong Muntilan berada di Jalan Pemuda No 100, Muntilan, Kabupaten Magelang, membersihkan rupang-rupang. Pembersihan rupang-rupang ini dilakukan hari ini setelah kemarin dilakukan doa bersama.
Adapun tempat abu yang terbuat dari kuningan dicampur tembaga tersebut beratnya 5,8 ton, diameter 178 cm dan tingginya 158 cm. Tempat abu ini dibuat sekitar tahun 2002 yang dipesan langsung dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Kelenteng Hok An Kiong Muntilan, Budi Raharjo mengatakan, untuk tempat abu yang ada besarnya nomor satu di Asia Tenggara. Tempat abu tersebut beratnya 5,8 ton, diameter 178 cm dan tingginya 158 cm.
"Kalau tempat abunya sudah termasuk nomor satu di Asia Tenggara, nomor satu terbesar. Ukurannya itu, beratnya 5,8 ton, diameter 178 cm, tingginya 158 cm, itu tahun 2002. Dipesan dari RRT sana, disini belum bisa bikin, kecuali yang kiri, kanan itu, kita bikin dari orang, Juwana," katanya kepada wartawan saat ditemui di sela-sela membersihkan rupang di Kelenteng Hok An Kiong Muntilan, Sabtu (6/2/2021).
![]() |
Adapun kelenteng ini dibangun sekitar tahun 1871, kemudian disini ada 15-an rupang. Sedangkan tuan rumah di kelenteng ini, Dewa Bumi. Kemudian, kemarin telah dilangsungkan doa bersama yang dipercayai para dewa naik ke kahyangan. Untuk itu, hari ini dilakukan pembersihan terhadap rupang-rupang yang ada.
"Intinya menjelang Imlek, kan dewa-dewa semua kemarin kita sembahyang untuk naik ke kahyangan. Nah, dewa-dewa naik ke kahyangan otomatis kosong nggak ada, cuma rupang saja. Rupang kita bersihkan tiap tahun supaya, biar rezekinya banyak, keselamatan juga banyak, mungkin penyakit COVID-19 juga bisa ilang," ujarnya.
Saat pandemi COVID-19, kata dia, perayaan Imlek maupun Cap Go Meh ditiadakan. "Tidak ada (perayaan). Cap Go Meh juga tidak ada. Semua kita patuh sama pemerintah," ujar Budi.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan