Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Kamis, 04 Mar 2021 19:18 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Mengenal Suku Asmat, Pengukir Kayu Legendaris dari Papua

asmat tanpa listrik
Ilustrasi Asmat (Wilpret/detikcom)
Asmat -

Bicara soal Suku Asmat, kita dibawa ke daerah eksotis di bumi Papua. Kebudayaannya juga sudah begitu terkenal. Jika kita bicara soal Suku Asmat di Papua, ada beberapa hal yang terbersit di dalam benak banyak orang. Antara lain terkait tradisi mereka di bidang ukir, anyaman, tarian dan budaya.

Menurut Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua, bagi Suku Asmat tradisi mengukir, menganyam, menyanyi dan menari merupakan kehidupan mereka. Bagi yang tidak memiliki ketrampilan tersebut berarti mati.

Suku Asmat percaya bahwa pengetahuan dan keahlian mengukir mereka berasal dari nenek moyang yang bernama Fumiripitsy, seorang ahli ukir. Fumiripitsy telah menciptakan sebuah tifa yang indah sekali, ia beri nama Eme serta patung-patung yang diberi nama Mbis.

alat musik tradisional papua tifaAlat musik tradisional papua tifa Foto: istimewa

Apabila tifa ini ditabuh, maka patung Mbis akan menjelma menjadi manusia yang menari mengikuti bunyi tifa. Fumiripitsy berkata kepada Mbis, mulai saat itu Mbis menjadi anak-anaknya.

Dalam budaya tradisionalnya, Suku Asmat tidak mengenal pahat dari logam untuk mengukir. Mereka menggunakan pahat yang terbuat dari tulang kasuari.

Suku Asmat mulai mengenal besi ketika ekspedisi Lorentz tahun 1907 melewati sungai-sungai di sekitar Asmat dalam upaya mencapai puncak bersalju Jayawijaya. Mereka melakukan kontak dengan Suku Asmat dan melakukan barter pisau besi, kapak besi, kaleng makanan dengan produk-produk seni pahat Asmat yang istimewa.

Rupanya benda besi, barang baru bagi Suku Asmat, menjadi benda yang tidak puas-puasnya digemari oleh mereka. Apalagi mereka merasa bahwa dengan benda-benda besi tersebut, dalam proses mengukir kayu menjadi mudah, jika dibandingkan dengan menggunakan pahat tulang kasuari.

asmatSuku Asmat (dok Pemda)

Kegemaran pada benda besi ini, pernah diberitakan dalam surat kabar Belanda pada tahun 1930. Koran itu menyebutkan, bahwa suatu armada orang-orang Asmat yang bersenjata busur, panah dan tombak menyerang sebuah kampung di perbatasan Mimika.

Mereka mengobrak-abrik bangku-bangku sekolah milik gereja, hanya untuk mencopot paku-pakunya. Dengan paku-paku tersebut orang-orang Asmat hanya mengenal satu kegunaan yaitu untuk dijadikan pahat.

Seni Suku Asmat terkenal memiliki tradisi seni ukir yang khas dan terkenal sampai ke mancanegara. Bahkan seniman terkenal Eropa, Pablo Picasso, pada masa hidupnya mengagumi seni ukir ini.

Informasi menarik lainnya, Suku Asmat merupakan salah satu suku terbesar di Papua. Suku ini tinggal di rumah adat yang disebut rumah Jew. Di dalam rumah adat yang juga disebut dengan rumah bujang ini tersimpan senjata Suku Asmat yakni tombak, panah untuk berburu, dan noken.

Rumah Jew terbuat dari kayu dan didirikan menghadap arah sungai. Panjang rumah adat ini bisa sampai berpuluh-puluh meter. Atap rumah adat Suku Asmat terbuat dari daun sagu atau daun nipah yang telah dianyam. Warga menganyam beramai-ramai sampai selesai.



Simak Video "Gelontorkan Rp 1.036 Triliun untuk Papua, Jokowi: Tolong Diawasi!"
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/ddn)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA