Nasib Miris Penerbangan Perintis di Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nasib Miris Penerbangan Perintis di Papua

Hari Suroto - detikTravel
Kamis, 11 Mar 2021 19:15 WIB
Pesawat kecil atau yang biasa disebut (perintis) Susi Air mengantarkan masyarakat dari Bandar Udara Nunukan menuju Bandra Udara Yuvai Semaring Krayan, Kalimantan Utara.
Foto: Pesawat perintis (Pradita Utama/detikcom)
Paniai -

Keberadaan penerbangan perintis di Papua sudah cukup lama berlangsung. Namun sekarang, penerbangan perintis sudah mulai sepi dan banyak ditinggalkan orang.

Satu-satunya cara untuk mengeksploitasi sulitnya medan di Papua yakni dengan penerbangan perintis. Penerbangan ini sudah lama ada, bahkan sejak jaman penjajahan Belanda.

Berbagai maskapai penerbangan perintis silih berganti beroperasi di Papua. Mulai dari maskapai Nugini Belanda atau De Kroonduif, kemudian penerbangan misi seperti MAF dan AMA, hingga maskapai milik Merpati, hingga kini Susi Air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum jalan darat dibuka dari wilayah Nabire ke berbagai daerah di pegunungan tengah Papua, semua perjalanan dilakukan menggunakan pesawat perintis. Sehingga membuat Papua memiliki 300 lapangan terbang.

Penerbangan perintis ini sangat membantu mobilitas penumpang hingga distribusi barang. Dari Enarotali Paniai, Moanemani Dogiyai, Mapia atau Modio Dogiyai, pesawat perintis sering memuat hasil pertanian hingga kopi ke Nabire.

ADVERTISEMENT

Namun setelah akses darat mulai lancar, keberadaan sejumlah lapangan terbang perintis mulai sepi, seperti terlihat pada lapangan terbang Modio, Dogiyai. Selain itu Lapangan Kelila di Lembah Baliem bagian barat.

Lapangan terbang Modio dan lapangan terbang perintis lainnya di wilayah pegunungan Papua, harus tetap dipertahankan keberadaannya sebagai saksi penting awal peradaban dan saksi keberadaan penerbangan perintis dulunya.

Lapangan terbang perintis tak boleh dialihfungsikan menjadi pemukiman atau bangunan lain. Namun lapangan tersebut bisa dimanfaatkan untuk kegiatan atau acara budaya maupun acara keagamaan yang melibatkan banyak orang.

Lapangan terbang perintis perlu terus dipertahankan keberadaannya, karena lapangan tersebut adalah saksi penting awal peradaban di Lembah Baliem, Paniai, Dogiyai, Deyai maupun Intan Jaya di Papua.


---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(wsw/wsw)

Hide Ads