Ini 2 Hewan Paling Berbahaya di Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini 2 Hewan Paling Berbahaya di Papua

Hari Suroto - detikTravel
Kamis, 25 Mar 2021 12:40 WIB
Buaya Air Asin, makhluk hidup terbesar bumi
Foto: Ilustrasi buaya air asin (CNN)
Jayapura -

Di Papua ada dua hewan yang paling berbahaya dan mematikan, sehingga harus diwaspadai oleh para traveler. Apa ya 2 hewan itu?

Hewan berbahaya pertama ukuran tubuhnya kecil. Meski kecil, namun mematikan. Itulah nyamuk malaria. Nyamuk malaria ini jadi penyebab banyak orang meninggal dunia di Papua.

Hewan paling berbahaya selanjutnya adalah hewan terbesar di Papua yaitu buaya. Buaya Papua terdiri atas dua jenis. Jenis pertama berukuran kecil dan hidup di perairan danau, rawa dan sungai berair tawar. Jenis buaya ini dagingnya menjadi santapan lezat bagi penduduk pedalaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenis buaya kedua berukuran besar, dikenal juga sebagai buaya air asin atau buaya estuaria. Buaya air asin ini hingga saat ini masih menjadi momok bagi orang Papua yang tinggal di pesisir.

Buaya jenis ini suka menyerang dan meminta korban manusia. Panjang buaya air asin bisa mencapai 7 meter.

ADVERTISEMENT

Oleh sebab itu, buaya ini terlihat sangat mengerikan. Musuh alami buaya air asin hanya dua yaitu manusia dan parasit.

Pada 1970 penduduk Kampung Piramat, Asmat pernah membunuh seekor buaya sepanjang 7 meter. Buaya besar ini diyakini pernah memangsa 55 manusia, serta sangat banyak anjing dan babi.

Pada April 2016, turis Rusia tewas diserang buaya air asin di RajaAmpat. Buaya ini menghuni spot-spot tertentu di RajaAmpat.

Untuk melindungi dirinya, buaya biasanya memilih menjauh dari manusia. Begitu mendengar suara mesin perahu, biasanya mereka secepatnya menyembunyikan diri di dalam air.

Namun jika habitat mereka terganggu, maka tentu saja mereka akan menyerang manusia, seperti yang terjadi pada turis Rusia malang itu.

Meskipun termasuk hewan yang berbahaya, di sisi lain buaya juga tergolong hewan yang saat ini sudah langka. Hal ini karena buaya diburu untuk diambil daging dan kulitnya.


---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(wsw/wsw)

Hide Ads