Bahagia itu sederhana bagi warga pedalaman Papua. Cukup dengan nonton pesawat terbang, mereka sudah sangat terhibur. Seperti ini kisahnya:
Untuk menuju ke pedalaman Papua, hanya ada satu akses menuju ke sana yaitu transportasi udara dengan pesawat kecil. Beberapa daerah di pedalaman Papua terutama di pegunungan, pada umumnya memiliki lapangan terbang perintis.
Ponsel tentu ada, tidak kalah dengan ponsel penduduk kota, tapi kalau di pedalaman, ponsel hanya untuk dengar-dengar lagu saja. Karena sebagian daerah di pedalaman tidak ada jaringan telekomunikasi. Yang ada hanya sinyal komunikasi menggunakan radio SSB (single side band) saja.
Tidak ada jaringan internet ada sisi positifnya di pedalaman Papua. Anak-anak tidak ada yang main game online. Mereka bersama teman-temannya bermain sepak bola, voli, berburu serangga atau permainan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hiburan di pedalaman adalah suara burung berkicau dan yang paling ditunggu-tunggu adalah kedatangan pesawat terbang. Kedatangan pesawat terbang menjadi hiburan yang mengasyikkan bagi penduduk pedalaman Papua.
Begitu suara pesawat terbang terdengar dari kejauhan, penduduk setempat akan berlarian menuju ke lapangan terbang. Mereka akan melihat pendaratan pesawat kecil itu seperti menyaksikan suatu atraksi.
Mula-mula pesawat kecil berputar-putar mengitari awan, mencari celah lubang di antara lapisan awan-awan dan kemudian bisa terbang di bawah awan-awan. Setelah pesawat berada dalam kondisi yang pas, barulah menukik menuju landasan.
Apabila awan-awan menggantung rendah, maka jarak pandang kurang. Agak sulit untuk membedakan antara satu lembah dengan lembah yang lainnya.
Jika seorang pilot tanpa sengaja belok masuk ke sebuah lembah yang akhirnya buntu dan dia terlambat menyadarinya, maka itu bisa menyebabkan kecelakaan fatal. Pesawat akan menabrak gunung dan hancur berantakan.
Pendaratan pesawat kecil memang tak ubahnya perjuangan antara hidup dan mati. Dibutuhkan pilot pemberani yang mau melakukan terbang dengan 'kotak-kota' terbang mereka ke pegunungan Papua. Pegunungan yang curam, cuaca yang tidak menentu dan lapangan-lapangan terbang yang beresiko.
Tidak seperti warga perkotaan yang berpakaian necis ke bandara untuk naik pesawat, penduduk pedalaman Papua berpakaian santai, kadang hanya memakai kaos t-shirt, celana pendek dan sandal jepit saat naik pesawat.
Bagi mereka hidup itu dijalani secara sederhana tidak harus dibuat rumit, yang penting perjalanan selamat sampai tujuan.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!