Suku Bauzi di Papua terkenal sebagai pemburu buaya. Mereka ternyata juga bisa menjinakkan babi hutan. Bahkan caranya terbilang unik. Bagaimana kisahnya?
Suku Bauzi yang tinggal di hutan terpencil pedalaman Sungai Mamberamo atau sekitar Danau Bira, Mamberamo Raya, Papua, masih mengenal tradisi berburu di hutan.
Berburu merupakan kegiatan bagi keakraban pria sejak dulu. Para pria suku Bauzi sangat senang menceritakan dan mengulangi cerita perburuan mereka saat pulang ke rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berburu juga dianggap sebagai kegiatan untuk bertukar pengetahuan dengan alam, dan mempelajari kebiasaan binatang, serta melatih fisik untuk bisa bergerak dengan cepat tanpa menimbulkan suara dan meninggalkan jejak di tengah hutan.
Babi liar atau babi hutan adalah binatang buruan favorit sekaligus musuh utama yang menakutkan bagi suku Bauzi. Para pemburu biasanya membawa babi hasil buruan di punggungnya.
Mereka akan memotong dan mengeluarkan isi perut babi hutan tangkapan mereka agar lebih ringan untuk dibawa. Tetapi jika jarak cukup dekat dengan kampungnya, mereka akan membawanya dalam kondisi utuh.
Babi adalah binatang cerdik serta pengingat yang baik. Binatang liar biasanya hanya menyerang jika terancam, namun babi berbeda. Jika mereka terluka oleh pemburu, dan berhasil melarikan diri, maka ia akan mengingat pemburu itu.
Pada suatu kesempatan, ketika mereka berjumpa lagi di tengah hutan, maka babi tersebut beserta gerombolannya akan mengamuk, berlari kencang dan menyerang dengan taringnya.
Untuk menghindari serangan babi liar, para pemburu suku Bauzi biasanya akan menyelamatkan diri dengan memanjat pohon atau lompat ke dalam sungai.
Baca juga: Tradisi Berburu Papua yang Kian Pudar |
Suku Bauzi yang tinggal di tepi hutan, dalam tradisinya bisa menjinakan babi hutan. Sehingga ia tidak takut berjalan sendiri di tengah hutan.
Untuk menjinakkan anak babi, mereka akan memeluknya erat selama tiga hari penuh, tanpa sekalipun melepasnya. Mereka mengusap-usap perut babi kecil (bagian tubuh kesukaan babi), memberinya makan, dan bahkan tidur bersamanya.
Setelah melewati masa ini, anak babi dilepas ke alam bebas. Cara ini membuat anak babi terus teringat pada orang suku Bauzi.
Sejak saat itu dan seterusnya, anak babi akan menganggap orang itu sebagai keluarganya. Hewan cerdik ini tetap akan mengenali tuannya. Siapapun akan diserangnya, kecuali sang pemiliknya.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan