Memaknai Lambang Negara Lewat Rumah Garuda di Bantul

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Memaknai Lambang Negara Lewat Rumah Garuda di Bantul

Pradito Rida Pertana - detikTravel
Selasa, 01 Jun 2021 19:35 WIB
Rumah Garuda di Bantul
Rumah Garuda di Bantul (Pradito Rida Pertana/detikcom)
Bantul -

Seorang pria di Kabupaten Bantul mengkoleksi lambang negara Indonesia yakni Garuda Pancasila dalam beragam bentuk dan ukuran. Ada di Rumah Garuda.

Pantauan detikcom, Rumah Garuda berlokasi di Pedukuhan Sumber Batikan RT.3 RW.37, Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul. Melongok ke dalam, tampak ratusan foto, buku, patung hingga video yang sarat makna akan Garuda.

Adalah Nanang Rachmat Hidayat, inisiator Rumah Garuda di Bantul. Dia menceritakan awal mula ketertarikannya akan lambang negara khususnya Garuda dan berujung dengan mendirikan Rumah Garuda di kediamannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi awalnya saya sering mengantar anak dan istri ke pasar, jalurnya masuk lewat lorong-lorong gang, lewat jalan raya hingga lewat dusun-dusun," katanya saat ditemui di kediamannya, Senin (31/5/2021).

Seringnya melewati jalur tersebut membuat perhatian Nanang tertuju akan lambang Garuda Pancasila yang kerap dia temui. Bahkan, lambang tersebut memiliki beragam jenis.

ADVERTISEMENT

"Terus saya melewati banyak patung-patung garuda dan selalu tak identifikasi karena bentuknya lucu dan lewat ini (jalur lain) menemukan yang aneh lagi," ujarnya.

Kemudian, ada tawaran pameran bersama di museum gajah yang diikuti jurusan film, televisi, fotografi kemudian teman-teman seni rupa juga. Pasalnya Nanang sendiri berprofesi sebagai dosen Jurusan Televisi Fakultas Media Rekam, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

"Di situ saya ingin memamerkan selain video itu foto dan saya dikasihlah waktu 2 minggu untuk mengemas karyanya. Nah, saya ingat rute perjalananku tadi dan tak ulangi lagi sambil bawa kamera seadanya, kalau tidak salah pakai kamera yang 1,3 megapixel itu," kata dia.

"Lalu saya motreti beberapa tempat sesuai jalur dan ketemulah 27 spesies garuda yang unik-unik pada tahun tahun 2003," dia menambahkan.

Setelah terkumpul, 27 foto itu dia atur sedemikian rupa dan pada bagian tengah dia taruh walkman untuk memutar kaset pita. Di mana kaset yang dia putar berisi mars Pancasila.

"Tapi kasetnya saya distorsi dulu suaranya agar nglenyom dan fals. Ini menggambarkan audio yang serasi dengan visualnya ini, Garuda yang tidak pakem, ada yang nengok ke kiri dan sayapnya melengkung ke bawah dan sebagainya," kata Nanang.

Rumah Garuda di BantulRumah Garuda di Bantul Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Dari pameran itu, pria berkacamata ini menjadi kecanduan akan mengkoleksi foto-foto Garuda. Bahkan, saking tertariknya dengan foto tersebut membuat teman-teman Nanang ikut membantunya dalam mengumpulkan foto-foto lambang Garuda.

"Nah, dari situ keterusan jadi hobi, hobi motreti semua Garuda yang saya lihat, khususnya ketika saya ada di suatu tempat. Dari situ saya banyak mengirimi karena tahu saya Garuda Pancasila. Jadi mereka berburu lalu dikirim ke aku, untuk foto (lambang Garuda) ada sekitar 300an sekarang," katanya.

Kemudian dari situ muncul pertanyaan, ternyata banyak lambang negara yang tidak seragam dalam bentuknya. Dia lalu bertanya-tanya apakah hal itu tidak mengurangi makna dari lambang Negara Indonesia.

"Kemudian saya research 100 orang tak tanyain sejarahnya siapa yang merancang (lambang Garuda). Jawabannya tidak ada yang pasti hanya mengira-ngira," kata dia.

"Dan kebanyakan menjawab Bung Karno 75 persen, sisanya tidak tahu dan muncul nama Yamin. Waktu itu nama Sultan Hamid II belum di-blow up sehingga tidak keluar sebagai jawaban," ujar Nanang.

Mendapati hal tersebut, Nanag semakin penasaran dan terus mencari mengapa lambang Garuda dipilih sebagai lambang Negara Indonesia. Tak berhenti di situ, dia lantas menjadikan pencariannya itu sebagai thesis dengan konsep mengalihmediakan menjadi karya video sesuai jurusannya.

"Dan jadilah videografi dengan judul mencari telor garuda dan hasil riset panjangnya tak buat buku ini cetakan 2008. Mencari telor garuda ini memiliki makna telor sebagai dunia asal usul masa lalu dari Garuda dalam tanda petik sejarahnya tadi. Kemudian bermakna pula mencari telor garuda, telor masa depan, generasi masa depan," katanya.

Rumah Garuda di BantulRumah Garuda di Bantul Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Hal tersebut berlanjut hingga akhirnya dia mendirikan Rumah Garuda pada tanggal 17 Agustus 2011. Rumah tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat akan sejarah dan asal usul lambang Negara Indonesia.

"Visi rumah garuda ini terutama sekali adalah sejarah lahirnya lambang negara kita," kata dia.

Di rumah garuda, kata Nanang terpasang 12 panel yang kalau dilihat secara runut membuat kita paham kapan lambang negara ini mulai diproses sampai menemukan hasil finalnya. Tak hanya itu, panel tersebut membahas siapa saja yang berperan di dalam pembentukan lambang negara Indonesia.

"Karena waktu itu terbentuk panitia Indonesia raya yang ketuanya Ki Hajar Dewantara. Sekretarisnya Muh. Yamin dan beberapa ilustrator yang bisa membantu mensketsa beberapa relief candi yang akhirnya jadi acuan," katanya.

"Selanjutnya tahun 1950 dilanjutkan oleh panitia lencana negara, di mana panitianya terdiri dari Sultan Hamid II sebagai koordinator, Muh. Yamin sebagai Ketua dan anggotanya Ki Hajar Dewantara, Raden Mas Ngabehi Purbo Caroko, Muh. Nasir dan MA Palopesi," imbuhnya.

Akhirnya setelah berproses hampir 1 bulan kemudian tercetuslah lambang negara yang mereka sepakati bersama. Namun, di hadapan Presiden Soekarno lambang tersebut dirasa masih perlu penyempurnaan.

Kemudian Bung Karno mengutus Dirk Ruhl Jr, seorang warga Jerman yang juga penasihat Kerajaan Belanda, pakar semiotik dan ahli membuat lambang-lambang yang disebut heraldik. Tujuan mengutus Dirk adalah untuk menyempurnakan Garuda sebagai lambang Negara Indonesia.

"Itu menyempurnakan lambang negara hasil kerja panitia lencana negara menjadi seperti yang sekarang itu, yaitu dengan menambahkan jambul di kepalanya dan membalikkan arah cakar. Selain itu dihitung secara golden section sehingga proporsinya menjadi menarik seperti sekarang ini," katanya.

Menyoal koleksi rumah garuda, dia menyebut berisi apapun terkait dengan lambang negara baik bentuknya 2-3 dimensi. Kemudian ada pula karya seni dan alat-alat musik etnik Nusantara, kemudian buku-buku, video dan sejumlah foto.

"Nah semuanya terkait dengan Garuda, karena menurutku untuk mengerti lambang negara ini kita harus pahami dulu wilayah mitologinya, wilayah kepurbaannya," ujarnya.

Rumah Garuda di BantulRumah Garuda di Bantul Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Di sana nanti kita bisa menyimpulkan kenapa figur Garuda yang dipilih oleh panitia lencana negara ini, apa yang dititipkan dalam lambang Garuda Pancasila itu. Sehingga diharapkan lambang ini mewakili jiwa bangsa Indonesia," dia menambahkan.

Dia melanjutkan, untuk jumlah koleksi rumah Garuda sejauh ini belum pernah dihitung secara teliti. Namun, pernah ada mahasiswa tata kelola seni yang hendak mengerjakan tugas akhir terkait rumah Garuda sebagai objek menghitungnya.

"Sempat menghitung ada sekitar 350, mungkin sekarang sudah lebih mendekati 400. Tapi tadi kalau itu dihitung semua, bentuknya beragam, tidak melulu bentuk lambang negaranya," katanya.

Misi Rumah Garuda

Menyoal tujuan utama mendirikan rumah Garuda, Nanang menyebut untuk menguak sejarah lambang negara yang tidak pernah dikupas secara tuntas. Bahkan, dalam mata pelajaran sejarah jarang yang membahas bagaimana munculnya lambang tersebut.

"Jadi selain sejarah tadi, ada anomali sejarah ketika Bung Karno melantangkan istilah jas merah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah)," katanya.

"Tapi uniknya di era orde lama, baru dan reformasi sejarah lahirnya lambang negara tidak pernah dikupas tuntas dan masuk pada pelajaran sejarah. Nah ini yang utamanya ingin saya sampaikan di rumah Garuda ini," dia menambahkan.

Nantinya, setelah mereka paham sejarahnya baru bisa memaknai apa yang terkandung di simbol itu. Kemudian dia berharap pengunjung yang datang ke sini bisa memposisikan dirinya menjadi Garuda.

"Jadi menurut saya Garuda itu utama, kemudian baru ketika kita sudah menjadi Garuda, kita baru sanggup memakai kalung yang dibebani perisai Pancasila," katanya.

Secara rinci, dia menganalogikan ya dengan komputer di mana Garuda adalah hardwarenya. Menurutnya hardware harus tangguh dan kuat agar bisa diinstall software yang istimewa dal hal ini Pancasila.

Rumah Garuda di BantulRumah Garuda di Bantul Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Kalau keduanya sudah compactible baru dia bisa mengoperasikan menjaga kedaulatan NKRI dalam bentuk Bhineka Tunggal Ika," ucapnya.

"Jadi intinya 2 hal, mengenal sejarah penciptaan lambang negara dan yang kedua kita tercharger menjadi Garuda. Baru bisa menjalankan Pancasila dalam kewajiban dal menjaga kedaulatan NKRI," lanjut Nanang.


Hide Ads