Sebuah desa di Situbondo memiliki keunikan tersendiri. Yakni tolerasi kehidupan beragamanya tinggi. Tak hanya itu, desa ini juga punya potensi wisata bernuansa pedesaan sangat beragam. Seperti apa?
Desa yang secara geografiis terletak di ujung timur Pulau Jawa ini bernama Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo. Posisinya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Baluran dan Kabupaten Banyuwangi.
Jika dilihat dalam peta, posisi desa ini terletak di ujung paling timur dan utara pulau Jawa. Itulah sebabnya desa ini disebut sebagai pojokannya pulau Jawa. Ada dua laut yang membatasinya, yakni Selat Bali dan Selat Madura.
Uniknya, di desa yang berbatasan langsung dengan Selat Bali ini ada 5 agama yang dipeluk warganya. Yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, serta Buddha termasuk tempat peribadatannya.
Desa Wonorejo juga kerap mendapat julukan 'desa kebangsaan'. Karena keberagaman kehidupan beragama warganya. Mereka memiliki toleransi tinggi, dapat saling rukun berdampingan meski beda keyakinan.
Menariknya, kelima agama di Desa Wonorejo ini masing-masing memiliki tempat ibadah yang saling berdekatan. Tanpa merasa terganggu satu sama lain. Bahkan, saling menghormati antar pemeluknya.
"Di Desa Wonorejo sudah turun temurun, antaragama saling berdampingan. Tanpa merasa terganggu," kata salah seorang warga setempat, Razak, saat berbincang dengan detikTravel, Minggu (13/6/2021).
Tak hanya itu, Desa Wonorejo Situbondo yang sering disebut 'The Eastern Village of Java' atau desa paling timur di pulau Jawa ini memiliki potensi desa sangat beragam. Di antaranya potensi wisata desa berbasis lingkungan, perkampungan nelayan, serta sejumlah potensi lainnya.
Salah satu potensi wisatanya yakni, dari desa ini dapat menyaksikan matahari terbit dengan sempurna. Tanpa terhalang apapun. Itulah sebabnya, kawasan ini sering disebut Sanur-nya pulau Jawa.
Bukan hanya itu saja. Di Desa Wonorejo ini juga banyak sekali terdapat homestay sederhana dengan nuansa desa. Karena sebagai desa yang berbatasan langsung TN Baluran, banyak wisatawan yang menyempatkan menginap sebelum masuk ke dalam kawasan Taman Nasional.
"Wisatawan yang hendak masuk Baluran biasanya memang sering singgah dulu untuk menginap di Desa Wonorejo Situbondo (homestay)," tutur Nurdin, salah seorang pemilik homestay.
Menurutnya, wisatawan asing justru kadang lebih banyak yang memanfaatkan kunjungannya untuk berkeliling jalan-jalan di Desa Wonorejo. Menikmati suasana pedesaan. Bahkan, mereka kadang ikut memerah susu sapi, membajak, maupun ikut memproses ikan tangkapan nelayan.
"Kalau wisatawan asing, masuk TN Baluran paling cuma sehari. Selebihnya, menikmati suasana pedesaan di Desa Wonorejo. Kadang malah sampai 3-4 hari atau bahkan lebih," ujar Nurdin.
Pantauan di lapangan, di Desa Wonorejo Situbondo ini setidaknya ada 11 unit homestay atau penginapan. Homestay itu biasanya dibangun menyatu dengan permukiman warga desa. Sehingga para wisatawan maupun tamu lainnya dapat berbaur dengan warga desa.
Sehingga, nuansa kehidupan warga Desa Wonorejo Situbondo dapat dirasakan secara langsung oleh para wisatawan. Pun tak jarang para wisatawan turun langsung menyatu dalam tata kehidupan masyarakat sekitar.
Simak Video "Video: Kronologi Bocah di Situbondo Kritis Setelah Dibakar 4 Temannya"
(msl/msl)