Buah tangan apa yang bisa dibawa traveler dari Raja Ampat? Selain membawa pulang pengalaman dan foto-foto, kamu juga bisa membeli noken dari Arborek.
Traveler tidak boleh mengambil dan membawa terumbu karang, cangkang kerang atau fauna endemik setempat dari Raja Ampat. Oleh-oleh yang boleh dibawa traveler yaitu noken.
Noken adalah tas tradisional karya mama-mama Papua di Raja Ampat. Noken Raja Ampat termasuk dalam noken pesisir, yang dibuat dengan cara dianyam, bukan dirajut. Beda dengan noken pegunungan atau pedalaman Papua lainnya yang pada umumnya dirajut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat dua jenis bahan pembuat noken Raja Ampat yaitu daun pandan atau disebut juga daun tikar serta serat kulit kayu pohon melinjo.
Noken dibuat oleh mama-mama Papua di saat waktu senggang usai berkebun atau usai aktivitas lainnya. Noken biasanya diberi pewarna untuk menambah daya tarik pembeli.
Baca juga: Raja Ampat yang Kaya Raya (Alamnya) |
Dalam kehidupan sehari-hari noken berfungsi sebagai tas atau wadah yang selalu dibawa selama beraktivitas misalnya ke kebun atau melaut. Tas noken digunakan untuk membawa hasil kebun seperti singkong, pisang atau sayur-sayuran.
Sejak booming pariwisata, kerajinan noken yang sebelumnya dibuat untuk keperluan praktis sehari-hari, kemudian berkembang menjadi produk ekonomi kreatif, dijual sebagai oleh-oleh untuk turis, hal ini seperti terlihat di Pulau Arborek.
Pulau Arborek adalah pulau kecil yang sangat sulit mendapatkan pohon pandan sebagai bahan noken. Mama-mama Arborek, biasanya mendapatkan daun tikar dari pohon pandan yang tumbuh di pulau-pulau lebih besar seperti Batanta atau Waigeo.
Sebelum booming pariwisata, noken dari Airborek hanya dijual untuk konsumen lokal Raja Ampat saja atau dijual di pasar di Sorong.
Sejak ramai didatangi turis, jenis noken yang dibuat oleh mama-mama Airborek pun lebih beragam, misalnya bentuk topi ikan pari manta, tas noken, maupun noken mungil seukuran ponsel.
Satu buah noken dihargai Rp 200 ribu hingga 300 ribu rupiah. Biasanya turis Perancis sangat menyukai anyaman topi pari manta.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol