Kebun Raya Bogor, dari Zaman Pajajaran Sampai Ingin Diajukan Status UNESCO

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kebun Raya Bogor, dari Zaman Pajajaran Sampai Ingin Diajukan Status UNESCO

M.Sholihin - detikTravel
Senin, 04 Okt 2021 09:10 WIB
Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor (M. Sholihin/detikTravel)
Bogor -

Kebun Raya Bogor merupakan kebun botani yang memiliki ribuan koleksi tanaman langka dari seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia. Di lahan seluas 87 hektar itu, kini tumbuh sekitar 222 suku atau famili, 1.257 Marga, 3.423 jumlah spesies dan 13.684 spesimen.

Kebun raya terbesar se-asia tenggara ini juga telah diajukan menjadi salah satu situs warisan dunia ke UNESCO. Kebun Raya Bogor yang juga dikaitkan telah ada sejak zaman Kerajaan Pajajaran ini diharap tetap menjalankan fungsinya, yakni konservasi, penelitian, edukasi, wisata dan jasa lingkungan.

Berdasarkan situs LIPI, disebutkan bahwa Kebun Raya Bogor kini telah berusia 204 tahun. Usia itu dihitung sejak dimulainya pembangunan Kebun Raya Bogor di era Gubernur Jenderal Belanda Godert Alexander Gerard Philip (G.A.P.P) Van Der Capellen pada tahun 1817.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal pendiriannya, Kebun Raya Bogor memiliki nama 's Lands Plantentuin te Buitenzorg. Kebun yang kala itu memiliki luas 47 hektar kemudian menjadi rumah bagi 900 jenis tanaman yang berasal dari berbagai belahan nusantara.

Kebun Raya Bogor dibangun oleh Caspar George Carl Reinwardt, seorang ilmuwan botani dan kimia berdarah Jerman yang ditunjuk menjadi menteri Pertanian, Seni, dan Pendidikan untuk Pulau Jawa dan sekitarnya oleh pemerintahan Hindia Belanda. Reinwardt tidak sendiri, ia didampingi James Hooper dan W. Kent yang merupakan para ahli botani dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris.

ADVERTISEMENT
Taman tematik di Kebun Raya BogorTaman tematik di Kebun Raya Bogor (Grandyos Zafna/detikTravel)

Sejak 1817, Reinwardt kemudian dicatat sebagai direktur 's Lands Plantentuin te Buitenzorg pertama hingga 1822. Dimana posisinya sebagai direktur kemudian diganti oleh Dr. Carl Ludwig Blume. Di era inilah kemudian tanaman yang ada di 's Lands Plantentuin te Buitenzorg diinventarisir. Katalog pertama pun dibuat dan berhasil mencatat 912 jenis atau spesies tanaman yang ada di 's Lands Plantetuin te Buitenzorg.

Perkembangan besar-besaran kemudian terjadi pada 1831, yakni saat 's Lands Plantentuin te Buitenzorg dipimpin oleh Johannes Elias Teijsmann, seorang ahli kebun di istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dibantu Justus Karl Hasskarl, Teijsmann kemudian mengelompokkan tanaman di Kebun Raya Bogor kala itu sesuai suku atau familia. Pohon-pohon besar dipindahkan untuk ditata dan diberi label berdasarkan penanamannya. Selama masa jabatannya, Teijsmann berhasil membawa ribuan spesies tumbuhan ke Kebun Raya Bogor dari perjalanan-perjalanannya ke berbagai negara.

30 Mei 1868, merupakan hari bersejarah bagi Kebun Raya Bogor yang kala itu masih bernama 's Lands Plantentuin te Buitenzorg. Sebab sejak hari itu, kepengurusannya secara resmi terpisah dengan kepengurusan halaman istana Gubernur yang kini menjadi Istana Bogor.

Dalam perjalanannya, 's Lands Plantentuin te Buitenzorg sempat berganti nama menjadi Shokubutsuen. Perubahan nama itu terjadi setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 1942. Shokubutsuen kemudian diambil alih kepemimpinannya oleh Profesor Jepang bernama Takenoshi Nakai.

Pada era paska kemerdekaan, nasionalisasi lembaga dilakukan. 's Lands Plantentuin te Buitenzorg yang dirubah namanya oleh Jepang menjadi Shokubutsuen, kemudian dirubah menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, kemudian menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA). Sejak saat itu pengelolaan dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo.

Kebun Raya Bogor, pada mulanya hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia Belanda. Namun pada perkembangannya, pendirian Kebun Raya Bogor bisa disebut mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia dan sebagai wadah bagi ilmuwan terutama bidang botani di Indonesia secara terorganisasi pada zaman itu (1880-1905).

Sejak didirikannya 's Lands Plantetuin te Buitenzorg, lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), serta Museum dan Laboratorium Zoologi (1894). Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, Kebun Raya Bogor yang kini memiliki luas hingga 87 hektar, menjelma menjadi rumah tinggal untuk belasan ribu tanaman langka dari berbagai pelosok negeri dan dunia. Kebun Raya Bogor kini memiliki koleksi tumbuhan sekitar 222 suku (famili), 1.257 Marga, 3.423 jumlah spesies dan 13.684 spesimen.

Selanjutnya: Kebun Raya Bogor kini dan mendatang

Kebun Raya Bogor terus berusaha melakukan penyesuaian. Sehingga fungsi Kebun Raya Bogor yakni konservasi, penelitian, edukasi, wisata dan jasa lingkungan tetap berjalan beriringan. Inovasi dikembangkan agar kebun raya tetap diminati sesuai zamannya tanpa mengurangi marwahnya sebagai kawasan konservasi.

"Dalam pengelolaannya, kita akan tetap memperhatikan 5 fungsi Kebun Raya Bogor yakni, konservasi, penelitian, edukasi, jasa lingkungan dan wisata. Ini akan terus berjalan, tanpa ada 1 fungsi yang memunculkan fungsi lain. Fungsi wisata tidak akan menggeser fungsi konservasi, atau fungsi wisata juga tidak akan menggeser fungsi edukasi," kata Kepala Kantor Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sukma Surya Kusumah, Minggu (3/10/2021).

Menyesuaikan perkembangan teknologi, pihak Kebun Raya Bogor kemudian melakukan program digitalisasi dengan memasangi barcode di setiap pohon koleksi yang ada di Kebun Raya Bogor. Tujuannya, agar informasi dari setiap pohon dapat diakses langsung oleh setiap pengunjung. Baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun penelitian.

"Pemasangan barcode sudah kita lakukan sejak 2020. Tapi itu masih bertahap, ini baru sebagian yang kita pasangi barcode karena kan pohon di sini ada 15 ribu pohon lebih, bertahap kita pasang (barcode)," kata Sukma.

Dari sisi wisata edukasi, Kebun Raya Bogor yang menggandeng pihak swasta melakukan inovasi-inovasi agar fungsi edukasi konservasi semakin berjalan beriringan dengan fungsi wisata. Belakangan, Kebun Raya Bogor berencana membuka destinasi baru berupa wisata malam bertajuk Glow. Dimana dengan permainan cahaya pengunjung diajak masuk ke dalam dunia fiksi botani dengan informasi-informasi beragam koleksi tumbuhan di Kebun Raya Bogor.

Namun, wisata malam bertajuk glow yang sempat mendapat kritikan dari 5 mantan Kepala Kebun Raya Bogor itu, hingga kini masih menunggu hasil kajian ilmiah lanjutan sebelum dibuka untuk umum. Dalam banyak catatan, cikal bakal Kebun Raya Bogor bahkan disebut sudah ada sejak jaman kerajaan Pajajaran. Informasi tersebut dikaitkan dengan kata "Samidha" yang tertulis pada Prasasti Batu Tulis yang hingga kini masih terawat baik di kawasan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Dalam catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hutan Samidha adalah merujuk pada artian hutan buatan atau lindung yang dibangun oleh Sri Baduga Maharaja atau dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi, yang menjadi Raja Kerajaan Pajajaran pada 1474-1513. Hutan Samidha dibangun untuk menjaga kelestarian lingkungan serta tempat untuk memelihara benih-benih kayu yang langka. Samidha juga diartikan oleh sebagian kelompok sebagai sebuah konsep konservasi, dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Makam Belanda di Kebun Raya BogorMakam Belanda di Kebun Raya Bogor (Grandyos Zafna/detikcom)

Hutan buatan ini kemudian ditinggalkan seiring kekalahan Pajajaran atas Kesultanan Banten. Hingga akhirnya, Gubernur Jenderal Belanda Godert Alexander Gerard Philip (G.A.P.P) Van Der Capellen datang, dan menjadikan Kota Bogor yang kala itu dinamai Buitenzorg sebagai salah satu pusat pemerintahan. Namun, perlu penelitian lebih lanjut apakah Kebun Raya Bogor yang pada awal berdirinya bernama 's Lands Plantetuin te Buitenzorgp merupakan bagian dari Samidha yang dibangun Prabu Siliwangi.

Sukma mengatakan Kebun Raya Bogor saat ini sudah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan sebagai situs warisan dunia (world heritage). Statusnya kini menunggu UNESCO menetapkan Kebun Raya Bogor sebagai situs warisan dunia.

"Prosesnya (pengajuan) sudah berjalan lama, kemarin itu sempat kita diminta untuk melengkapi beberapa data. Tapi itu sekarang sudah kita lengkapi dan sudah kita serahkan ke Kemendikbud kembali, karena kan yang mengajukan itu melalui ke Kemendikbud ke UNESCO," Kata Sukma saat berbincang dengan detikcom, Minggu (3/10).

"Artinya sekarang kita tinggal menunggu UNESCO menetapkan sebagai warisan dunia seperti yang kita ajukan," dia menambahkan.



Simak Video "Video: Aksi Arogansi Wanita Acungkan Jari Tengah Saat Lawan Arah di Puncak"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads