Sejarah Seni Ajeng
Dari penuturan Abah Endang (60), keturunan ketujuh Uyut Masrin, mengungkapkan Seni Ajeng merupakan seni asli pada masa Raden Adipati Singaperbanga (1633).
Alat-alat itu biasa dipakai saat penyambutan tamu kehormatan. Seiring perkembangan zaman, Seni Ajeng dipakai untuk pernikahan dan perayaan sunat.
"Dulu itu dari cerita turun temurun, Uyut Masrin itu hidup di Masa Raden Adipati Singaperbangsa dan nama sebenarnya masih menjadi misteri. Karena katanya Uyut ini seorang Raden, bahkan banyak orang tidak dikenal datang dan berziarah ke makam Uyut Masrin," kata dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seni Ajeng dulu dipakai untuk menyambut tamu kehormatan dan seiring perkembangan zaman suka dipakai di hajatan, kawinan dan sunatan, tapi saat ini kesenian Ajeng ini hampir punah," terangnya.
Dikatakan Endang, terkait tahun pasti Seni Ajeng ini hadir di Karawang, ia mengakui tidak tahu lebih jelas tentang asal usul Seni Ajeng.
"Saya belum mendapat kejelasan kalau asal usul Seni Ajeng hadir di Karawang. Karena dari beberapa keturunan Uyut Masrin tidak pernah menjelaskan secara rinci penjelasan tentang Ajeng, hanya saja tradisi yang digelarnya saja yang diberikan," ungkapnya.
Sepengetahuan Endang, alat musik yang digunakan Seni Ajeng sebenarnya bukan hanya alat yang dipakai saat tradisi tadi.
![]() |
"Sebenarnya yang dimainkan tadi itu tidak lengkap alatnya, biasanya ada terompet dan Goong Angkog dan beberapa gamelan seperti Saron, Bonang dan Kenong tapi memang yang diwariskan hanya Goong Bende, Goong Kempul," tuturnya.
Kembali ke Kang Muhi, ia juga menuturkan kegiatan tradisi digelar dilakukan pada 14 Mulud atau Hari Peringatan Maulid Nabi dan hanya digelar oleh keturunan Uyut Masrin.
"Jadi tradisi ini sebenarnya tradisi keluarga Uyut Masrin dan digelar selalu pada 14 mulud atau dalam rangka peringatan maulid nabi juga, tapi sekarang yang datang banyak juga dari warga," katanya.
Diharapkannya, dengan tradisi ini diharapkan pelestarian Seni Ajeng bisa bertahan dan tidak punah.
"Dengan tradisi ini semoga Ajeng masih bisa hadir di tengah masyarakat dan keluarga, dan tidak punah dan hilang," tandasnya.
Simak Video "Video: Kala Sungai Citarum Berwarna Tosca Ternyata Tercemar Limbah"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan