Polewali Mandar tak hanya punya wisata alam yang indah. Di sana juga ada laboratorium bambu di tengah hutan!
Seorang wanita bernama Stti Hadijah (38 tahun) di Kabupaten Polewali Mandar, mendirikan laboratorium bambu untuk mendongkrak perekonomian warga, khususnya di masa pandemi COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laboratorium berukuran sekira empat kali lima meter ini, berada di tengah kawasan hutan bambu, Desa Alu, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar.
Di laboratorium ini, para perajin khususnya pemuda setempat, menghabiskan waktu untuk membuat aneka produk kerajinan berbahan bambu.
Setidaknya ada beberapa produk kerajinan berbahan bambu, tercipta di laboratorium ini. Mulai dari gelas, bingkai, toples, sisir, hingga cermin dengan bentuk unik dan kekinian. Harganya juga bervariasi, mulai 40 ribu sampai 120 ribu rupiah per unit. Tergantung jenis dan ukuran.
Walau tampak sederhana, proses pembuatan produk ini, dilakukan dengan sangat teliti, menggunakan bambu pilihan.
![]() |
Diketahui, laboratorium bambu ini, merupakan bagian dari Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Universitas Sulawesi Barat (UNSULBAR).
"Ini merupakan skin pengabdian kami dari Dosen Unsulbar. Skinnya itu pengembangan desa mitra, multi tahun, dari tahun 2019-2021. Fokus pada kampung Alu, sebagai ekowisata plus kerajinan bambu. Di dalamnya include, ekowisata dan kerajinan bambu," kata Hadijah kepada wartawan, Sabtu sore (06/11/2021).
Kendati program ini telah ada sejak tahun 2019, namun proses produksi kerajinan di laboratorium bambu, baru aktif dilakukan pada tahun 2020.
"Sebenarnya di tahun 2019 sudah jalan, tapi konsen pembuatan produk di tahun 2020, karena di tahun 2020 kita ketahui bersama, bahwa kegiatannya kita itu sangat terbatas," beber Dosen Fakultas Ekonomi di Unsulbar ini.
Diakui Hadijah, laboratorium bambu yang digagasnya, tidak hanya digerakkan para perajin setempat, tetapi juga pemuda dan mahasiswa terdampak pandemi.
![]() |
"Jadi kita betul-betul aktif melibatkan pengrajin dari sini, mencetak produk, dan di masa itulah walau tidak terlalu tinggi perubahannya, tetapi mereka tetap bisa melakukan aktifitas yang produktif, bahkan anak-anak, mahasiswa tidak ada yang keluar kampung, jadi setelah mereka kuliah daring, mereka kemudian ikut langsung menyelesaikan beberapa produk bersama pengrajin lain," tuturnya sembari menunjukkan sejumlah produk kerajinan berbahan bambu.
Selanjutnya kata Hadijah, pada tahun 2021 ini, PPDM terfokus pada pemasaran aneka produk yang dihasilkan para perajin. Proses pemasarannya dilakukan melibatkan sejumlah online shop.
Istimewanya itu, kami sudah mengarah kepada pemasaran produk, dan yang sudah diselesaikan teman-teman perajin di sini itu sudah tahap pemasaran, bekerjasama sejumlah online shop," tuturnya.
Hadijah menyebut, keberadaan laboratorium bambu yang menghasilkan aneka produk kerajinan ini, terbukti memberi nilai tambah pada perekonomian warga setempat.
Hasilnya ada perubahan, mulai dari perajinnya, lalu kemudian yang memiliki bambu, sampai yang kemudian sibuk urusi kuliner. Bukan hanya pemilik bambu, semua elemen masyarakat berkontribusi, otomatis pendapatan mereka mengalami perubahan, walau tidak signifikan," katanya meyakinkan.
Salah satu perajin yang terlibat dalam kegiatan ini, Ronaldi mengaku bersyukur. Pasalnya, keberadaan laboratorium bambu ini, menjadi wadah baginya untuk menyalurkan kreatifitas, serta dapat menciptakan lapangan kerja bagi warga setempat.
Saya baru kurang lebih tiga bulan bergabung di sini. Ada ketertarikan untuk fokus pada kerajinan bambu, apalagi memang saya suka sama seni. Semoga keberadaan tempat ini, bisa menjadi wadah, untuk membangun lapangan kerja baru," pungkas Ronaldi.
Selain mendirikan laboratorium bambu, Hadijah bersama warga setempat juga berupaya menyulap kawasan hutan bambu di daerah ini, menjadi kawasan ekowisata kekinian.
Kawasan hutan seluas lebih kurang 22 hektar ini, menyuguhkan panorama alam hutan bambu yang asri dan memesona, sangat cocok menjadi tempat bersantai sembari menikmati kesejukan udara khas pedesaan.
Untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, kawasan wisata hutan bambu ini dilengkapi sejumlah sarana dan prasarana, seperti gazebo, mushola, kursi gantung, toilet dan tempat bersantai lainnya, dengan konsep bangunan kekinian. Dijamin, bisa membuat betah setiap pengunjung, untuk berlama-lama menghabiskan waktu di tempat ini.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!