Kabupaten Gunungkidul punya destinasi alam unik, bernama Telaga Jonge. Selain asri, telaga yang sarat sejarah ini memiliki air yang tak pernah kering.
Telaga Jonge sendiri berlokasi di Pedukuhan Kuwangen Lor, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul atau 46 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Untuk akses menuju telaga tersebut terbilang sangat mendukung karena jalannya sudah beraspal.
Sesampainya di Telaga Jonge, pengunjung akan disambut pemandangan berupa jernihnya air yang berwarna kehijauan dipadu pepohonan rindang di pinggir telaga. Menyusuri jogging track, nantinya pengunjung dapat menemukan penyedia jasa keliling Telaga Jonge menggunakan perahu motor.
Tampak beberapa anak-anak tengah berada di atas perahu motor yang mengelilingi Telaga Jonge. Selain itu, tampak pula beberapa pengunjung tengah menikmati suasana dan pemandangan telaga tersebut dari gazebo sembari menikmati beragam makanan dan minuman yang tersedia di pasar kuliner.
Pengelola Telaga Jonge, Budi Raharjo, menjelaskan bahwa terbentuknya Telaga Jonge memiliki sejarah yang panjang. Pasalnya telaga yang memiliki luar 3.700 m2 ini dahulu menjadi tempat pelarian punggawa Kerajaan Majapahit bernama Ki Sidik Wacono.
"Jadi setelah keruntuhan Majapahit akibat anaknya sendiri itu akhirnya punggawa keraton melarikan diri termasuk Ki Sidik Wacono. Dia melarikan diri dari laut sana ke (Kalurahan) Mentel (Kapanewon Tepus) dan ke (Pedukuhan) Kuwangen, (Kalurahan Pacarejo Kapanewon Semanu)," katanya saat ditemui detikcom di Telaga Jonge, Sabtu (11/12/2021).
Ternyata saat bercocok tanam di Mentel Ki Sidik mengalami kegagalan. Oleh sebab itu Ki Sidik berpindah ke Pedukuhan Kuwangen dan ternyata usaha bercocok tanamnya membuahkan hasil. Karena menetap di Kuwangen, Ki Sidik pun menyamarkan identitasnya agar tidak terendus orang-orang Majapahit.
"Di Mentel tidak cocok bercocok tanam dan langsung pindah ke Kuwangen ternyata cocok. Selama bercocok tanam itu dia menyamar menjadi Kiai Jonge biar tidak dicari orang Majapahit," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, Kiai Jonge bersemedi di hutan yang menjadi cikal bakal Telaga Jonge hingga akhirnya tutup usia. Namun, di lokasi meninggal Kiai Jonge itu malah muncul air yang merubah hutan itu menjadi telaga hingga saat ini.
"Cerita dari nenek moyang ya setelah Kiai Jonge meninggal di sini akhirnya jadi ada air, tapi tidak ada sumbernya. Jadi ini air tadah hujan tapi tidak pernah kering meski musim kemarau melanda," ujarnya.
"Kalau kuburannya Kiai Jonge itu ada di tengah telaga itu, dan hanya kelihatan kalau (airnya) pas surut saja," lanjut Budi.
Karena hal tersebut, Telaga Jonge menjelma menjadi tempat wisata religi. Hingga akhirnya masyarakat mulai melihat potensi wisata di Telaga Jonge pada tahun 2017.
"Tahun 2017 mulai tertata, karena dari wisata religi kok banyak orang terus warga sini muncul gagasan kasih ikan. Setelah itu dilakukan tabur benih ikan untuk mengembangkan wisata umum, khususnya wisata keluarga hingga sekarang," katanya.
Budi menjelaskan, saat ini Telaga Jonge menyediakan beberapa fasilitas untuk pengunjung mulai dari gazebo, pasar kuliner, jasa penyewaan perahu motor, jasa penyewaan bebek-bebekan hingga penyewaan kano.
"Untuk naik perahu Rp 10 ribu per orang begitu pula bebek-bebekannya dan ada juga pasar kuliner, pasar digital di sini. Untuk operasionalnya dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, masuknya tidak dipungut biaya hanya bayar parkir saja," ucapnya.
Selain itu, kata Budi, Telaga Jonge telah mengantongi sertifikat CHSE dan menerapkan aplikasi PeduliLindungi untuk wisatawan. Oleh sebab itu, dia menilai wisatawan tidak perlu ragu lagi untuk berkunjung ke Telaga Jonge.
"Jumlah kunjungan saat hari biasa untuk akhir-akhir ini 100 orang. Kalau akhir pekan bisa 1000 sampai 1500 orang, tapi tetap sistemnya dibatasi kan, karena sesuai aturan harus 50 persen dari kapasitas," kata Budi.
Terlepas dari hal tersebut, Budi mengaku berencana untuk mengembangkan lagi Telaga Jonge. Mengingat ada beberapa fasilitas yang masih kurang layak untuk dipergunakan pengunjung.
"Ke depan jelas pengembangan yang jelas di sini, seperti memperbaiki tempat parkir dan kamar mandi juga karena masih kurang layak. Tapi ya secara perlahan-lahan, karena kondisinya kan masih seperti ini (pandemi COVID-19)," ucapnya.
Simak Video "Mencicipi Aneka Dessert Manis yang Menggugah Selera di Bali"
(msl/msl)