Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mempunyai aturan khusus untuk perempuan sebagai syarat menikah. Menjadi pelambang kemandirian wanita sejak zaman dulu.
Tenun Suku Sasak memang sudah mendunia. Motif dan kainnya begitu khas, cara pengerjaannya pun tak sembarangan.
Melalui Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika, tim detikTravel melakukan perjalanan ke PATUH Coorperative, sebuah workshop tenun di Desa Sukarara, Lombok Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perempuan Sasak wajib untuk bisa menenun. Ini adalah syarat untuk bisa menikah," kata Amin, koordinator Patuh Coorperative.
Ada alasan mengapa para leluhur Suku Sasak mewajibkan hal ini. Menenun bukanlah pekerjaan yang mudah.
Perempuan harus duduk berjam-jam untuk membentuk benang menjadi sebuah kain. Benang-benang tipis menari-nari di antara jemari dengan bantuan alat penarik agar tetap rapih.
"Menenun itu membutuhkan kesabaran. Kalau tidak sabar, maka benang akan mudah putus," ujar Amin.
Selain kesabaran, menenun juga akan melatih emosi para wanita. Kalau sedang menenun dalam kondisi marah, maka sekali lagi, benang akan mudah putus.
"Tenun juga melatih ketelitian dan konsentrasi. Semua itu sangat dibutuhkan ketika berumah tangga," dia mengisahkan.
Saya dibuat kagum dengan alasan ini. Sejak dari zaman nenek moyang, ternyata Suku Sasak sudah sangat arif membentuk kepribadian putri-putri mereka dalam peran istri untuk berkeluarga.
Baca juga: Mati Suri, Gili Meno Sepi dan Sunyi |
Tak hanya bekal kepribadian yang matang, menenun juga menjadi modal para perempuan Suku Sasak untuk membantu para suami dan mandiri secara finansial. Dengan keahlian ini, para perempuan bisa membuat baju mereka sendiri dan menjualnya sebagai tambahan pemasukan keluarga.
"Jadi, kami bekali anak-anak kami dengan keahlian yang bisa menghidupi mereka saat berkeluarga," kata Amin.
Anak perempuan akan mulai belajar menenun dari umur 10 tahun. Dalam prosesnya, mereka akan bisa mahir menenun tanpa bantuan selama kurang lebih selama sebulan.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!