Metamorfosis Glodok: Dibuat Belanda hingga Jadi Kepala Naga Jakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Metamorfosis Glodok: Dibuat Belanda hingga Jadi Kepala Naga Jakarta

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 02 Feb 2022 08:43 WIB
Pemkot Jakarta Barat berencana akan menata kawasan Glodok. Glodok akan menjadi lokasi wisata sejarah Pecinan untuk manarik wisatawan.
Pantjoran Tea, salah satu bangunan klasik di kawasan Glodok, Jakarta. (Grandyos Zafna)
Jakarta -

Suasana Imlek di Jakarta sangat terasa di Glodok. Pecinan yang menjadi pusat ekonomi ini menyimpan sejarah dan budaya yang menarik.

Glodok merupakan kelurahan yang terletak di Taman Sari, Jakarta Barat. Daerah ini telah lama dikenal sebagai permukiman masyarakat keturunan China.

Traveler yang mampir ke sana akan dengan mudah menemukan pertokoan milik pedagang China yang menjajakan aneka barang. Di sana juga terdapat daerah Petak Sembilan yang menjadi rumah bagi berbagai kelenteng. Hingga kawasan kuliner kekinian Petak Enam yang digandrungi anak muda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Glodok juga sering disebut sebagai kepala naga Jakarta. Ini tidak terlepas dari kepercayaan Taoisme dari masyarakat China yang meyakini bahwa wilayah Glodok membawa keuntungan.

Menurut mereka, Glodok memenuhi unsur sebagai tempat yang memiliki unsur gunung di belakang dan air di depan. Posisinya yang dekat muara sungai, membuat Glodok diyakini menjadi tempat pas untuk berbisnis.

ADVERTISEMENT
Pemkot Jakarta Barat berencana akan menata kawasan Glodok. Glodok akan menjadi lokasi wisata sejarah Pecinan untuk manarik wisatawan.Pemkot Jakarta Barat berencana akan menata kawasan Glodok. Glodok akan menjadi lokasi wisata sejarah Pecinan untuk manarik wisatawan. (Grandyos Zafna/detikcom)

Namun jika ditilik dari sejarah perkembangannya, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Glodok itu rupanya memang sengaja didesain Belanda sebagai pusat permukiman masyarakat China.

Kisahnya dimulai pada tahun 1619 ketika Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) berhasil menguasai Batavia. Gubernur Jenderal VOC pada saat itu, Jan Pieterszoon Coen ingin membangun Batavia menggunakan tenaga China karena dianggap terampil dan akan memudahkan hubungan dagang VOC dengan China.

Mulanya ia berusaha mengajak orang China yang tinggal di Banten untuk pindah ke Batavia. Sayangnya, usaha ini digagalkan Pangeran Banten.

"Walaupun tidak berhasil, Coen tidak hilang akal. Dia kemudian menggalakkan imigrasi orang China ke Batavia sebanyak-banyaknya. Termasuk, dengan penculikan," kata Nadia Purwesti dari Pusat Dokumentasi Arsitektur dalam tur virtual Plesiran Tempo Doeloe "Terbentuknya Kampong Tjina Glodok, hajatan Sahabat Museum, pada Minggu (30/1/2022).

Siap-siap! Glodok Bakal Disulap Jadi Wisata Sejarah PecinanSiap-siap! Glodok Bakal Disulap Jadi Wisata Sejarah Pecinan Foto: Detikcom

Sejak itu, orang-orang China menjadi pemukim pertama di Kota Batavia. Saat itu, mereka tidak langsung ditempatkan di wilayah yang kita kenal sebagai Glodok, melainkan di sebelah timur kastil Batavia yang saat ini dikenal sebagai Ancol. Mereka lalu pindah ke selatan kastil Batavia.

Kemudian, terjadi peristiwa besar pada tahun 1740. Ketika mulai merasa tersaingi oleh perusahaan Inggris dan orang China yang bisnisnya melesat, VOC mulai mempertegas soal surat izin tinggal bagi orang China.

"Pada 25 Juli 1740, VOC semakin mempertegas aturan dengan mengeluarkan resolusi yang isinya penguasa VOC memiliki hak dan memenjarakan seluruh warga China yang tidak punya izin tinggal di wilayah Batavia. Peraturan yang dianggap tidak adil memicu pemberontakan dari orang China," kata Nadia.

Siap-siap! Glodok Bakal Disulap Jadi Wisata Sejarah PecinanSiap-siap! Glodok bakal disulap jadi wisata sejarah Pecinan (detikcom)

Pada 7 Oktober 1740, sekitar 500 orang China berusaha untuk menyerang VOC. Sayangnya, mereka gagal menembus benteng di Batavia. Pasukan VOC lalu mencari para pemberontak itu dengan tak segan membakar permukiman dan membantai masyarakat China.

"Pada 10 Oktober 1740, Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier memerintah seluruh warga China untuk dikumpulkan di Balai Kota Batavia untuk menjalani hukuman gantung. Jumlahnya lebih dari 10.000 jiwa. Setelah itu, Kota Batavia penduduk Chinanya habis," ujarnya.

Usai peristiwa tersebut, masyarakat China kemudian dilarang tinggal di dalam Kota Batavia. Mereka diberi wilayah sendiri untuk bermukim.

"4 Mei 1742, orang China tidak boleh lagi tinggal di sana tetapi diberi wilayah khusus untuk tinggal. Sejak saat ini, kawasan pecinan di luar tembok Kota Batavia yakni di Glodok, Toko Tiga, Pintu Kecil, dan Pancoran itu berkembang," katanya.

Kawasan pecinan ini kemudian terus berkembang. Sebuah daerah yang dikenal sebagai Kampung Kelenteng kemudian berubah nama pada 1979 menjadi Kelurahan Glodok. Daerah itu kemudian menjadi Glodok yang kita lihat sekarang.




(pin/fem)

Hide Ads